Airin melihat disekitar rumahnya yang sangat sepi dan gelap. Padahal, beberapa jam lalu rumah ini banyak kedatangan orang-orang penting ayahnya. Airin memutar knop pintu yamg sudah ia buka dengan kunci cadangan dengan pelan. Saat terbuka, dia berlari melewati halaman rumah yang sangat luas dan mengendong tas punggungnya.
Dia tampak ketakutan. Tangannya bergetar sambil membuka pagar gerbang yang berdecit pelan berharap tidak ada yang mendengar. Sampai saatnya terbuka, Airin berlari dengan langkah berat. Matanya perlahan buram oleh air matanya.
"Ma, pa, Airin pergi ya. Airin pasti pulang. Tapi tunggu saatnya. Airin belum siap" Airin berbicara dalam hati dengan sangat yakin. Yakin akan hal yang ia ucapkan walaupun itu akan lama.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Entah apa yang dipikirkan Airin sekarang, dia sangat binggung.
"Kerumah siapa? Nenek udah meninggal"
Badannya kini sudah pegal-pegal karena mengendong tas yang penuh dengan bajunya. Melihat kakinya yang melangkah entah kemana. Sampai satu ide masuk ke otaknya. Dia yakin ide itu akan menyelamatkannya saat ini. Kakinya melangkah kearah yang sedang sedang ia tuju.
Airin melangkah dengan hati-hati saat sudah didepan rumah yang dia tuju. Ia mengetuk pintu dengan gerakan pelan berharap pemilik rumah akan membuka pintu saat malam larut ini.
Pintu terbuka dengan perlahan memunculkan lelaki yang tampak lebih muda darinya.
"Airin? Ngapain malem-malem lo kesini?" Ucap lelaki itu sambil menggaruk kepalanya yang tampak sangat berantakan. Jika dilihat, sepertinya dia habis bangun tidur.
"Ta...nte Dian ada? Gue mau ngomong sama dia sekarang"
Lelaki itu manggut-manggut dan berjalan masuk kedalam dibuntuti oleh Airin. Airin melihat dekorasi rumah ini. Tidak pernah berubah sejak saat dia kecil dulu.
"Duduk aja dulu, gue mau panggilin bunda"
Airin menurut saja duduk disofa ruang tamu. Lelaki yang tadi ia temui masuk kedalam salah satu kamar.
Sendiri, sekarang dia sendiri. Airin menaruh tas punggungnya disebelahnya. Perlahan air matanya jatuh lagi. Entah apa salahnya sampai ayahnya menjadikan dia alat untuk menaikkan perusahaan. Dengan cara bodoh pastinya.
Airin menghapus air matanya dengan paksa saat tiga orang keluar dari salah satu kamar yang dimasuki oleh lelaki yang bernama Alka tadi.
"Airin, kenapa ada masalah lagi?" Tanya wanita paruh baya itu saat duduk disamping Airin. Lelaki yang tampak berumur itu duduk diseberang bersama Alka yang matanya sudah terlelap.
"Tante... aku pergi dari rumah. Papa mau jodohin aku sama rekan kerjanya cuma untuk naikin perusahaan papa..."
"Dan aku gak mau... aku mau sekolah tante... hiks..." cerita Airin sambil sesegukkan.
Mereka yang mendengar hanya mengeluarkan nafas kasar. Tidak tau lagi jalan pikir Gian, papa Airin yang tega menjodohkan putrinya demi perusahannya. Kecuali Alka, dia sedang enak tidur dan mendengkur pelan.
"Nanti om akan bicara ke papamu ten..."
Kalimat lelaki paruh baya yang bernama Adam itu dipotong oleh Airin."Jangan om. Please... om tau kan papa itu gimana. Aku boleh numpang sebentar disini? Tapi tante sama om rahasiain aku dari papa boleh?"
"Boleh, mau selamanya juga boleh. Sekarang kamu tidur ya sayang" Dian menuntun Airin kesalah satu kamar tamu. Diikuti oleh Adam yang mengendong tas punggung yang Airin bawa tadi.
"Mas, biarin aja Airin disini sampai masalah ini selesai. Kasihan dia" jelas Dian saat menutup pintu kamar dan melihat wajah suaminya seolah bertanya bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stronger
عاطفيةPerjodohan memang sering terjadi di dunia bisnis hanya untuk menaikkan derajat perusahaan dan membuat hubungan antara dua pihak menjadi semakin dekat. Airin Viandha, gadis itu sedang berada disisi ini. Membuatnya mencoba melarikan diri kerumah tant...