Chapter Tiga

27 14 0
                                        

Sudah seminggu aku menunggu dari balik meja kasir, berharap orang yang aku harapkan muncul dari balik pintu Cafe. Tapi kenyataannya orang itu tak kunjung datang. Sepertinya aku terlalu berharap, apa mungkin aku harus melupakannya? Iya mungkin, anggap saja itu hanya mimpi di siang bolong.

Menunggu seseorang yang kita harapakan tanpa memberi suatu kepastian itu bukanlah perkara mudah. Melainkan perkara yang sulit antara sabar untuk bertahan atau ikhlas untuk melupakan.

"Jangan menunggu setrika panas baru anda menyetrika. Tapi, buatlah setrika itu panas dengan menyetrika."
Ucap seseorang dari belakangku.

Aku menoleh ke sumber suara itu. Ku dapati orang itu sedang melirik kesana-kemari mengalihkan tatapan ku padanya. Aku menghampirinya dan mencubit perut kotaknya.

"MARK!!!!"

"A-aawwww....sakit sakit sakit."

"Bilang apa?"

"Oke oke ampun please ampun"

"Hah?"

"Myeisha Yami ampuni Marc Marquez"

"Mimpimu! Yumi not Yami iihhh"

Aku mengencangkan cubitanku lalu melepaskannya.

"You're crazy, I swear it really hurts"

Aku menghiraukan omongannya.

"Nungguin siapa sih Neng? Kayanya istimewa banget sampe liat ke pintu terus. Mending liatin Mark yang tampan seperti pemain motogp ini"

"Heol? Nih ngaca!" aku memberikan nampan yang ada dimeja untuk Mark lalu pergi meninggalkannya.

"Hey! Hey! Hey! Kau gila menyuruhku  bercermin dinampan kayu ini" Aku tak menggubris perkataannya.

"WHERE ARE YOU GOING???"

"HEY!!!"

¤¤¤

Author Pov

Delvin baru saja keluar dari kampus jam 5 sore. Saat dia ingin pergi ke Cafe tempat dia bekerja tiba-tiba dalam perjalan ada suara keras yang mengganggunya dari balik mantelnya.

"What's up bro"

"...."

"Ahh... Baiklah aku akan mencarinya."

"...."

Tut tut tut

Delvinpun mengurungkan niatnya ke ke tempat bekerja karena ada sesuatu yang harus dibawa sebelum ke Cafe. Delvin langsung berjalan ke arah kedai eskrim yang tak jauh dari kampusnya. Tak butuh waktu lama dia pun menemukan apa yang dia cari. Delvin segera menghampirinya.

"Disini kau rupanya"

"Eh?"

"Jangan membuat orang khawatir, ayo pulang"

"Yak! Enak saja kau menyuruhku pulang, aku baru saja memesan eskrim."

"Jadi kau kesini hanya untuk memesan es krim?"

"Ya, memangnya kenapa? Moodku sedang turun, hanya dengan es krim maka moodku akan naik lagi"

"Astagaaaa, kau sadar tidak sih Mark mengkhawatirkanmu. Dia kira kau marah dengannya."

Mengejar ImajinasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang