Regan menatap khawatir Airin yang dia temui dikamarnya dengan kondisi tragis. Dia mengabaikan pakaiannya yang bersimbah darah karena mengendong Airin yang tak sadarkan diri menuju rumah sakit terdekat.
Regan menggenggam tangan dingin milik Airin dengan erat seakan takut kehilangan gadis yang terbaring lemah diranjang rumah sakit. Dia mengutuk dirinya sendiri karena tidak melindungi Airin yang sedang terancam nyawanya.
Bisa dibilang bodoh memang, tapi apalah daya. Regan jatuh hati kepada Airin yang notabennya adalah sepupunya sendiri. Jika dipikirkan, itu hanya masalah sepele saja. Banyak orang diluar sana yang juga sama seperti kasus Regan saat ini.
Airin merintih membuat Regan mengalihkan pandangannya pada gadis rapuh itu. Wajahnya yang pucat membuat Regan merasa tidak tega. Airin ingin duduk, tapi pundaknya didorong oleh Regan agar kembali berbaring. Tenggorokannya terasa kering ingin segera diisi.
"A...ir" Airin mengepalkan tangannya seperti orang yang sedang kehausan.
"Tunggu sebentar" Regan berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangan opname mencari keberadaan air.
Airin melihat bercak darah yang ada dikemeja putih milik sepupunya itu. Itu pasti darah dari kakinya yang terkena pecahan beling. Ia merasa bersalah sudah mengotori baju milik Regan. Ingin minta maaf, tapi lelaki itu sudah melenggang entah kemana.
Airin beralih pada kaki kanannya yang dilapisi perban. Dia meringis ketika ingin mengangkat kakinya lebih dekat. Rasa bersalahnya mulai mengahantui. Yang tadinya tidak ingin merepotkan keluarga ini tapi malah terjadi.
Air matanya menetes. Entah pikiran dari mana ia merasa tidak berguna, selalu merepotkan orang lain. Ingin rasanya ia menghilang dari kehidupan ini. Supaya tidak ada lagi yang direpotkan.
Tiba-tiba seseorang datang tergesa-gesa dengan wajah bantal. Siapa lagi kalau bukan Alka.
"Airin! Ya Allah, sakit kagak?" Ia bertanya dengan suara cempreng khas miliknya.
"Ya sakit lah monyet! Ngapain lu kesini?"
"Kagak boleh? Yaudah... Bang Regan mana?"
"Tuh..." Tunjuk Airin kearah pintu. Dan saat itu pula Regan membuka pintu sambil membawa sebotol air mineral.
"Astagfirullah! Lu zombie bang? Tuh darah semua"
Regan hanya berjalan melewati Alka, dan minyibakkan selimut yang dipakai Arin. Untung lukanya tidak parah, jadi hanya dibiarkan istirahat dan tidak diinfus. Segera Regan mengangkat tubuh wanita yang sedang kehausan itu. Dengan tergesa ia berlari sambil menunjukkan gerak mata untuk diikuti. Alka, yang tau kode tersebut langsung mengikuti larinya Regan.
Airin terheran-heran dengan apa yang dilakukan Regan. Hingga sampai di dalam lift, Airin memberanikan diri menanyakan.
"Ad...a apa?" Tanyanya gugup melihat peluh di pelipis Regan.
"Iya, ada apa bang?" Timpal Alka lagi.
"Vier, mereka disini" Ucap Regan serius memandang wajah Alka.
"Vier? Kenapa?" Tanya Alka bingung.
"A...ku mau dinikahin sama dia" Ucap Airin sendu.
"Holy shit!" Alka mengumpat
Tingg!!!
Pintu lift terbuka. Alka memastikan lobi aman. Ternyata keberuntungan tidak berpihak pada mereka. Segerombolan laki-laki dengan otot bisep tengah menyusuri lobi dengan gagahnya membuat nyali Alka kalut.
Alka segera memberi isyarat kepada Regan saat para lelaki itu tengah menggeledah penjuru ruangan. Mereka berlari dan memasuki pintu tersembunyi dibawah tangga. Dengan berbekalkan ingatan Alka yang kuat, mereka bertiga sampai didalam basement.
Alka menancapkan gas mobil dengan laju meninggalkan rumah sakit yang ternyata hampir terkepung orang-orang suruhan bernama Vier. Selama perjalanan, nafas mereka memburu sambil melihat kebelakang berharap tidak ada yang mengikuti.
Sedangkan Airin, ia duduk sambil menatap kosong. Sedari tadi tubuhnya diguyur keringat dingin. Pikirannya berkecamuk membayangkan betapa kejamnya orang bernama Vier. Regan memperhatikan wajah wanita rapuh itu. Ingin rasanya ia membuang semua beban Airin. Sudah cukup penderitaan yang diterima Airin sejak kecil hingga sekarang. Membuat Regan menatap sendu wanita disebelahnya.
Dengan gerakan pelan, Regan menggenggam tangan Airin yang dingin dengan kedua tangannya, berharap bisa menyalurkan kekuatan untuk Airin. Airin pun dibuat terkejut dengan perbuatan Regan. Tapi anehnya, gerakan tangan Regan membuatnya nyaman. Perlahan rasa khawatirnya mengilang digantikan oleh genggaman hangat milik Regan.
Alka yang melihat lewat cermin mobil hanya bisa menahan diri. Bisa-bisanya mereka melakukan hal seperti itu dalam keadaan seperti ini. Namun Alka juga kasihan dengan keadaan Airin sekarang yang terlihat pucat pasi.
"Ekhemmm" Alka berdeham membuat dua orang dibelakangnya terkejut. Regan mamandang tajam Alka tanda tidak suka.
"Bukan maksud gue ganggu nih. Emang mau dikemanain dulu Airin bang? Lo tau kan Vier itu gimana?"
"Bawa ke tempat lo" Ucap Regan dingin. Dan langsung menatap mata Airin yang sendu.
Mereka sudah sampai ditempat yang dituju Alka. Rumah yang berada jauh dari keramaian kota. Tampak rumah itu sangat tua dengan bangunan kokoh. Rumput-rumput yang liar membuat ngeri dipandang oleh Airin.
"Sorry, kalau tempatnya kotor. Tapi kita gak ada tempat lain yang orang gak tau. Lo sementara tinggal disini" Ucap Alka sambil membuka pintu dengan kunci.
"Gak masalah kok, selagi Vier gak tau" Airin berjalan pincang dibantu Regan untuk memasuki rumah.
Saat pintu dibuka, tempat itu sangat jauh berbeda dengan keadaan luar rumah tersebut yang kotor. Pada ruang tamu ada banyak permainan yang biasanya ada di time zone game, segala jenis camilan ada dimana-mana, serta ada tiga komputer lengap dengan kursi ala gemers.
Mata Airin berbinar melihat pemandangan ruangan yang ada didepannya. Sudah lama ia tidak melihat pemandangan seperti ini, karena terlalu lama dikekang oleh keluarganya. Ingin rasanya ia memainkan permainan itu satu persatu. Tapi sayang, kakinya masih sakit dan sekarang tampaknya membengkak.
"Jangan main dulu, kakinya masih bengkak" Ucap Regan seakan tau isi otak Airin. Dengan tangan kekarnya, Regan mengendong Airin ala bridal style naik ke lantai dua dan masuk kedalam kamar.
Dibaringkannya tubuh Airin dengan hati-hati lalu menatap matanya sebentar lalu pergi melenggang keluar kamar. Airin mengubah posisi menjadi duduk. Bersamaan dengan kepergian Regan, rasa takut yang tadi hilang kembali lagi. Dirinya takut orang bernama Vier itu datang lagi. Meregut kebahagiaannya hanya untuk nafsu semata. Dia takut keluarganya bersikap kasar kepadanya hanya karena hasutan mulut bejat lelaki bernama Vier itu.
Tiba-tiba seorang perempuan masuk dengan ramahnya sambil membawa nampan berisikan makanan dan air putih. Dia tersenyum ketika Airin melihat dirinya. Jika dilihat, perempuan tersebut tampak seumuran dengan Alka.
***
Lelaki dengan setelan pakaian kantor itu membanting handphone miliknya hingga membuat hancur berkeping-keping setelah mendapatkan panggilan yang membuatnya naik pitam.
Wajahnya memerah menandakan dirinya sedang marah. Dia menyergap telepon dimeja yang bertuliskan namanya Vier Afrangga.
Setelah puas dirinya menelpon, Vier langsung melepaskan jas miliknya dan melenggang keluar dengan nafas tergesa-gesa.
TBC
DI VOTE YA :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stronger
RomancePerjodohan memang sering terjadi di dunia bisnis hanya untuk menaikkan derajat perusahaan dan membuat hubungan antara dua pihak menjadi semakin dekat. Airin Viandha, gadis itu sedang berada disisi ini. Membuatnya mencoba melarikan diri kerumah tant...