(3) Devil Beside Me

3.2K 442 58
                                    

"Ugh. . ."

Seulgi mengerang merasakan sakit di kepalanya. Badannya terasa kaku dan pegal. Dia ingat sudah beberapa hari ini pola makannya tidak teratur, selain karena tugas dan pekerjaan sampingannya. Juga karena masalah yang muncul dan menjungkir balikan dunianya. Kemarin saja dia melupakan makan siangnya dan hanya menghabiskan sebungkus roti pemberian Daniel sebagai pengganjal perutnya di malam hari sebelum tampil.

Meraba meja nakas di sampingnya Seulgi mengambil kacamatanya. Sembari mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya dia perlahan mengernyitkan keningnya heran.

Ranjang tidur berukuran king size.

Ruangan yang sangat luas dengan interior yang tampak mewah dan warna ungu yang mendominasi.

Perabotan yang modern dan tampak sangat ekslusive dan stylist

Kulkas

TV Layar Lebar

Boneka??

Tunggu, ini bukan kamarnya!

Kamarnya adalah ruangan minimalis penuh coretan dan lukisan buatan tangannya ala-ala seniman Vincent van Gogh yang di kaguminya. Tumpukan manga dan majalah musik yang berserakan. Komputer gaming rakitan dengan cpu yang tidak di pasang penutupnya. Gitar dan keyboard kesayangannya di sudut kamarnya. Teropong pemberian ayahnya di dekat meja belajarnya.

Tapi, itu semua tidak ada dalam penglihatannya sekarang.

Seulgi buru-buru melihat ke dalam selimut, bernafas lega ketika mendapati dia masih memakai pakaiannya semalam. Dia takut menjadi korban kejahatan. Seulgi sadar dia cukup manis untuk menjadi incaran orang-orang jahat yang berkeliaran.

Tunggu. . Semalam? Bukankah. . .

Cklek. . .

Pintu terbuka, menampilkan seorang dewi dalam balutan gaun tidur berbahan satin yang membungkus tubuh indahnya. Gaun yang memperlihatkan paha seputih susu, dan juga mempelihatkan belahan dadanya. Membuat Seulgi merasa sesak napas seketika.

"Kamu sudah bangun? Syukurlah aku sangat khawatir tadi malam"

Irene berjalan ke arah Seulgi yang membungkus dirinya dengan selimut, terlihat alay tapi sungguh menggelikan di mata Irene. Wajah Seulgi tampak shock ditambah mulutnya yang menganga.

"Tidak. . .jangan mendekat!" Seulgi tergagap.

"Kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Irene, ia mendudukan dirinya di ujung ranjang.

"Kenap--- kenapa. . Kenapa aku ada disini? Kenapa? Dimana teman-temanku?"

Irene tertawa pelan, ia sungguh menikmati melihat wajah bodoh Seulgi.

"Kamu sungguh tidak ingat apapun?"

Seulgi menggelengkan kepalanya. Pantatnya terus bergeser ketika Irene mencoba mendekatkan posisinya.

"Tadi malam kita TIDUR BERSAMA, dan kamu tidak ingat apapun? Aku benar-benar kecewa". Irene tampak cemberut. Ia memutuskan untuk menggoda makhluk berkecamata di hadapannya.

"APA??!!!"

Mulut Seulgi makin terbuka lebar. Wajahnya benar-benar memeable sekali membuat Irene berusaha menahan tawanya.

"Ki , Kita TIDUR BERSAMA?"

Irene menganggukan kepalanya.

Seulgi meremas rambutnya. "'Ya Tuhan. , Ayah, Ibu. . Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga kesucian dan harga diriku. . ."

"Astaga Kang Seulgi, tolong rileks. Aku hanya bercanda. Kita tidak melakukan apapun. . " Ujar Irene sembari tertawa geli.

"Be. , benarkah?"

You, Me and ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang