#10

7 2 0
                                    

Kitapun memutuskan untuk berjalan kaki, karena memang warungnya dekat dengan rumahku, tidak perlu sampai menaiki motor. Sesampainya aku di warung Satya aku melihat ke arah rumah Satya, dan benar saja Zian masih ada disana.

DEG DEG DEG DEG DEG.....

"Oh Tuhan, apa lagi ini? Ada apa dengan hatiku"kataku dalam hati.

Dia sedang duduk memainkan hpnya memakai baju warna putih bercorak hitam dan celana jeans hitam dengan jam tangan hitam ditangannya. Dia duduk dengan mengangkat satu kakinya dan disimpan diatas kaki yang satunya lagi. Dia terlihat fokus dengan hpnya.

"Satya gue mau jajan" teriak Rahma saat tidak menemukan seseorang di warung tersebut.

"Iya bentar" teriak Satya dari depan rumahnya. Satya pun menghampiri kami dan saat kulihat ke arah Satya yang sedang berjalan aku melihat dibelakang Satya ada Zian mengikutinya.

"Dia kesini" ucapku dalam hati gugup

"Kak, kenapa bengong" ucap Rahma padaku sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku dan berhasil mengancurkan lamunanku.

"Hah? Gak gapapa" ucapku tersadar

Tanpa kusadari Satya sudah didepan kita dan Zian berada disampingnya.

"Mau beli apa?" Tawar Satya

"Gue mau gorengan aja" balas Rahma

"Lo mau apa?" tanya Satya padaku

"Hah, euh, gue mau...mau apa aja deh terserah lo" ucapku gugup karena ada Zian

"Gue kasih lo yang mahal-mahal terus banyak ya, biar gue untung" ucap Satya sambil membungkus gorengan pesanan Rahma

"Ih jangan, gue cuma bawa uang lima ribu" gerutuku

"Katanya gimana gue" timpa Satya

"Ya gak gitu juga kali" ucapku

Sesekali aku melihat ke arah Zian yang sedang memperhatikan Satya membungkus gorengan.

Saat aku mencoba untuk melihat ke arah Zian lagi, kulihat dia sedang melihat ke arahku, dan akhirnya mata kita bertemu, kulihat sekilas dia tersenyum padaku.

Aku langsung membuang muka dan langsung mencari hpku lalu pura-pura sibuk dengan hpku. Dan mungkin sikapku sudah kentara bahwa aku sedang gugup, karena salah tingkah. Aku mencoba melirik Zian lagi berharap dia sudah tidak melihatku, tapi ternyata dia masih memperhatikanku yang dari tadi salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya itu.

"Woy Nay, lo kebelet berak ya?" ucap Satya yang melihatku salah tingkah dan tidak bisa diam dari tadi.

"Ihh enggak...gue,gue cuma..." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Satya sudah memotongnya

"Dari tadi gue liatin lo ngelirik si Zian mulu, jangan-jangan lo salting gara-gara dia ya?"

Aku yang mendengar ucapan Satya langsung malu dan tambah salah tingkah ditambah lagi pipiku sudah merah.

"A..apaan sih,nggak lah. So tau lo" Ucapku gugup

"Oh kak Naya gugup dari tadi gara-gara ada ka Zian ya?" ucap Rahma membuatku tambah malu

"Eh lo ke si Zian aja bilang pake 'kak' kok ke gue lo gak panggil 'kak'?" protes Satya

"Ih ngapain gue panggil lo 'kak',gue panggil 'kak' ke kak Zian itu karena doa ganteng,gak kaya lo" balas Rahma

"Wahh maksud lo apaan tuh? Gue gak ganteng gitu? Gak kira-kira lo ngomong, muka kaya Sehun EXO gini dibilang gak ganteng"

Semua yang ada diwarung Satya pun tertawa mendengar ucapan Satya.

"Kok kalian malah ketawa? Apa yang lucu?" gerutu Satya merasa tidak terima ditertawakan

"Udah lah derr terima aja nasib lo" ucap Zian sambil tertawa

Aku melihat Zian tertawa. Dia tertawa memperlihatkan gigi-giginya yang putih, dia terlihat sangat lepas saat tertawa, padahal yang sering aku lihat dia selalu memasang muka dingin tampa ekspresi.

"Tuh kak Naya liatan kak Zian terus" ucap Rahma yang ternyata dari tadi memperhatikanku yang terus saja melihat ke arah Zian.

Satya dan Zian pun sontak melihat ke arahku, aku yang sadar akan tatapan mereka langsung menundukan kepala karena tidak mau mereka melihat pipiku yang sudah sangat merah karena malu.

"Ihh apaan sih kalian, gue cuma liat doang, gak lebih" ucapku dengan kepala yang masih menunduk

"Ya emang tadi kita bilang lo lebih dari ngeliatin dia?" ucap Satya

"Ya nggak juga sih" ucapku malu

"Udah lah, kalian kaya yang gak suka liatin orang aja. Mungkin dia ngeliatin gue karena gue berantakan, atau ada belek dimata gue" ucap Zian

Entahlah, aku merasa Zian membelaku disana.

"Hahahaha, muka lo emang berantakan sih" Ucap Satya pada Zian

"Ihh mata lo katarak ya? Muka ganteng gitu dibilang berantakan" Ucap Rahma membela Zian

"Udah lah yuk Ma, kita pulang, udah sore" ajakku pada Rahma.

"Jadi berapa semuanya Sat?" tanyaku yang masih mencoba menyembunyikan kegugupanku

"Delapan ribu Nay" ucap Satya

"Ya udah nih uang nya" aku memberi dua lembar uang lima ribuan.

"Nih kembaliannya"

"Kasih ke Rahma" ucapku

"Udah ayo balik ih" Gerutuku pada Rahma yang sedang memainkan hpnya

"Iya iya sabar kak, ya udah kak Zian kita pulang dulu ya" ucap Rahma

"Ke Zian aja pamit, ke gue mah kagak" protes Satya

"Terserah gue lah" balas Rahma

Aku memegang pergelangan tangan Rahma dan menariknya agar cepat berjalan. Sebelum melangkahkan kakiku, aku melihat ke arah Zian lagi untuk yang kesekian kalinya dan mendapatkan dia sedang menatapku juga.

"Oh shit, dia ngeliat ke arah gue lagi, ya Tuhan kenapa kalo liat dia hati gue selalu kaya gini" ucapku dalam hati.

Aku berjalan dengan cepat dan Rahma yang mengikutiku dari belakang kewalahan mengejarku karena tadi setelah mataku dan mata Zian bertemu aku langsung lari karena malu.

"Kak tunggu, jalannya janhan cepet-cepet, Rahma cape" rengek Rahma karena kecapean mengejarku.

A ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang