Hari apa ini???? Cieeee udah puasa aja ya:)) Semoga gak bolong ya:))
🐾🐾🐾
Ketika nafas ini terhenti. Ketika jiwa ini kembali. Ketika aku menutup mata untuk selamanya. Aku berdoa semoga ini untuk terakhir kalinya.***
"Gimana keadaan anak saya, dok?."Dokter pria berumur sekitar 56 itu pun hanya bisa menghela nafasnya. "Apa anak anda minum obatnya teratur?."
Bunda memejamkan matanya sejenak. Dia sudah selalu mengingatkan Novel tapi entah gadis itu meminumnya atau tidak. Semoga saja Novel tetap meminum obatnya tanpa harus di peringatkan.
"Sa-saya tidak tahu, dok..."
Guntur yang berada di sebelah bunda mengernyitkan dahinya. Kakaknya punya penyakit? Tapi, kenapa Guntur tidak tahu selama satu tahun ini? Bahkan, Novel tidak memberikan tanda-tanda jika ia sakit.
Dokter itu pun pergi saat tak dibutuhkan lagi keberadaannya. "Bun, kak Novel punya penyakit?."
"Iya, Gun."
"Apa?."
"Kanker otak."
Guntur diam. Termenung mendengar pernyataan bunda barusan. Tanpa tahu bahwa kakaknya akan mengidap penyakit kanker seperti ini. Guntur berharap ia masih punya kesempatan menebus segalanya. Ia hanya punya dua wanita yang harus ia jaga dalam hidupnya.
"Semenjak kapan, bun?."
Bunda terduduk lemas di kursi tunggu. "Semenjak ayah kalian meninggal. Dia stres. Saat itu juga dia ada masalah dengan seseorang." Isakan tangis pun terdengar. Menyayat hati Guntur perlahan. "Siapa?."
"Erlan. Temen dekat Novel waktu itu."
Lalu, Guntur paham. Mengingat seseorang yang bernama Erlan itu. Ah, cowok yang bisa buat ketawa Novel akhir-akhir ini. Guntur tahu siapa Erlan. Hanya saja, masalah diantara mereka Guntur tak tahu. Masalah itu berlalu saat ayah Novel dan Guntur meninggal. Disaat yang bersamaan gadis itu pun kejang hebat dengan darah yang terus mengalir di hidungnya. Guntur ada. Di jarak yang cukup jauh, dia hanya bisa melihat mamanya dan ayahnya harus berakhir di pemakaman.
***
Waktu itu, saat dia masih kecil. Masih lugu dan polos terhadap dunia yang kejam. Gadis kecil itu hanya bisa tertawa tanpa tahu sebab. Dan menangis saat terjatuh.
Gadis itu sekarang, lemah tak berdaya.
Magenta tahu itu. Ia hanya bisa melihatnya di jarak jauh. Mendekat pun ia takut. Jangankan mendekat melihatnya seperti ini saja membuat Magenta tak tahan. Selemah itukah gadis yang dikenalnya itu?
"Abang udah puas!! Bahkan, raga yang tak berdaya seperti kak Novel harus terluka cuman gara-gara keegoisan abang!!."
Lula mengeratkan genggamannya ke ponsel. Gadis itu tidak tahu harus bagaimana. Ini terlanjur sudah terjadi. Kemarin, ia pikir kakaknya itu akan kencan dengan Sekar. Tapi, ternyata gadis yang terbaring tak berdaya itu ulah kakaknya. Lula tak habis pikir kenapa ini semua bisa terjadi. "Udah sana. Biar Lula yang ngabarin abang nanti. Urusin tuh si Sekar. Telepon mulu tuh."
Ya, sedari tadi ponsel Magenta bergetar dan menyala saat ada pesan serta telepon yang masuk. Tentunya dari gadis di masa lalunya. "Kabarin gue, La."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Girl [SEQUEL]
DiversosCerita lanjutan Fake Nerd Girl ya:))) Baca dulu gak papa. Kalo gak baca juga gak papa. Mungkin gak berpengaruh juga:))) ----- Baru setahun mereka menjalin sebuah hubungan khusus. Tapi, hubungan itu berangsur renggang. Cinta yang dulu mereka pertahan...