#3

12 0 0
                                    

Alarm pagi berbunyi memekakkan telinga, membuat Chira terbangun dari lelapnya. Pukul lima pagi. setelah mengumpulkan semua nyawanya, Chira beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Ia melepas pakaiannya lalu mulai berendam di dalam bath up yang sudah terisi air.

Sudah tiga bulan sejak Kila menembaknya. Chira tidak pernah bosan saat berbicara dengan cowok itu. Sudah banyak suka dan duka yang mereka alami.

Chira membuka handphone-nya, mendapati sebuah pesan masuk. Kila. Cowok itu mengirimkan foto beberapa lembar tisu yang dibuntal dan terdapat bercak darah pada tisu itu. Beberapa kali Kila mengirimkan foto seperti itu, dan Chira akan langsung mengomel jika mereka bertemu.

Chira: Kalo kamu kirim gambar itu lagi, aku block entar.

Pesan tadi benar-benar berasal dari lubuk hatinya. Pasalnya, Chira sangat tidak tahan saat melihat darah.

Kila: Eh, iya-iya. Besok aku nggak kirim gambar itu lagi. Nggak tahu kalo besoknya.

Chira mendengus kesal setelah membacanya. Ia memutuskan menyudahi berendamnya dan menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah.

"Chira, sarapan dulu." ujar Ayuk--Mama Chira--saat melihat anaknya menuruni anak tangga dengan membawa ransel dan sepasang sepatu.

"Iya, ma."

Chira menghampiri mamanya yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Mereka memulai sarapannya saat semua sudah siap.

"Papa kemana?" tanya Chira setelah sadar Rehan--Ayah Chira--tidak ada di meja makan.

"Papa masih siap-siap. Kamu berangkat sama papa apa sama Luna?"

"Chira berangkat sama Luna, ma. Luna udah nungguin di depan."

Ayuk mengangguk. Mereka menghabiskan sarapan lalu Chira berpamitan pada orang tuanya. Segera berangkat ke sekolah.

"Lama banget," sapa Luna saat Chira sudah di dalam mobil Luna.

"Ya jangan salahin gue. Kila, noh! pagi-pagi udah bikin merinding." ungkap Chira sambil menunjukan foto yang dikirmkan oleh Kila. Luna tertawa melihatnya.

"Astaga, lo itu udah gede, masih aja takut. Bisa aja kan itu cuma perwarna."

Mobil sedang melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan lumayan lengang. Jadi mereka bisa sampai di sekolah lebih cepat.

Chira berdecak mendengar celetukkan sahabatnya itu, berharap dia mendapat pembelaan dari Luna. Mereka terlalu larut dalam percakapan hingga tidak sadar sebuah mobil sedang melaju kearah mereka dari arah kiri hingga menghantam mereka.

*****

"Chira belom dateng?" tanya Kila pada Ryan, teman sebangkunya yang sedang sibuk nyalin tugas. Ryan menggeleng. Kila langsung duduk di bangkunya, membuka handphone-nya. Dia mengirimkan pesan pada Chira, menanyakan dimana cewek itu sekarang. Sampai pelajaran dimulai, Chira belum juga datang dan tidak mengabari sama sekali.

Semakin lama, Kila semakin cemas. Firasatnya buruk. Ia kembali mengirim pesan dapa Chira yang tak kunjung dibalas. Cowok itu juga mencoba menelfon, tabi uga tidak diangkat. Sampai akhirnya, ada yang menghampirinya dengan tergesa.

"Chira kecelakaan. Sekarang dia dirawat di rumah sakit." ujar orang itu dengan nafas terengah-engah. Mendengarnya, Kila langsung terbelalak. Ia langsung berlari ke parkiran, menuju rumah sakit tempat dimana Chira dirawat. Sungguh, yang ia pikirkan saat ini hanyalah wanitanya.

Kila tidak peduli dengan sekolahnya. dengan kesepatan yang lumayan tinggi, cowok itu menuju rumah sakit dimana Chira dirawat. Semakin geram saat lalu lintas pagi itu masih padat sehingga ia mulai mengurangi kecepatannya. Sesampainya di rumah sakit, Kila berjalan cepat sambil menelpon Ayuk untuk menanyakan dimana keberadaan Chira saat ini. Katanya, Chira sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Kila pun berjalan cepat-setengah berlari-menuju ruangan yang diberi tahu Ayuk tadi.

Kila memasuki ruangan bernomor 314. Di dalam sudah ada Ayuk dan Rehan yang sedang menunggui anaknya yang tak sadarkan diri. Setelah menyapa kedua orang tua Chira, Kila berdiri di sebelah brankar Chira sambil menggenggam tangan cewek itu.

"Chira, kamu kenapa, sih? Bukannya sekolah, kamu malah tidur. Kamu tahu, 'kan, aku nungguin kamu di kelas?" Kila tahu ucapannya tidak akan didengar oleh Chira, tapi ia tidak peduli. Sungguh, melihat Chira memejamkan matanya dengan banyak baret luka di sekujur tubuh sangat membuat hatinya sakit. Kila memutuskan berbicara pada Ayuk.

"Kata dokter, tidak ada luka serius. Hanya memar dan ada serpihan kaca yang menyayat dibagian kiri wajah dan lengannya. Tetapi, yang membuat Chira koma adalah, keadaannya yang saat itu syok. Dokter tidak bisa membantu banyak. Sekarang yangbisa kita lakukan hanya berdoa."

Rasanya kaki Kila sangat lemas saat ini. Benar. Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain berdoa untuk kesembuhan wanitanya. Cowok itu berjalan gontai menuju mobilnya. Di dalam, ia melamun, merutuki dirinya yang tidak bisa melindungi Chira. ia menarik-narik rambutnya frustasi. Dengan perasaan yang campur aduk, Kila mengendarai mobilnya menuju sekolah.

*****

Bel istirahat kedua berbunyi. Kila tetap tidak beranjak dari kursinya. Ia kehilangan nafsu makannya. Kila memasang earphonenya, memutar lagu dengan volume yang bahkan bisa didengar oleh orang di sebelahnya. Kila sedang tidak ingin melakukan apapun selain menenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya di atas meja.

Hano yang melihat itu langsung menghampiri sahabatnya itu. Merasa ada yang duduk di sebelahnya, Kila mendongak sedikit untuk mencari tahu siapa yang duduk di sebelahnya. Mengetahui yang duduk di sebelahnya adalah Hano, Kila merebahkan kepalanya di atas pangkuan Hano.

"Gimana keadaannya??" tanya Hano sambil melepas earphone yang melekat di telinga Kila.

"Koma" jawab cowok itu dengan singkat. Dia masih bersedih mengingat keadaan pacarnya saat ini.

Hano hanya diam. Cewek itu tidak tahu harus melakukan apa terhadap sahabatnya itu. Kila yang biasanya tidak terlalu mengambil pusing sebuah permasalahan itu sekarang sangat terpukul. Tidak memiliki mood untuk melakukan banyak hal.

"Lo udah makan siang??" tanya Hano lagi.

Kila menggeleng.

"Ih, ayo gue temenin makan. Kalo lo gini, lo juga bakal susah. Pastinya Chira juga ngga suka lihat lo murung terus gini."

Tanpa pikir panjang, Kila mengiyakan ajakan Hano untuk makan. mereka berdua berjalan meninggalkan kelas menuju kantin.

Di tengah jalan, mereka bertemu Naufal, anak kelas 12. Semakin anjlok mood Kila menatap wajah kakak kelasnya itu. Kila dan Naufal sudah seperti kucing dan anjing. Sama sekali tidak akur.

"Gini ya, fuckboy IJ. Ceweknya lagi di rumah sakit, cowoknya berduaan ama cewek lain." cibir Naufal saat mereka berpapasan.

Kila langsung meraih kerah baju Naufal dengan kasar yang langsung menjadi perhatian orang-orang yang berlalu-lalang.

"Jaga omongan lo kalo masih pingin tuh hidung ngga ilang."

"Wow. Easy, boy. Let's do it manly. One on one, right now."

Kila melepas genggamannya pada kerah baju Naufal dengan kasar. Naufal berjalan meninggal kan Kila dan Hano dengan senyum miring yang tersungging di bibirnya. Kila merasakan kemarahannya. Benar-benar hancur. Mood-nya hancur seketika.

Kila langsung berjalan mengikuti Naufal menuju gedung olahraga, meninggalkan Hano yang hanya bisa diam menatap sahabagnya itu.

"Semoga dia nggak apa-apa." gumam Hano.

@@@@@

yowww im back. setelah sekian lama, akhirnya apdet. sebenernya chapter ini belom selesai. tapi biar seru aja, kupotonv sampe sini. tunggu aja apdet selanjudnya hehehehe

Banyuwangi, 23 september 2020

NgawangWhere stories live. Discover now