Seperti hujan yang membiarkan pelangi bawa senyuman, nampaknya kamu juga demikian.
Namun, jika pelangi hadir tanpa berteka-teki, maka kamu sebaliknya.🌈🌈🌈
Prank! Sebuah suara barang pecah terdengar begitu saja. Suasana rumah yang sepi menambah kerasnya suara tadi. Air mata telah turun dari mata coklat itu. Mata dari seorang gadis yang tertunduk lesu. Rambutnya yang panjang menutupi wajahnya yang menahan tangis karena ulah pria paruh baya di depannya.
Sementara pria paruh baya itu mengepalkan tangannya sembari menatap gadis dengan seragam putih abu-abu itu. Bahkan, mata biru keabu-abuan pria itu sudah berganti sorot mata tajam namun mendalam.
"Dasar! Anak tidak berguna! Enyahlah dari hadapanku!" ujar pria paruh baya itu sebelum pergi.
🌈🌈🌈
"Buku ini bikin baper Ra, andai aku yang jadi ceweknya. Beruntung banget dia punya cowok setampan pangeran itu," ujar Gretta antusias sembari mengusap sampul buku berwarna putih-pink.
Gadis beramput pirang itu masih berceloteh ringan tanpa henti. Bahkan, tak menyadari jika lawan bicaranya hanya diam saja sedari tadi. "Kok diem aja sih?" Gretta mengalihkan pandangannya ke arah Arazile, sahabatnya.
"Arazile!"
"Eh, ada apa Ta?"
Gretta menghela napas malas. Pantas saja dari tadi sahabatnya itu diam, rupanya sedang melamun seperti biasa. "Maaf Ta," pinta Arazile karena menyadari kesalahannya. Dia hanya teringat kejadian tadi pagi yang sepertinya jadi rutinitas hariannya. Entah, sampai kapan itu akan terjadi. Membuat Arazile lupa jika dia sedang duduk di kelas bersama sahabatnya.
"Kamu mikirin apa lagi sih?" tanya Gretta mengalihkan pembicaraan.
"Enggak kok." Jawaban Arazile tak sesuai dengan pikiran Gretta.
Membuat Gretta lagi-lagi mendesah malas. Pasalnya, sahabatnya itu sering berkata demikian. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Namun, Gretta cukup mengerti untuk menunggu gadis berlesung pipi dan berambut hitam legam itu menceritakan kisah hidupnya.
"Ya udahlah. Temenin aku ke toilet aja yuk!" ajak Gretta.
🌈🌈🌈
Sementara di sebuah tempat yang berbeda, seorang laki-laki muda sedang menatap langit biru dengan matanya yang berwarna biru es. Garis wajahnya tegas menampilkan sosok yang tampan. Entah mengapa pikirannya tiba-tiba tak tahu arah. Hanya mampu menatap kosong cakrawala siang itu.
Hingga dia menemukan bayangan sosok gadis yang sebentar lagi akan dia temui, membuat tangannya mengepal. Betapa tidak sabarnya dia menemui gadis itu.
"Aku pasti akan menemukanmu," ujar laki-laki muda itu dengan seringainya.
🌈🌈🌈
"Gretta lama banget sih," gerutu Arazile di depan toilet putri.
"Ra, kamu ke kelas duluan aja deh! Perutku sakit banget," teriak Gretta dari kamar mandi.
Arazile tak tega jika meninggalkan sahabatnya itu. Namun, suara bel masuk yang berbunyi melunturkan rasa kasihannya.
"Ya udah, aku duluan ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow In My Heart (Revisi)
Fantasy⚠Sudah direvisi. Ini tentang cinta, persahabatan, dan takdir. Arazile dengan kehidupan yang semula menyakitkan mulai menemukan jati diri dan kebahagiaannya. Namun, ia harus siap menerima kenyataan yang belum ia ketahui. Tentang takdir yang digariska...