4. Cinta itu?

595 16 0
                                    

Huhuhu:(((( Doain aku semoga nilainya bagus dan masuk sekolahan yang aku pilih:)). Amin

🐣🐣🐣
Lalu saat aku bertahan, dirimu menghilang. Dan disaat diriku sudah menyerah, dirimu kembali datang.

***

Jelaskan sesuatu kepada Mona sekarang. Kenapa gadis di sampingnya ini tampak biasa saja? Tak ada raut marah ataupun sedih. Bukannya mengharapkan, tapi ini seperti bukan Novel yang dia kenal.

"Vel, lo gak papa kan?."

Novel menengok ke arah samping lalu menepuk pundak Mona sambil tersenyum tipis. "Gak papa."

Bel masuk pun berbunyi beserta otak Mona yang mulai menguap karena memikirkan keadaan Novel. Saat suara derap kaki melangkah mendekat. Kelas mereka menjadi senyap. Menatap horor ke arah pintu kelas, berharap hari ini akan ada jam kosong. Tapi, hasilnya nihil.

Bu Ruli masuk dengan kacamata kecil yang membuat beliau tambah kecil karena faktor umur yang sudah menua. "Selamat pagi. Ibu disini akan menyampaikan sesuatu. Tolong di catat atau dengarkan baik-baik."

Ada jeda sedikit sebelum Bu Ruli melanjutkan perkataannya. "Sebentar lagi sekolahan akan ada Dis Natalies. Yang pasti akan diikuti seluruh siswa sekolah. Ibu selaku Wakil Kesiswaan harus menyampaikan ini. Kelas 12 hanya bisa mengikuti beberapa lomba, tidak semuanya karena harus segera fokus dalam pembelajaran kembali. Disini yang selaku anggota MPK, berkumpul dan merundingkan acara ini. Untuk jadwal lomba, akan menyusul. Terimakasih."

Lalu, Bu Ruli meninggalkan kelas XII MIPA 4 yang mulai ricuh. Mona dan Novel beranjak pergi. Ke tribun dimana mereka akan merundingkan acara ini dengan leluasa. Dan tentu Novel akan bertemu dengan ketuanya.

"Ada usulan hadiahnya buat lomba apa aja? Atau enggak lombanya deh?." Sang sekrestaris MPK gadis berkacamata bernama Rona itu pun mengawali pertemuan ini. Novel hanya memutar-mutar ponselnya. Seakan dengan itu ia bisa berpikir.

"Elo gak ada usulan, Nov?." Jaka berucap, memanggil gadis itu agar memberikan usulan. "Belum."

Masih dengan memutar ponselnya dan mengunyah permen yang menimbulkan suara gemertak keras. Mengalihkan pandangan mata sosok pemuda yang baru saja datang. "Sorry, telat."

Novel hanya melirik lalu memasukkan permen yang baru ke mulutnya. "Erlan mana sih?." Gadis itu berdecak, membuat beberapa pasang mata menghadap ke arahnya. Mereka semua kenal dekat dengan sosok Novel. Tidak menyakini desas desus bahwa Magenta dan Novel putus atau Novel adalah seorang pelakor. Sifatnya yang terkadang manja dan bijaksana, membuat orang yang di dekatnya merasa nyaman.

"Kenapa gak lo cari?." Genta pun akhirnya angkat suara. Risih sendiri mendengar gadis itu terus saja bergumam dan berdecak lirih. Lalu, kembali mereka yang berada disana mengerutkan kening saat Genta berucap seperti itu. "Oh, oke. Na, gue balik dulu. Chat gue kalau ada yang penting. Gue cari Erlan dulu."

Novel berdiri dan berlalu pergi dari tribun. Mencari sosok anggota MPK juga yang terkenal dengan kebandelannya. Saat berbelok di koridor Novel tak sengaja menabrak seorang gadis karena terlalu asik memakan permennya dan melihati kelas yang sedang pelajaran. "Eh, sorry. Beneran gue gak liat. Sorry ya!....... Lho, Lula?."

Lula, hanya tersenyum lalu memungut buku yang berserakan di lantai koridor. "Sini, gue bantuin."

Novel pun ikut berjongkok dan memunguti buku itu serta membawanya ke ruang guru. Tentu saja Novel tahu, guru kan memang begitu. "La, lo tadi liat Erlan keliaran gak?."

My Lovely Girl [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang