Sudah 30 menit. Kenapa kamu belum kembali membeli es krim? Apa kedai es krimnya sangat jauh?
Ah, atau mungkin karena antrian yang panjang, iya'kan? Baiklah, aku akan menunggu.
Sudah 1 jam dan batang hidungmu belum Nampak.
Kini aku mulai resah dan memikirkan sesuatu yang mungkin terjadi lagi seperti dulu, tapi aku berusaha mempercayaimu. Tidak mungkin'kan? Iya, tidak mungkin! Karena kamu orang baik, Aksa.
3 jam..
Sudah 3 jam, dan kamu belum dating. Aksa, kamu dimana? Ini sudah hamper tengah malam. Aku harus segera pulang. Kenapa kamu belum muncul? Apa kamu....., apa kamu meninggalkanku Aksa?
Aku menggigit bibir bawahku ketika pengunjung wahana sudah sepi. Kini mungkin tinggal diriku dan para staf taman bermain.
Aksa, kamu betul-betul tidak meninggalkanku kan?
Kenapa beli es krimnya lama sekali? Apa kau harus pakai pesawat?
"Dek, wahananya udah mau tutup."
Aku tersentak ketika suara di belakang pungguku terdengar. Ada staf taman bermain ini yang sekarang memberi tahuku wahana ingin akan ditutup.
"Adek kenapa belum pulang? Ini sudah malam, dan sekarang kami sedang beres-beres untuk tutup." Lanjut staf laki-laki berperawakan bapak-bapak itu.
Aku semakin menggigit bibirku. Kuremas jariku yang mulai dingin.
Perlahan aku menulis sesuatu, "Apa bapak melihat teman saya? Dia tinggi, kulitnya putih, dan pakai bando seperti yang saya pake. Ah, dia juga memakai baju kotak-kotak berwarna merah hitam."
Kulihat kening bapak itu mengernyit. Kini tatapan heran bercampur kasian menghiasi wajahnya.
"Maaf dek, bapak nggak liat. Hmm,, bagaimana kalau bapak antar keluar? Kasian kamu jalan sendiri. Mungkin saja temanmu itu sudah pulang duluan."
Apa betul? Apa yang dikatakan bapak itu betul?
Aksa, kamu benar-benar ninggalin aku sendirian disini? Kenapa? Aku salah apa padamu?
Aku menggelengkan kepalaku menanggapi perkataan bapak itu. Lantas aku segera berlalu pergi. Air mataku tertahan di pelupuk, aku tidak mau ada yang melihatku menangis, melihatku berada dititik terapuh. Dimana, kini aku sudah tidak ingin mempercayai siapapun lagi.
Sudah cukup.
Kamu yang terakhir, Aksa.
***
Aku terus menunduk, hingga tanpa sadar aku sudah keluar dari taman bermain bermain itu.
Kurapalkan jaket kulit yang melekat di badanku. Udara di luar terasa benar-benar dingin. Diikuti hatiku yang sudah mulai membeku.
Aksa, apa kamu sebrengsek itu?
Kenapa? Kenapa Aksa?! Apa kamu punya dendam tersendiri padaku? Kenapa kamu membalasnya dengan cara keji seperti ini? Aksa, selamat. Kamu sudah berhasil membuatku menderita, padahal aku sudah sangat percaya padamu.
Sekarang sudah pukul 11 lewat 15. Langit sudah benar-benar gelap. Jalanan sudah mulai sepi. Aku takut, baru kali ini aku belum pulang jam segini. Sendirian pula. Aku takut banget.
Hpku sudah lowbet 30 menit yang lalu, aku ingin menelpon ayah untuk menjemputku, meskipun mungkin akan berakhir pukul beberapa di tubuhku, tapi itu tidak mengapa, asalkan aku tidak sendirian di tengah malam seperti ini.
Aku memijit betisku sedikit, sudah 15 menit, dan tidak ada satupun taksi yang lewat. Ketakutan mulai menjalar ke seluruh tubuhku.
Tiba-tiba segerombolan motor dengan suara bising datang ke arahku. Ya Tuhan, tolong lindungi aku. Mereka terlihat menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLASS BEAD [TAMAT]
Teen FictionTAMAT Gadis itu merasa, kehidupannya di dunia ini akan terus seperti ini. Diperlakukan tidak manusiawi, tidak dihargai, dan tidak diterima sampai kapanpun. Namun, kehadiran cowok baru mengubah hidupnya 180 derajat. Pemuda itu menerimanya dengan t...