My Boy(Best)Friend

21 4 2
                                    

"Jeno please, leave me alone. Kamu kenapa sih posesif banget padahal kita nggak ada hubungan apa-apa."

"Kenapa? Kamu nggak suka?"

"Ya nggak gitu. Tapi please kasih aku ruang gerak bareng pacarku."

"Pacar kamu? Yang namanya Jaemin itu?"

"Iya. Yang namanya Jaemin dan sahabat kamu itu."

"Kenapa emang, hm? Cemburu dia?"

"Ya nggak. Akunya yang nggak enak sama dia Jen."

"Kenapa nggak enak?"

***

"JENO, GEUMANHASEYO JEBAL."

Jeno terkekeh dan menarik diri menjauh dari kekasih sahabatnya itu. Wajah Andrea mulai memerah, entah karena malu atau marah. Jujur saja Jeno tak peduli. Justru wajah itu terlihat sangat cantik di matanya. Ada sesuatu dari diri diri Jeno yang mendorongnya untuk-

"YA! JENO!"

-mengecup pipi gadis manis itu. Jeno tergelak begitu Andrea tampak murka dan meneriakinya yang mulai menjauh. Ya, sehabis mengecup pipi gadis itu Jeno langsung menarik diri dan berlari agak menjauh. Paham betul akan ada ledakan amarah dibarengi dengan sebuah lemparan.

"O ow." Jeno meringis iba ketika lemparan itu mengenai dahi Jaemin, kekasih Andrea juga sahabatnya. Ada perasaan tak terima ketika Andrea tampak panik menghampiri Jaemin.

"Itu Jeno reseh banget, masa dia nge-" kalimat aduan Andrea terhenti. Jeno yang berada beberapa meter dari posisi Jaemin dan Andrea berdiri menaikkan sebelah alis. Diam-diam menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya yang terhenti.

"Nge apa?" tanya Jaemin.

Jeno sudah terbahak di sana. Tak tahan untuk tak menertawakan wajah Andrea yang memerah padam.  "Ngeselin," jawab Andrea sewot.

Jaemin hanya geleng-geleng tak habis pikir dengan tingkah kekasih dan sahabatnya yang seperti kucing dan anjing. Setiap hari jika bertemu pasti ada yang diributkan.

"Kalian berdua kalo ketemu pasti ribut," ujar Jaemin.

"Ya dia tuh nyebelin banget," kata Andrea.

"Kenapa gue? Elo yang nyebelin," jawab Jeno tak terima.

"udah-udah. Jen, mau makan ga lo?"

"maulah kalo dibayarin," balas Jeno yang tampak tenang menyandarkan tubuh di pohon. Memandangi Jaemin dan Andrea lama kelamaan membuatnya terbakar.

"Ya ayo, sekalian gue mau ngobrol sama lo," jawab Jaemin.

Sumpah, Andrea mengumpati kekasihnya itu dalam hati. Memang dia tidak tahu apa Jeno itu laki-laki kurang ajar yang mencuri kecupan di pipinya? Shit! Hanya mengingat itu saja pipi Andrea merona.

"Kamu kenapa? Tumben diem aja." Jaemin agak keheranan dengan sikap Andrea yang biasanya cerewet itu menjadi lebih pendiam.

"Apa? Aku nggak apa-apa," jawab Andrea. Meskipun selanjutnya agak latah dengan keberadaan Jeno di sisinya.

"kenapa? Ngeliatnya begitu? Terpesona?" gurau Jeno.

"Amit-amit, ga akan." Andrea mempercepat langkahnya yang agak tertinggal dari Jaemin. Lama-lama dekat dengan Jeno ia bisa hipertensi, terkena serangan jantung dan gila. Karena laki-laki iti memang tidak waras. Sahabat mana yang berani kurang ajar dengan kekasih sahabatnya?

Lagi.

Andrea mengutuk sang kekasih untuk kedua kalinya hari ini. Untuk apa mengajaknya dan Jeno makan, bila pada akhirnya harus ditinggalkan berdua dengan si makhluk gila itu? Andrea tak habis pikir dengan jalan pikiran Jaemin, sungguh. Andrea merasa dijebak dan diumpankan pada buaya.

"Kenapa? Nggak laper emang?" itu suara Jeno. Bukan Jaemin, Jaemin sudah pergi lima belas menit yang lalu menemui kliennya.

"Nggak."

"Judes banget sih," sindir Jeno. "Aaaaa, coba."

Andrea memicingkan kepala. Menatap tajam Jeno yang berniat menyuapinya. Jeno menaikkan sebelah alisnya tak peduli dengan tatapan gadis itu.

"good girl," katanya berkomentar setelah berhasil menyuapkan paksa makanan ke mulut Andrea.

Andrea terperangah tak percaya dengan tingkah sahabat kekasihnya itu.

"Kunyah dong atau mau dikunyahin?" tanya Jeno. Andrea mengunyah sebal makanan di dalam mulutnya. Sesekali ekor matanya melirik Jeno yang tampak tenang menikmati sepiring spaghetti bolognese itu.

"Iya tau, aku ganteng. Ngeliatnya biasa aja dong, Darl," ujar Jeno dan jangan lupakan senyum setan yang Andrea bersumpah itu manis.

"Andrea you lost your mind," umpat Andrea untuknya sendiri. "Darl, Darl, kepalamu," amuk Andrea yang kini memakan spagetinya dengan rakus.

"Santai dong cantik, makannya. Makin gemesin kamu kalo gitu," komentar Jeno yang sekarang malah menopang dagu. Netranya tak pernah melepaskan setiap detik pun pemandangan dihadapannya.

Andrea membanting sendok dan garpunya. Berharap Jeno ilfeel tapi gagal. Lihat saja, laki-laki itu malah membersihkan belepotan di sekitar mulut Andrea menggunakan indera pengecap milik laki-laki itu.

Darah Andrea berdesir, tubuhnya kaku. Otaknya memaki bahkan menyuruh untuk membunuh laki-laki itu saat ini juga. Namun hatinya berkhianat justru menikmati setiap sapuan yang diberikan laki-laki brengsek itu.

"Berdua aja lo?"

Andrea tersentak. Menggerakkan kepalanya, menoleh. Ada Mark dan Renjun. Andrea tersenyum canggung dan panik seketika. Bagaimana jika Mark dan Renjun melihat kegilaan Jeno? Bagaimana jika Mark dan Renjun mengadu pada Jaemin?

"Tamat sudah riwayatmu Andrea," gumam Andrea. Sudah tak peduli lagi dengan keberadaan ketiga lelaki di sekitarnya itu. Bahkan rungunya enggan menyimak isi pembicaraan ketiganya. Hanya satu yang ada dipikiran Andrea, bagaimana jika ia menenggelamkan diri ke dasar lautan saja sekarang?

"Santai Darl, releks. Mereka nggak liat kok," ujar Jeno.

Andrea menatap tajam Jeno. Namun laki-laki itu malah tersenyum miring. Sumpah itu menyeramkan, seperti bajingan.

"Rasa stroberi, Darl. Aku suka. Tolong jangan pakai rasa stroberi pas kamu lagi sama Jaemin. Karena itu rasa favoritku."

"JENO MATI SANAAAA!" teriak Andrea.

"berisik banget sih, Darl. Diliatin tuh sama pengunjung yang lain," ujar Jeno. Andrea kembali mematung karena barusan Jeno kembali mencuri sebuah kecupan dari bibirnya.

Sepotong CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang