Gracio POV
"Astaga Gracio udah siaang...banguuuunn!" suara sang malaikat dengan lembut membelai telingaku, membawaku kembali ke alam nyata. Perlahan kubuka kedua mataku kutatap wajah sang malaikat itu Tak pernah membosankan. Sebenarnya aku ini masih hidup atau sudah disurga sih? kenapa ada malaikat mendampingiku?
"Heeii....Kan nggak ada kuliah hari ini, tidur lagi aja sini" ucapku masih dengan setengah nyawa sembari menarik lembut tangan nya bermaksud mengajaknya berbaring di sampingku.
"Ish...Kamu begadang main PUBG lagi ya?" Dia melepas genggaman tanganku
"Nggak kok" jawabku bohong. lalu ku ubah posisiku menjadi duduk menghadapnya.
"Bohong, Itu apa?" ucapnya sambil menunjuk meja belajarku.
Astaga lagi lagi Okta lupa membawa pulang kaca matanya. Okta dan Angel adalah teman kampusku. Kami sama-sama pecandu game PUBG. Kami sering berkumpul disalah satu rumah hanya untuk bermain bersama dan tadi malam, apartmenku yang menjadi markas kami. Kalau sudah berkutat dengan PUBG kami bisa lupa tidur, makan, bahkan lupa pacar.
Tak jarang Shani marah padaku karena merasa dirinya diduakan oleh game. Ya gimana lagi dia sibuk sementara aku sudah memutuskan untuk tinggal di jakarta seorang diri disebuah apartment. Aku malas jika harus mengikuti orang tuaku yang selalu pindah-pindah tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan. Jadi satu-satu nya yang bisa menemaniku ya game.
"I'm Sorry Honey" ucapku dengan wajah memelas dan meraih kedua tangan lembutnya.
"Kan aku juga udah jarang Ga terlalu sering kayak waktu itu. cuma sesekali aja kok, semalem aja baru main lagi" lanjutku. dia masih diam dengan wajah cemberut badainya.
"Maaf sayang. Jangan cemberut gitu dong, bikin gemes tau" Kucoba merayunya dia masih diam tak mau menatapku namun tak menolak genggaman tanganku.
Kusentuh dagunya, ku arahkan wajahnya untuk menatapku. Dan... Argh, aku menjadi berdebat sendiri ditatapnya seperti ini. Alhasil aku hanya bisa terdiam dengan mata kami saling bertatapan.
"apa?" ucapnya menyadarkanku
"Eh, kamu pake sihir apa sih? kalo udah ditatap kamu tuh aku tiba-tiba jadi kayak patung tapi jantung aku deg-deg'an" ucapku jujur. Dia mulai tersenyum pipinya merona.
"Udah ah mandi sana. Katanya ada restoran jepang baru di fx. Kalo mau dimaafin kamu harus temenin aku kesana." ucapnya
"I'll do anything for you my angel" kucubit gemas pipinya.
"Gimana kalo kamu makan di restoran jepang itu terus aku ke Theater JKT48 aja? udah lama nggak ngechant Oshi. Kangen oshi aku" Candaku. Dia kembali memasang wajah cemberut.
"Hahaha, bercanda sayang iya nih aku mandi terus temenin kamu ke restoran jepang itu pokoknya kamu tinggal bilang mau kemana aja pasti aku temenin apalagi nemenin kamu ke pelaminan. Ayo banget aku mah" Ucapku bersemangat.
Dia mencubit perutku. Pipinya kembali merona lucu, 8nilah yang membuatku tertarik untuk menggodanya.
"Hehehe bentar ya" Kucium pipinya sekilas lalu segera menuju kamar mandi.
******
"Cio, yakin nggak mau nyobain? Enak loh" Ucapnya sambil menyodorkan makanan jepang entah apa namanya dengan sumpitnya ke mulutku. Aku hanya menggelelng kemudian dia menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Aku memang kurang suka dengan makanan jepang. Sekarang pun aku hanya memesan minuman. Tak tertarik sama sekali dengan menu yang disediakan di restoran ini.
Kutelakkan tangan di daguku sambil terus memandangi nya yang sedang lahap menyantap pesanan nya. Senyum menghiasi wajahku hanya memandangi nya saja rasanya damai sekali. Tunggu, biasanya Shani selalu membawa masakannya untuku kalau pergi ke restoran jepang seperti ini. Karena ia tahu aku tak akan memesan makanan disini. Tapi sekarang mana? Hah, biarlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot JKT48
Short Storysekumpulan cerita OS JKT48 Warning.... ada beberapa part 18+....