#3

21 1 0
                                    

  Setelah dari warung, aku langsung ke kamar, merebahkan badanku, mengingat hal yang baru saja aku lihat.

"Zian disini? Dia balik lagi kesini? Atau cuma liburan aja? Kalo diinget-inget,selisih umur kita beda 3 tahun, berarti sekarang dia udah lulus dong, atau udah kuliah." pikirku dalam hati. Pikiranku tak lepas dari sosok yang baru saja aku temui.

  Aku hanya terus berusaha untuk tidak memikirkannya. Aku hanya terus merasa bersalah telah memikirkan lelaki lain, sedangkan aku punya pacar.

  Aku bangkit dari tidurku, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Menenangkan pikiranku yang terus saja memikirkan Zian.

***

  "Dear diary" Baru saja aku mau menulis di buku harianku, pintu kamarku tiba-tiba terbuka.

"Nay lagi apa? Keluar yuk, nyari makan" Tanya kakakku yang tiba-tiba masuk kamarku.

"Hmm" jawabku malas

"Ayolah, laper nihh, ditraktir dehh." bujuknya agar aku menemaninya keluar untuk cari makan.

"Iya deh kalo gitu." jawabku.

  Kita berangkat mencari makan setelah izin kepada mamah papah. Kita mencari tempat makan yang makanannya enak tapi harganya terjangkau. Setelah hampir lima belas menit mencari tempat makan, akhirnya kita putuskan untuk makan disalah satu cafe di daerahku.

  Kulihat diatas pintu masuk ada sebuah tulisan "Selamat Datang di Cafetoy". Di cafe itu hanya ada sedikit pengunjung, ya mungkin karena malam ini bukan malam libur.
 
Aku dan kakakku duduk di salah satu bangku dekat jendela. Mataku tertuju pada tiga orang laki-laki yang duduk tepat di pojok ruangan. Kulihat salah satu dari mereka adalah Revan. Aku tidak tau siapa dua laki-laki yang sedang duduk bersama Revan, karena mereka duduk membelakangiku.

"Meja empat, dua nasi goreng pedas dan es jeruk kan mas?" tanya pelayan wanita kepada kakakku. Aku yang sedang memperhatikan siapa yang sedang bersama Revan reflek melihat ke pelayan itu. Karena kami sudah kelaparan dari tadi, kami langsung saja memakan makanan pesanan kami.

  Setelah menghabiskan nasi goreng milikku, aku pergi ke toilet cafe itu. Aku harus melawati meja Revan untuk sampai ke toilet, tapi ku lihat di meja itu hanya tinggal Revan, dan seseorang yang aku tidak kenal. Aku tidak melihay satu orang lagi dimeja itu, entahlah dia kemana, aku pun tidak terlalu memikirkannya.

  Saat hampir sampai di toilet wanita, kulihat seorang laki-laki yang dari kemarin terus saja ada di dalam pikiranku keluar dari toilet pria. Ya, dia Zian. Dia melihat ke arahku, aku yang baru sadar dia melihatku langsung mempercepat langkahku masuk ke toilet wanita.

"Ahh, jantungku rasanya mau copot. Ya Tuhan, apa ini?" pikirku dalam hati. Aku berusaha untuk mengontrol jantungku yang terus berdetak kencang. Aku membasuh mukaku mencoba untuk menangkan pikiran dan jantungku.

  Setelah dari toilet aku langsung menghampiri kakakku yang sedang memainkan hpnya. Saat melewati meja Revan, ternyata Revan sedang bersama Zian dan satu temannya yang tidak aku kenal. "oh Tuhan, aku melihatnya lagi. Dia melihatku!  Tenang Nay, lo punya Azka, jangan tergoda sama tuh cowo!" kataku dalam hati. 

  Aku duduk kembali di mejaku, bertingkah seolah-olah tidak terjadi sesuatu dengan hatiku. Aku rasa aku sudah tidak mau lagi berada di cafe itu, pikiranku sudah kacau, aku terlalu fokus memikirkan Zian, dan aku tidak suka itu. Aku mengajak kakakku untuk pulang, dan kakakku setuju untuk pulang.

***

"Nay" Kulihat ada notifikasi WA dari Azka

"Iya apa?"

"Kamu udah makan?"

"Udah tadi makan sama kakakku keluar"

"Dimana?"

"Di cafetoy"

"Kenapa tadi gak bilang pas mau berangkat? Mungkin kamu juga gak bakal bilang kalo aku gak nanya udah makan apa belum."

"Ya Tuhan Azka, aku pergi keluar sama kakakku, dan itu pun cuma makan"

"Iya tapi kenapa kamu gak bilang?"

"Emang harus banget ya tiap aku ngelakuin apapun dilaporin ke kamu?"

"Iya lah, kamu itu cewe aku, kamu pacar aku, aku harus tau semuanya tentang kamu"

"Aku juga punya privasi, aku punya kehidupan aku sendiri, dan hidupku gak selamanya tentang kamu Azka".

"Terus kamu gak suka aku kaya gini? Kamu maunya aku gak peduli sama kamu? Gak merhatiin kamu?"

"Gak gitu juga Ka"

"Terus apa?"

"Nggak, maafin aku udah salah"

  Aku mengalah hanya tidak mau memperpanjang masalah.

A ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang