Tanpa sadar air matak menetes, ketika kejadian itu berputar kembali. Sata-saat dimana ketika Aksa sudah tak datng untuk menolngku, aku tak tahu aku akan jadi seperti apa. Saat-sat itu juga, aku mulai betul-betul percaya kepada Aksa,ketika ia mengatakan alasannya.
Katanya, saat mengantri untuk mebeli es krim, tiba-tiba ada seorang wanita yang pingsan di pelukanya. Saaat itu Aksa sungguh panik, wanita itu pun tidak punya kenalan satu pun. Pada akhirnya, Aksa yang bertangung jawab utuk membawa wanita itu ke rumah sakit. Tidak cukup hanya membawanya ke rumah sakit, Aksa harus menunggu wanita itu siuman terlebih dahulu, karena Aksa tidak menemukanvponsel di tas wanita itu. sebenarnya Aksa ingin mengabarku, tetapi hpnya lowbet, jadi dia tidak bisa memberi kabar apa-apa.
Awalnya, aku belum terlalu percaya, tapi Aksa segera membawaku menuju rumah sakit dimana wanita itu dirawat.dan memang benar apa yang dikatakan Aksa. Wanita itu juga minta maf padaku karena meminjam Aksa sebentar, karena dirinua yang tiba-tiba pingsan. padahal sebenarnya jika seprtiitu aku tidak apa-apa. Wanita itu juga berterima kasih kepada Aksa untuk yang kesekian kalinya.
Jujur saja, tidak ada rasa sakit sekarang, tapi rasa banga kepada Aksa yang punya jiwa menolonh sangat tinggi, aku salut padanya.
"Kenapa menangis?"
Aku terlonjak kaget ketika sebuah tangan mngusap pelan air mataku. Aku tersenyum melihat Aksa yang menatapku khawatir. Ah, sepertinya dia sudah memperhatiankanku diam-diam sat aku melamun tadi. Hingga ketika air mataku tumpah, kamu segera menghapusnya.
Aku menggeleng sebagai jawabn bahwa aku tidak apa-apa.
"Bohong." Katamu. Lalu mengambil kedua tanganku dan menatapku lurus. "Tanganmu bergetar selama melamun tadi,yakin, nggak apa-apa?"
Sekali lagi aku menggeleng. Rasanya aku malas menulis, apalagi sekarang kedua tanganku tengah di genggammu, dan tentu saja aku tidak mau melepasnya dulu.
"Baiklah." jawabmu pada akhirnya sambil menenangkanku
"Ngomong-ngomng, hari pertama masuk Universitas tinggi sedikit lagi. Kamu sudah punya persiapan?"
Ah, benar juga. Ya ampun, bagaimana aku bisa lupa?
Kami berdua baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas dan tahun ini akan segera masuk Universitas.Aku sangat bersyukur dapat diterima di Universitas yang sama dengan Aksa. Yah, doaku untuk tetap bersamanya lebih lama di kabulkan.
Tapi sejujurnya, aku takut masuk Universitas. Di Universitas itu orang-orangnya banyak yang semena-mena'kan? Apalagi kakak senior. Aku tahu ada kamu yang akan melindungiku, Aksa. Tapi, tentu saja aku paham kita pasti nggak setiap saat bertemu. Jurusanku dan Jurusanmu pun berbeda.
Sekelas saja, aku masih selalu diganggu tanpa kamu tahu, apalagi jika sudah berbeda kelas?
Hah,, mengingat itu, aku jadi ingat kejadian itu. Awalnya semua baik-baik saja, tapi tiba-tiba seseorang datang dan menyuruhku untuk berhenti menempel padamu.
Dia bahkan, melakukan hal-hal yang sudah masuk perkara bullyan.
***
AAKH
Lututku mendarat ditanah dengan bunyi yang lumayan keras. Aku meringis dalam hati, rasa sakit langsung terasa di lututku.
"Hahahahaha, makanya kalau jalan tuh liat-liat! Cukup mulut yang nggak bisa ngomong, mata lu jangan sampai ikutan buta!"
"Hahahaaha"
Aku menatap sekumpulan sisiwi cewek yang menjadi dalang diriku bisa terjatuh. Mereka menjulurkan kakinya saat aku masuk gerbang. Sepertinya mereka kakak kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLASS BEAD [TAMAT]
Fiksi RemajaTAMAT Gadis itu merasa, kehidupannya di dunia ini akan terus seperti ini. Diperlakukan tidak manusiawi, tidak dihargai, dan tidak diterima sampai kapanpun. Namun, kehadiran cowok baru mengubah hidupnya 180 derajat. Pemuda itu menerimanya dengan t...