#2

26 1 0
                                    

hanya kita sendiri yang bisa mengubah perasaan kita
dengan perantara orang disekitar kita.

Pukul tujuh malam, hujan membungkus kota sedari sore. Kila duduk di balkon rumahnya, menunggu telepon dari seseorang sembari bermain gitar.

"Kila," Panggil wanita dari belakangnya.

"Kenapa bunda?" Kila menghentikan permainan gitarnya, melihat Bundanya membawa segelas minuman hangat. "Buat saiapa?"

"Buat Kila dong. Nih," Dera-bunda Kila-memberikan segelas susu hangat itu kepada lelaki di depannya, lalu duduk di sebelahnya. "Gimana tadi sekolahnya?

Kila menyesap sedikit minumannya. "Tadi Kila abis ujian kimia."

"Terus? Masa cuma itu doang?"

"Bang Kila dapet cewek lagi, Bunda." Thalia yang berdiri di belakan mereka sambil bersandar di daun pintu, ikut nimbrung percakapan. Membuat Kila dan Dera menoleh.

Thalia juga menyandang marga Ellensmere. Dia adalah satu-satunya adik perempuan yang dimiliki Kila. sifatnya hampir mirip. Hanya saja Thalia tidak pernah gonta-ganti pacar, atau lebih tepatnya tidak pernah pacaran. Sekarang Thalia kelas 10 SMA, selisih setahun dengan Kila. Mereka bersekolah di tempat yang sama, tetapi tidak pernah berangkat sekolah bersamaan.

Thalia juga punya kecerdasan yang sama dengan kakaknya. Parasnya juga cantik. Meskipun kalo masalah cinta-cintaan, Thalia sedikit lola.

"Apaan sih?" sahut Kila. Dia memetik gitarnya, mengalihkan perhatian.

Dera dan Thalia cekikikan. "Kayak Lia tuh, setia, bisa jaga hati. Masa yang dewasa malah nggak konsisten?"

"Yee... Lia mah nggak punya cowok. Disapa dikit aja, langsung megap-megap. Gimana mau ngomong sama cowok?" Ledek Kila. Thalia mendengus sebal, mengembungkan pipinya.

Dera hanya tertawa kecil. "Kenalin ke bunda dong,"

"Entar. Kapan-kapan Kila ajak kesini."

Saat Dera hendak beranjak dari duduknya, handphone Kila berbunyi. Telepon masuk dari kontak yang diberi nama "Chiraa" dengan dua emotikon clover. Kila buru-buru mengambil handphone-nya yang ia letakkan di depannya. Tetapi Dera dan Thalia sudah terlanjur melihat.

"Tuh, Bun. Langsung ditelfon." Thalia masih bersandar di daun pintu. Kila mengangkat telfonnya seraya melangkah pergi meninggalkan Dera dan Thalia yang masih terkekeh.

*****

"Halo, Kila," sapa suara cewek di seberang sana.

"Ya, Ra?"

"Gimana? Jadi, 'kan?"

"Jadi dong, tunggu aja. Aku lagi otw."

"Ok, aku tunggu, bye."

"Bye,"

Kila langsung mengambil hoodie kuningnya, lalu menyambarkunci mobil yang ada di atas meja belajarnya. Dengan seenaknya, Kila ngeloyor tanpa pamit Bunda. Cowok itu langsung pergi membelah jalanan dengan mobilnya sambil ditemani lampu jalanan yang remang.

Lagu-lagu Ed Sheeran menggalun di mobil Kila. Dia selalu suka dan bakal larut sama lirik-liriknya. selain itu, lagu-lagu itu mudah dinyanyikan.

Jalanan lengang, perjalanan menuju rumah Chira bisa ditempuh dengan cepat. Sesampainya di depan Chira, Kila menekan bel rumah. Tak lama, Pintu utama yang terbuat dari kayu yang dipahat indah itu terbuka. Wanita paruh baya muncul di depan Kila.

NgawangWhere stories live. Discover now