Bab 4

26 1 0
                                    

"Kami tahu ini salah, tapi kami memang menikmati kesalahan yang kami perbuat ini."

-+-

Aku dan Garka kembali dari pantry kantor dan duduk di kursi masing-masing. Memulai kegiatan kami pagi ini sesuai dengan job yang dimiliki karena jam kerja sudah dimulai. Ku lihat bangku mbak Finka sudah kosong entah kemana orang itu, sedangkan mas Kino sudah mulai memijat keningnya pertanda bahwa ada masalah yang terjadi dengan pekerjaannya. Dan aku bersyukur karena hari ini pekerjaanku tidak terlalu rumit sehingga bisa ku kerjakan dengan santai dan tak terburu-buru.

Tanganku mulai menari di atas keyboard yang berada di hadapanku. Membaca email dari para client mengenai permasalahan yang akan aku tangani nantinya dan membalas setiap email dengan keramah tamahan. Ketika jemariku asik mengetikkan balasan, ku dengar suara bantingan map dari arah kubikel mba Finka yang membuatku menatap wanita itu.

"Kenapa si mbak? Kusut amat." ucapku yang melihat ekspresi sebal yang di pancarkan dari raut wajah mbak Finka.

"Yah biasa bos lo, ada typo cuma sehuruf di proposal gue aja langsung di minta revisi. Cuma sehuruf tau ngga, dan itu di kata yang ngga penting penting amat. Kan bete gue!" sungut mbak Finka yang mendapat kekehan dariku dan yang lainnya.

"Udah kali Fin terima ajah. Tinggal ngeganti satu huruf doang ribet lo!" kekeh mas Kino yang di balas dengusan oleh mbak Finka.

"Mas Kino ngga tau ajah kalo mbak Finka udah revisi 10 kali dari kemaren." timpal Garka yang di sambut ledakkan tawa oleh Mas Kino dan tentunya olehku juga.

Hal itu membuat mbak Finka mendengus dan terduduk di hadapan komputernya dan kembali merevisi. Kami bertiga yang masih asik tertawa harus menelan ludah kala bos besar datang dengan begitu horornya dan menyumbat tawa kami secara otomatis.

"Sepuluh menit lagi temui saya di ruang meeting!"

Tegas, berwibawa dan berkuasa. Itulah ketiga kata yang menggambarkan ibu Sonya selaku bos dari kami berlima. Mendengar perintah dari bu Sonya tentu membuat kami langsung bersiap dan bergegas menuju ruang meeting. Jika bos sudah setegas ini, itu menandakan akan ada proyek besar yang akan kami tangani.

Sepuluh menit tepat setelah kalimat Bu Sonya di ucapkan. Wanita itu sudah duduk di kursi singgahsananya yang berada di ruang meeting ini, menatap tajam kearah kami berempat tanpa senyum yang menghiasi bibirnya. Wanita paruhbaya itu memulai meeting pagi ini dengan memaparkan sebuah proyek untuk kami berempat.

"Dalam proyek kali ini kalian harus mengerahkan segala kemampuan kalian. Berikan yang paling terbaik agar proyek ini dapat berjalan lancar dan pihak client bisa kembali mendapatkan nama baiknya di hadapan public. Dan proyek ini akan di ketuai oleh Karla, berhubung dia yang belum memegang job besar di minggu ini. Kamu bisa Karla?"

"Bisa, Bu."

"Jika kita berhasil dengan proyek ini maka kalian akan mendapat bonus liburan kemana saja selama satu minggu."

"Serius bu?" celetuk mbak Finka dengan mata berbinar binar.

"Kamu meragukan perkataan saya, Finka?"

"Oh ehm, maaf bu tidak."

"Ya sudah mulai kerjakan apa yang sudah saya sampaikan tadi. Dan Karla, atur job untuk tim mu."

"Baik bu."

Tanpa berbasa-basi menutup meeting ini, Bu Sonya langsung keluar dari ruang meeting dan meninggalkan kami berempat yang spontan menghembuskan nafas lega. Aku merebahkan kepalaku di atas meja seraya menatap coretan coretan di buku agendaku mengenai proyek ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Its WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang