EPISODE 2

15.4K 722 5
                                    

Beruntung

Aleo sedang tertidur saat Gustian menggenggam tanganya dengan mata berkaca-kaca. Beberapa hari yang lalu dokter sudah mengeluarkan hasil tes DNA Aleo. Hasilnya menyatakan bahwa 99,9% DNA Aleo dan Gustian cocok. Beberapa kali kudengar Gustian meminta maaf pada Aleo.

Aku sengaja menjauh keluar dan memberi mereka waktu untuk bersama. Kupikir Gustian tidak menginginkan Aleo. Tapi melihat dia yang seperti itu aku yakin keputusan untuk tak memberi tau Gustian tentang Aleo diambil secara sepihak oleh kak Hilda.

Tak berapa lama kemudian Gustian keluar dengan raut wajah yang begitu terpukul.
"Terima kasih kau sudah menjaga Aleo dan tolong jagalah Aleo untuk seterusnya"
"Sudah kukatakan kau tidak perlu khawatir atas hak asuh Aleo. Aku juga tidak memintamu untuk mengambilnya. Lagipula jika kau mengambilnya dari sisihku maka aku pasti akan kesepian"
Aku tertunduk saat mengatakan kata itu pada Gustian.

"Aku akan membiayai Aleo seumur hidupku. Tapi hari ini akan menjadi hari terakhir aku bertemu denganya." Cukup lama kami terdiam sampai Gustian melanjutkan kembali ucapanya.

"Jangan pernah datang atau hubungi aku lagi jika tidak ada hal yang mendesak tentang Aleo. Dan ini, bawalah ATM ini bersamamu."
Gustian menyerahkan kartu ATM padaku. Aku tidak akan menolaknya. Lagipula kami butuh biaya hidup dan sudah sepantasnya ayahnya membiayai hidup Aleo.

"Kenapa kau tak ingin menemui Aleo lagi? Apa dihatimu bahkan tidak ada ikatan batin sama sekali dengannya?" Aku mencoba mencari tau alasan Gustian melakukanya
"Kau tidak perlu tau, lakukan saja apa yang kupinta darimu. Dan ingat jangan pernah menghubungiku jika bukan karna Aleo"

Dasar. Dia pikir dia siapa? Aku menarik kembali ucapanku waktu itu yang menganggap Aleo beruntung punya orang tua seperti dia. Nyatanya Aleo sungguh malang punya ayah yang bahkan tak ingin bertemu dengannya lagi.

Kulihat Gustian mencium Aleo sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan rumah sakit. Tadi dia bilang tidak ingin menemui Aleo lagi, padahal sepertinya dia menyayangi Aleo. Laki-laki seperti apa yang disukai oleh kak Hilda ini?

"Mama"
Suara lemah Aleo menyadarkanku dari lamunan panjang yang tak berkesudahan.
"Oh jagoan mama sudah bangun. Mau minum sayang?"
Aleo hanya menggeleng dan berusaha duduk.
"Mama tadi Aleo bermimpi. Aleo melihat papa"
Seketika aku tersentak, apa tadi Aleo tidak tidur? Apa dia menyadari papanya ada disampingnya beberapa saat yang lalu? Tapi segera kutepis rasa gelisahku dan tersenyum manis padanya.

"Memangnya Aleo sudah pernah melihat papa? Dari mana anak mama ini tau kalau dia adalah papanya Aleo?"
Aku bertanya ingin mencari tau jawaban dari rasa penasaranku.
"Katanya maaf ma"
Aleo menjawab seperti tak yakin
"Sudahlah sayang, mimpi hanyalah bunga tidur. Apa Aleo mau makan buah?"
Aku segera mengalihkan perhatian Aleo ke piring berisi buah yang sejak tadi sudah kupotong sembari menunggu dia bangun tidur. Aleoku suka makan buah.
"Mau ma"
Aleo mengangguk senang mendengar tawaranku.

Maafkan mama Aleo. Mama terpaksa harus berbohong karna ayah kandungmu tidak bisa bertemu denganmu lagi. Mama tidak mau Aleo kecewa jika tau tentang ayahmu yang seperti itu. Meskipun mama yakin Aleo pasti belum mengerti dengan rumitnya dunia orang dewasa tapi mama ingin menjaga perasaan Aleo.

Aku membatin seraya mengelus rambut Aleo yang mulai terlihat panjang, bayiku ini menjadi semakin tampan sekarang. Makanya yang masih belepotan dan sedikit kesusahan memegang sendok membuatku ingin membantunya. Tapi Aleo selalu berteriak dan ingin mencoba makan sendiri.
***

Akhirnya Aleo diperbolehkan untuk pulang setelah  2 minggu penuh dirawat dirumah sakit. Aku bisa bernafas lega sekarang. Aleoku sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Saat ingin melunasi tagihan rumah sakit ternyata Gustian sudah melakukanya terlebih dahulu. Entah kapan dia melakukanya karna aku sama sekali tak melihat Gustian disekitar resepsionis.

Stay With Me Please (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang