Romance 2

649 1 0
                                    

BAB DUA

KEJADIAN itu begitu singkat, belum sempat aku berteriak meminta tolong, tiba-tiba saja kami sudah berada di tempat yang sama sekali asing bagi kami.

"Dimana kita?" pekik Wie, jeritannya itu mengaung di ruangan. Aku tidak bisa menjawab karena mengagumi keindahan ruangan itu.

Ruangan itu semacam kamar. Ya karena di ujung ruangan terdapat ruang tidur. Yang dihias begitu indah. Disamping kiri ada jendela kecil yang bentuknya agak tidak lazim. Seperti di timur tengah...

"Oh...!!" memikirkan itu, aku terpekik ketika melihat pakaian Wie. Dan Wie juga kaget melihat pakaianku. Pakaian kami sudah sama sekali berubah.

Aku memakai semacam rompi tanpa lengan. Dan celanaku agak kedodoran di bagian bawah, dan oh, sepatuku jadi sepatu yang bentuknya mancung ke atas, seperti sepatu Alladin. Dan pakaian Wie pun tidak jauh cuma bagian atasnya tertutup.

Kami sadar, kami telah berada di negeri timur tengah. Tapi bagaimana ini terjadi?

Aku dan Wie berpandangan dengan pikiran yang sama. Tak sanggup berkata-kata.

Tiba-tiba pintu di belakang kami terbuka. Tiga orang berpakaian hitam dan bertopeng, berlompatan masuk. Gerakan mereka lincah sekali. Oh... apa yang terjadi.

"Gerak cepat!!" teriak salah seorang setelah berhadapan dengan kami. "Ambil sang putri!!"

Dua orang dari mereka menyerang Wie, mereka memanggul Wie, Wie berteriak tak karuan, ketika kedua orang bertopeng itu melompat lewat jendela. Dan menghilang ke bawah. Astaga ternyata ini di ruangan atas, dan mereka lompat begitu saja.

Eh... kenapa aku diam saja, habis semuanya terlalu cepat terjadi, aku belum sempat bergerak. Sampai ketika sadar aku baru menghampiri jendela "Wiiiiiiii! Hei lepaskan dia" aku dengan lesu melihat Wie di gotong dua orang ninja itu yang berlari melompati atap satu ke atap yang lainnya dengan lincah. Gila benar!.

Tiba-tiba seorang ninja lagi memukul perutku, aku terjerembap ke lantai marmer. Ninja itu menghampiri jendela dan mengikuti melompat ke luar jendela. Aku melongo.

"Sial... kenapa mereka menculik Wie.." kataku kesal, sambil bangkit berdiri. Dan mencoba menenangkan pikiran mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja yang masuk akal.

"Mungkin mereka mengira.. temanmu itu aku.."tiba-tiba terdengar suara lembut dari belakang. Sambil kaget aku membalik ke belakang tapi aku tak melihat seorang pun.

"Siapa tadi.... ? hantu ya?" tanyaku gemetaran. Tiba-tiba terdengar suara ketawa.

Aku meloncat kaget ketika seorang cewek keluar dari persembunyiannya yang ternyata di kolong tempat tidur. "Sorry.. membuatmu kaget"

Cewek itu cakep juga. Wajahnya persis Wie, Cuma yang ini rambutnya panjang diikat ke belakang. Kini aku mengerti.. ternyata gerombolan tadi mengincar cewek ini, tapi mereka salah tangkap.

"Kamu siapa?" tanyaku.

"Aku Amina, putri bagdad" jawab tuh cewek.

Aku kaget dong, "tunggu.. kau harus menjelaskan sesuatu.."

Ucapanku terpotong karena tiba-tiba tiga orang lagi masuk ruangan itu, seorang seumurku, seorang tua dan gemuk dan seorang lagi tua kerempeng dan bertopi kerucut.

"Bedebah kau!!" yang muda menyerangku dengan pedangnya! Aku berhasil mengelak dari tiga serangan tapi tak yakin selanjutnya, "mati kau penculik busuk!"

"Tuan Abhad.. biar aku saja yang melemparnya ke luar kau tolong putri" kata yang tua kerempeng, ia mengangkat tongkatnya dan oh.. aku tiba-tiba melayang terbang ke atas.

"Terimakasih Alhaz.." kata Abhad dan menghampiri putri lalu memegang tangannya, "kau tidak apa-apa tuan putriku...?"

Sementara aku semakin melayang mendekat jendela. Rupanya aku mau dilempar keluar. Oh bagus ya.. gawaaat!!.

"Aku tidak apa-apa.." kata Amina, "tapi tolong jangan sakiti dia.." katanya menunjuk aku.

Alhaz menghentikan sihirnya. Aku membeku di udara, sedetik saja terlambat aku sudah melayang ke akhirat.

"Putri..ada apa yang sebenarnya terjadi" yang tua dan gendut menghampiri Amina.

'Dia bukan penjahatnya..ayahanda.." kata Amina, "penjahat yang sebenarnya sudah melarikan diri, dan karena aku, teman wanita dia diculik oleh gerombolan Jafros itu. Mereka mengira itu aku."

"Benar.. itu benar!!" pekikku sambil tergagap. "ini semua salah paham kawan.. tolong turunkan aku.." mataku memohon pada si kakek bertopi kerucut yang ternyata penyihir sakti bernama Alhaz.

Alhaz setelah menerima isyarat dari baginda raja yang tadi dipanggil ayahanda oleh putri Amina, segera menurunkan aku dengan pelan. Begitu menyentuh lantai, aku baru sadar keringatku begitu deras bercucuran.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi..?" kata Abhad, mungkin dia itu tunangannya putri Amina, dapat dilihat dari caranya dia menenangkan Amina sekarang. Ia merengkuh bahu Amina seakan tak mau melepasnya. "Siapa kau..? dan kenapa kamu bisa ada disini..? dan apa benar kata putri Amina tadi...?"

Sambil menghela napas, aku mencoba berdiri. "itu benar kawan..." kataku, "namaku Teguh.. dan aku tak tahu kenapa aku bisa berada disini, di negeri yang sama sekali asing..." tiba-tiba aku teringat Wie dan emosi. "Yang jelas! Kini pacarku diculik segerombolan manusia berbaju hitam yang misterius, karena dikira seorang putri bagdad! Dan seharusnya kalian bertanggung jawab atas semua itu!!"

Keempat orang di hadapanku tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Kelihatannya mereka cemas padaku. Anehnya aku malah semakin marah.

"Ya sudah!" bentakku, tiba-tiba berbalik dan melangkahkan kaki di sisi jendela, eh apa yang akan aku lakukan? "Kalau begitu biar aku sendiri yang akan menyelamatkan Wi"

Kembali aku memandang ke bawah jendela. Wow ini sih pemandangan dari lantai 40 sebuah gedung pencakar langit. Mungkin setelah aku datang ke dunia ini aku punya kekuatan seperti orang-orang hitam tadi, pikirku. Mungkin ini semacam game yang tak ada yang tak mungkin terjadi.

Dan aku pun melompat. Kudengar jeritan putri Amina di belakang, begitu hembusan angin menerpa seluruh tubuhku, ayo terbang! Pekikku dalam hati, terbang! Terbang!

Tapi sebenarnya aku juga tidak yakin dari tadi. Yah.. aku tidak yakin bisa terbang. Ternyata kayaknya dugaanku salah, soalnya kini jatuhku semakin tak terkendali.

Dan aku semakin yakin, bahwa aku baru saja melakukan bunuh diri.

The Adventure Of Romantic KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang