Dua minggu setelah Kino add gue di LINE dan dia chat gue, gak ada yang berubah antara gue dan Kino. Kalo antara gue dan Rayen? Rayen makin gilakkk! Padahal baru satu minggu lebih gue kenal dia dan gua tau Rayen naksir gue tapi kenapa dia memperlakukan gue seperti ini?
"Gak bisa terus-terusan kaya gini, Dir. Gak tahan gue di posesifin... please, lo harus ada dipihak gue kali ini. Bukan karena Kino, bukan sama sekali. Tapi ini demi kesehatan jiwa gue. Gue risih digituin sama Rayen. Tapi kayanya gue juga salah sih karena ngeladenin dia. Akhir-akhir ini aja gue sering jalan bareng kan sama Rayen. Gimana dong, Dir?" Gue bercerita sambil merengek ke Dira.
"Gua tuh udah ceramahin tu anak, Sha. Biar dia gak posesif lagi sama lo. Tapi kayanya emang kodrat dia kaya gitu deh. Susah." Bahkan Dira aja menyerah.
"Lo udah tau kan gimana jeleknya dia kalo chatnya gak gue bales? Itu telfon sampe hape gue panas mah bisa kali. Tapi gue herannya dia gak pernah marah sama sekali... dia selalu nerima alasan gue gak bales chatnya. Tapi tetep aja gue gak suka terlalu di cariin kaya gitu." Gue masih merengek kepada Dira.
"Kalo Kino yang posesif lo bakal kaya gini juga gak ya?" Ledek Dira.
"Bye, gue mau berangkat les." Pamit gue lalu pergi meninggalkan Dira.
***
Setelah pulang les, gue memaksakan diri untuk bertemu dengan Rayen. Karena kalo gak gue turutin, Rayen bakalan maksa dengan cara yang halus yang tentunya membuat siapapun merasa tidak enak untuk menolaknya dan sebenarnya ada hal yang mau gue omongin juga sama Rayen.
Awalnya gue basa-basi biasa dulu sampai pada akhirnya gue mengarah ke hal yang sebenarnya mau gue bahas dari minggu lalu sama dia, "Rayen, kamu ada yang mau diomongin gak?" Tanya gue.
"Enggak, kenapa gitu?" Dia balik bertanya.
"Gimana ya ngomongnya? Hm, gak enak nih aku," kata gue yang sejujurnya saat ini emang merasa gak enak.
"Gapapa ngomong aja," katanya.
Akhirnya gue memberanikan diri, "Kamu udah berharap banyak ya sama aku?"
Dia berfikir agak lama untuk menjawab, "Iya."
Gue mencelos denger jawabannya, "Gini..."
"Kalo emang aku terkesan ngasih harapan, aku minta maaf. Tapi berhubung kita belum terlalu jauh, kayanya emang kita gak cocok buat ke arah sana deh. I had so much fun with you, kamu itu asik dan enak di ajak ngobrol. Tapi namanya juga pendekatan ada yang berhasil ada yang enggak, ya semoga aja ini gak bikin kamu kecewa sih." Akhirnya gue berhasil mengeluarkan kalimat ini.
Gue gak bisa ngebaca raut mukanya. Gue gak jago begituan, hiks.
"Aku salah ya ngomong kaya gini?" Tanya gue.
"Enggak kok, justru kamu bagus sih, berani ngomong kaya gini." Katanya.
"Sekali lagi maaf ya..."
***
Begitu lah kira-kira akhir cerita gue dan Rayen. Lalu, beberapa hari kemudian hari-hari gue berjalan seperti biasa lagi. Tanpa chat yang memusingkan dan tumpukan missed call. Sampai di seminggu setelah gue selesai dengan Rayen, gue dapet cerita kalo Rayen balikan lagi sama mantannya. Gue gak akan nyinyirin dia, gue malah merasa bersyukur artinya gue emang selingan aja buat dia. Karena pindah ke lain hati gak akan semudah itu bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Met You
Historia Corta"Jadi, gue harus manggil kakak atau enggak nih?" Tanyanya. "Jangan! Marsha aja." Jawab gue. "Oke, Mars!" Lalu, gue tertawa karena dia memanggil gue dengan panggilan aneh itu. Mars, katanya. "Nama lo itu Marsha aja? Atau Marsha Aruan?" "Marshanda." S...