"Assalamualaikum"
Ting tong.. Cahaya memencet bel rumah Ghifar, tak lama kemudian terbuka pintu besar itu dan menampilkan wanita paruh baya yang tak lain adalah bunda nya Ghifar.
Wanita itu tersenyum hangat padanya,
"Sore bunda" Sapa Cahaya tak kalah senyum dan mencium punggung tangan Bunda nya Ghifar.Cahaya sudah terbiasa memanggil dengan sebutan bunda dan tidak dengan sebutan Tante, Bunda Ghifar sangat lembut baik kepadanya bahkan sudah menganggap Aya sebagai Putri nya sendiri, jadi Aya juga dikususkan untuk memanggilnya bunda.
Itulah sebabnya Aya selalu semangat kerumah Ghifar, Aya sendiri pun mengangap Bunda sebagai Ibunya, Ibu mertua contohnya.
"Sore juga cantik sini masuk dulu, Bunda panggilkan Ghifar ya cari Ghifar kan?" Bunda menuntun Aya ke ruang tamu sambil memeluk-meluk cipika cipiki kepada Aya. Maklum,dua hari kemarin Aya bersembunyi, jadi bunda rindu sama Aya.
"Ehh ngga usah bunda, biarin Ghifar istirahat aja. Aya kesini cuma mau ngambil sepeda Aya aja kok" Cahaya tersenyum kikuk.
"Ohhh jadi sepeda pink itu beneran punya kamu toh, Ghifar bilang kemarin katanya itu sepeda nemu dijalan" Bunda terkekeh
"Hehe,iya bun kemarin sepedanya Aya tinggal dijalanan jadi dibawa pulang sama Ghifar deh"
Bunda ber'oh ria. "Tapi kemarin Ghifar bilang itu sepedanya mau dijual buat beli paketan"
"Eh?" Cahaya membulatkan matanya.
"Iya Aya, emang bener-bener tuh anak, tenang aja nanti bunda hukum dia"
Cahaya dan bunda tertawa, enak aja si Ghifar masa sepeda Aya mau dikorbankan buat kuota sih. Setelah itu bunda mengantar Aya ke halaman samping rumah, disana sepeda Aya sudah Bertengger Cantik!
"Makasih ya bun, yaudah Aya Pamit pulang ya"
"Ehhh engga main dulu nanti aja pulangnya bunda masih kangen loh" Bunda merengek memegangi tangan Cahaya.
Cahaya tersenyum kikuk "Hmm maaf bunda. Kayaknya besok aja deh Aya bantuin bunda masak disini"
Bunda nya Ghifar memasang wajah melas.
"Yahh padahal bunda habis bikin Cheese Cake. Yaudah kamu tunggu diruang tamu sebentar bunda bungkusin kue nya buat kamu yah" Katanya kekeuh."Bunda nggak usah rep.. "
"Udah pokoknya tunggu dulu oke. Gak ada bantahan. Titik."
Cahaya mengangguk pasrah dan bunda tersenyum kemudian beranjak ke dapur. Ia membawa sepedanya kehalaman rumah Ghifar, Memarkirkan dibawah pohon Lengkeng yang lumayan besar.
"Woy ngapain"
Cahaya tersentak lalu menoleh ke arah pintu menemukan sang doi, eh. Ghifar melangkah mendekatinya.
"Udah ketemu sepeda nya?"
"Udah kok. Ini, ga liat?" Cahaya menunjuk sepedanya.
Ghifar tersenyum tipis, sangaaaaat tipis.
"Terus kenapa belum pulang? Nungguin apa lagi. Nunggu diusir?"'Masyaallah itu mulut saring dulu kek' Batin Cahaya. Untung ganteng!
Cahaya tersenyum hangat, ia tahu Ghifar hanya bercanda tapi kok Nyelekit ya.
"Ghifar." baru saja Aya ingin menjawab tapi suara yang tidak familiar itu membuat Aya dan Ghifar menoleh ke sumber suara.
Disana ada Chika melambaikan tangannya dengan senyum berbinar.
"Hai, ini rumah kamu?" tanyanya pada Ghifar.
Cahaya melirik Ghifar yang bersikap ogah menjawab Chika.
"Iya ini rumahnya Ghifar" Cahaya menjawab.
"Kalian tetanggaan?"
"Iya Chika" Jawab cahaya lagi. Kini Tatapan Chika beralih ke Cahaya.
"Ca! kok lo yang jawab sih. Gue kan nanya nya bukan ke lo".
Ghifar menghembuskan nafasnya kasar. Tidak disekolah, tidak di mana-mana si Chika tuh caper mulu. Ganggu kehidupan Ghifar terus. Cahaya tersenyum canggung.
"Yaampun Aya, bunda nyariin ternyata pada disini.." Bunda berjalan ke arah mereka sambil membawa Rantang.
MasyaAllah cuma Cheese cake aja sampe serantanh gitu ngasihnya? Kalian tahu Rantang kan? Itu loh, ompreng yang ditumpuk-tumpuk.
Benar-benar Mertua idaman nih, gak pelit.
"Bunda ngapain bawa-bawa rantang gitu?" Tanya Ghifar tak habis fikir.
Bunda terkekeh "Ini Aya, minggu kemarin belum bunda kembalikan punya mama kamu, jadi sekalian aja kue nya bunda masukkan kedalam rantang ini"
"Oh iya bun makasih, ini kebanyakan bunda" Cahaya menerima rantang itu tidak enak sambil tersenyum.
"Gapapa, bunda bikinnya banyak kok. mama papa sama adik kamu juga harus kebagian"
Chika yang merasa keberadaanya disana tidak dipedulikan pun berdehem. Ketiganya menoleh.
"Ehh ini siapa Ghifar? Kok bunda baru liat ya" tanya bunda menatap Chika selidik dari bawah sampai atas langit. Eeh kelewat ya
"Chika tante, teman sekelasnya Ghifar sama Cahaya" Jawab Chika mengintro dirinya sendiri.
Bunda ber'oh ria, "Ada perlu apa Chika sama Ghifar?"
"Eh nggak kok tante, saya cuma kebetulan lewat sini sama teman". Chika merasa diintrogasi. Lalu setelah itu pamit pergi karena temannya yang sedang beli minum dikedai es krim mengajaknya pulang.
Es krim itu, diminum atau dimakan? Ah pokonya itu lah.
"Ghifar jangan lupa anterin Aya pulang"
"Loh, kan rumah Aya tinggal kepeleset nyampe bun"
"Kamu ini, anterin sepedanya ribet itu Aya bawa rantangnya"
"Tangan dia ada dua bunda"
"Pokonya anterin bunda gak mau tahu, ini hukuman buat kamu"
"Hukuman apa bun kan Ghifar ga jadi ngejual sepeda si curut"
"Eh" Mata Cahaya membulat, apa katanya tadi? Curut? Temennya Tikus? Ah Ghifar menyebalkan sekali, Aya yang imut begini disamain sama begituan.
"Sudah cepat sana tuntun sepedanya jangan membantah"
Cahaya pusing mendengarkan perdebatan Anak dan ibu didepannya ini.
"Gapapa bunda, Aya bisa nentengnya sendiri kok""Tuh kan bun. Aya bilang gak usah kan? Yaudah ga Aww ampun bunda.." Telinga kiri Ghifar dijewer sampai akhirnya Ghifar meng-iyakan permintaan bundanya itu sambil mengaduh kesakitan.
Bunda melepaskan jewerannya, Cahaya hanya bisa diam sambil mati-matian menahan senyumnya .
Muka Ghifarnya itu loh, gemesin. Padahal hanya sebelah kuping yang dijewer tapi muka tampannya pun ikut-ikutan memerah.
"Yaudah bunda masuk dulu" bunda tersenyum hangat kepada aya sebelum berbalik dan melempar pelototan untuk Ghifar.
Tunggu, sebenarnya disini anaknya bunda itu siapa sih? Cahaya atau Ghifar. Sensi banget sama anak sendiri. Tapi aslinya bunda itu perhatian dan sangat menyayangi Ghifar kok guys. Jangan sedih jangan panik, oke.
***
Halo semuanya!!!
Sebelumnya terimaksih banyak untuk semuanya yang baca cerita abstrak ini wkwk. Jangan lupa tinggalkan jejak yah guys tekan bintangnya okeeey!!😊❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Wishes
Dla nastolatkówMemiliki penyemangat disekolah adalah hal yang paling menyenangkan bagi Cahaya, yang setiap saat bisa melihat wajahnya, menikmati senyumnya, dan mengetahui apa saja yang dilakukannya di sekolah. "Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersatu, tapi k...