#4

16 2 0
                                    

  "Barangkali tak ada yang lebih patut dikasihani didunia ini selain orang yang gemar menipu perasaannya sendiri; pura-pura bahagia"  - Bait Semusim.

  Ya, aku orang nya. Aku orang yang selalu membodohi diri sendiri dan terus meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik-baik dengan berjalannya waktu.

  Aku orang yang selalu berkata "Buat lah dia bahagia bersamamu, dan nyaman bersamamu, maka kau akan bahagia." But no, setelah apa yang aku jalanin selama ini bersamanya aku tau, bahwa kebahagiaan kita yang sebenarnya tidak diukur dari seberapa bahagia orang yang sedang bersama kita, kenyamanan kita tidak diukur dari seberapa nyaman seseorang bersama kita.

  Bahagia kita adalah dimana kita melakukan apa yang kita mau, mendapatkan apa yang sudah kita usahakan.

  Mungkin, terkadang aku bahagia bersamanya, dan mungkin saja bahagiaku selama ini hanya untuk membuatnya berpikir aku bahagia bersamanya. Aku hanya tidak mau dia terluka, tapi tanpa kusadari aku membuat diriku terluka lebih dalam hanya karena tidak mau melukainya.

  Apakah hal itu wajar ? Melukai diri sendiri hanya karena tidak mau melukai seseorang ?

***

  Aku berjalan menyusuri jalan disore hari. Aku berjalan-jalan di sekitar komplek rumahku, dengan alunan lagu band favoritku yang aku putar dari HP-ku. Kulihat banyak anak-anak kecil yang sedang bermain, ada juga ibu-ibu yang sedang berbincang di tempat duduk taman komplek rumahku, kutebak mereka sedang bergosip.

  Kulihat ada tempat duduk dibawah pohon yang sudah tua. Sebelum duduk, aku melihat pohon itu dengan serius, aku yang terlalu sering menonton film hantu terus berpikir, apakah ada hantu dipohon itu ?. Pikiranku yang sudah kacau karena takut dibelakang pohon tua itu ada hantu, akhirnya aku memutuskan untuk pergi mencari tempat duduk lain.

  Aku melihat satu tempat duduk dipojok taman, tempat duduk yang bisa buat untuk dua orang, yang terbuat dari besi dan berwarna coklat. Disana tidak terlalu banyak anak-anak, karena disana bukan area untuk bermain anak-anak, dan tidak ada mainan buat anak-anak.

  Tempat itu sepi, hanya ada beberapa orang yang aku kenal duduk disana. Aku duduk sambil mendengarkan lagi Promise - EXO. Aku menutup mataku, membayangkan sembilan member EXO bernyanyi di depanku.

  Saat sedang asik-asiknya mendengarkan lagu favoritku, aku mendengar suara motor yang sangat keras, aku membuka mata, dan kulihat ternyata Satya yang mengendarai motor berisik itu. Mataku terbelalak saat melihat Zian yang berada di belakang Satya.

  "Oh Tuhan, kenapa aku melihatnya lagi. Aku benci terus melihatnya." Aku kembali menutup mataku, agar aku tidak melihatnya lagi. Kuharap dia langsung pergi.

  Tapi ternyata Satya mengajak Zian duduk disebelah tempat dudukku. Aku yang sedang menutup mata, mendengar seseorang mencoba berbicara padaku.

  "Woy, Nay"

  Aku membuka mataku dan menoleh ke seumber suara yang sangat mengangguku. Dan setelah kulihat, ternyata Satya yang memanggilku.

"Paan sih, ganggu aja" Aku yang ternganggu dengan suara Satya dan sebenarnya aku tidak mau melihat Zian, kenapa Satya harus duduk disana bersama Zian.

"Ngapain lo? Merem-merem kaya gitu. Ngebayangin apa lo?" balas Satya.

"Kepo lo"

"Dih, jutek amat lo jadi cewe"

"Hidup-hidup gue, kenapa lo yang ribet."

"Yeee lo mah."

  Aku memutuskan untuk pergi dari taman itu, aku tidak mau melihat Zian. Gimana gak liat, Zian duduk disebelah Satya, dan Satya terus mengejekku. Aku pergi karena aku tidak mau keliatan gugup, dan jantungku terus berdetak kencang.

A ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang