(5) Real or Not?

140 29 19
                                    

Yes!! I'm back again🖐
Apa kabareee kalian?
Semoga di part kali ini bakalan nge feel ya.

Btw, sebelum baca, tolong dong beri apresiasi dengan vote atau komen😁 #ngemis

Okelah, langsung aja!

Happy reading😘

"Sudahlah, Kaira-ya." bujuk Naerun sejak tiga puluh menit lalu.

Aku sedang menangis. Entah apa yang aku tangisi saat ini. Kebodohanku karna tidak mengatakan apapun saat berhadapan dengan Jung?

Atau menyianyiakan karna tidak meminta sesuatu kepada Jung?

Kenapa setelah aku bertemu dengannya ia harus menyiksaku dengan perasaan mengganggu ini? Dia tidak tau bagaimana perasaanku karna tebar pesonanya.

Naerun memberiku botol mineral kedua. Satu botol air mineral telah tandas aku teguk tadi. Langit semakin menunjukkan kegelapan Busan. Daerah ini memang indah, karena saat malam lampu-lampu akan menyala sempurna.

"Bagaimana kalau kita makan?" ajak Naerun membantuku berdiri.

Aku hanya mengangguk. Ya kali ini aku tidak boleh munafik, karna perut sudah memanggil.

Kami berjalan pelan menyusuri tempat sekitar gedung fansign tadi. Banyak restoran yang dapat kami masuki. Tidak hanya makanannya, tapi juga bentuknya yang cukup menyita perhatianku.

"Aku sangat senang tadi. Aku sudah mengecek isi album yang mereka tanda tangani."

"Aku ikut senang mendengarnya." aku berusaha menarik sebuah senyum kecil. Perasaanku ingin juga bahagia, namun setengahnya memilih dilema karna hal yang tidak kuketahui.

"Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat." tanya Naerun, tangannya menyentuh pipiku.

"Ah-aku baik-baik saja. Ini karna gugupnya belum hilang."

Saat kami memulai langkah lagi, aku memalingkan pandangan ke arah tak jauh dari tempatku berdiri. Cukup gelap, karna yang terlihat hanya bentuk tubuh seorang wanita paruh baya tengah berjalan tergesa-gesa. Wanita itu tampak berkali-kali menengok ke belakang.

"Wae?" Naerun mengejutkanku.
Aku menggeleng lalu menyusul langkah Naerun.

Perasaan ingin tahuku begitu besar daripada perutku yang kini merengek minta makan. Mataku terus mengawasi wanita yang tampak jauh sedang mendekati gedung. Mungkin aku akan lega jika saja aku tidak melihat seseorang bertopi dan membuntuti wanita itu yang jaraknya sudah semakin dekat.

Aku melebarkan mata, benar-benar tidak tau harus merespon apa. Ada sebuah pisau ditangan orang itu. Aku juga sedang tak yakin itu pria atau wanita, karena kakinya tampak jenjang seperti kaki seorang wanita pada umumnya. Tapi tubuhnya tampak besar dalam balutan jaket kulit hitam.

Aku memalingkan wajah. "Tidak, Kaira. Pasti ada orang yang melihatnya selain kau! Cepat pergi!" kataku untuk menghentikan pikiranku, menenangkan jantung yang mulai berpacu kencang.

Perutku seperti ingin mengeluarkan segala yang ada didalamnya, kenapa kemauanku tidak mau berkerja dengan situasi. Dia memegang senjata sedangkan aku tidak punya apapun, itulah yang aku khawatirkan.

"Haruskah aku berteriak?" aku bertanya di dalam hati.

Aku melihat lagi kearah wanita itu. "Hah! Kenapa tidak ada yang melihat mereka!" Aku mengecewakan orang-orang yang sama sekali tampak tidak melihat bahwa sesuatu mungkin terjadi. Banyak orang hanya berjalan santai, membuatku meloncat frustasi.

P R O M I S E || Kim Seok Jin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang