Kita bahas lanjutan di part sblmnya dulu ya guy's..Tntng QS. Al - alaq yg mana artinya berbunyi "bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
Maksud dari baca disini, apakah Alloh memerintahkan kepada Rasul untuk membaca buku? Apakah pada jaman Rasul mereka bisa membaca buku? Dan jika memang bisa, apakah yg di maksud baca disini adalah benar membaca buku?
Tentunya tidak...
Karena yg d mksd baca disini adalah membaca keadaan sekitar. Bagaimana caranya?
Dengan berfikir...Hanya saja kita harus lebih mengetahui proses berfikir mana yang harus kita gunakan dalam kehidupan sehari - hari.
Dalam hal ini proses berfikir dibedakan menjadi 3 macam ;
1. Berfikir deduktif
Berfikir deduktif ialah proses berfikir (penalaran) yang bertolak dari proporsinya yang sudah ada, menuju proporsi baru yang membentuk satu kesimpulan.
Dilihat dari prosesnya, berfikir deduktif berlangsung dari yang umum menuju ke yang khusus.
Dalam cara berfikir ini, orang bertolak dari satu teori, prinsip, atau kesimpulan yang di anggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ, is menerapkannya pada fenomena - fenomena Yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tsb, ini dinamakan dngn silogisme.
Contoh yang biasa di gunakan sbg penjelasan adalah seperti berikut,
Semua manusia akan mati (kesimpulan umum)
Socrates adalah manusia (kesimpulan khusus),
Jdi, Socrates akan mati (kesimpulan deduktif).
Selain contoh diatas, ada pula semacam kesimpulan deduksi yg tidak bisa kita terima kebenaran nya, yg di sebut dengan silogisme semu.
Contoh ; manusia bernafas dengan paru - paru (kesimpulan umum)
Kerbau bernafas dngn paru - paru (kesimpulan khusus)
Jadi, kerbau adalah manusia.2. Berfikir Induktif
Berfikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari Berbagai kejadian (data) yg ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Jadi, dasar pemikiran seperti ini mendekatan manusia pada ilmu pengetahuan.3. Berpikir evaluatif
Berfikir evaluatif yaitu berpikir secara kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan, proses berpikir ini juga dapat dikategorikan sebagai berpikir dengan kritis serta ada pendasaran ilmunya. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa berpikir yang harus kita biasakan adalah berpikir dengan cara evaluatif, yakni secara kritis serta ada pendasaran ilmunya. Namun, masih banyak orang diluar sana yang belum menerapkan proses berpikir dengan cara sepeti ini dalam menyelesaikan maslah maupun dalam mengkaji ayat – ayat Qu’an. Dan apakah pemikiran ini perlu digunakan? Ya, sangat perlu di terapkan dalam kehidupan sehari – hari.
Jika dalam kehidupan sehari – hari kita harus membiasakan untuk berpikir dengan kritis dan disertai dengan pendasaran ilmu, apakah dalam mengkaji ayat – ayat Qur’an juga diperlukan pemikiran manusia? Sebab ada yang berpendapat bahwasanya Al – Quran itu sudah pasti benar dan pemikiran atau akal manusia bisa jadi salah dalam memahami maksud yang terkandung atau juga bisa dibilang bahwa pemikiran manusia itu terbatas. Namun, jika kita lebih mengkaji lagi sebenarnya perintah untuk berpikir ini sangat banyak tercantum dalam Al- Qur’an, salah satunya di Qu’an surat Ali – Imran : 190 yang artinya berbunyi “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda – tanda (kebesaran Alloh) bagi orang – orang yang berakal.
Dari penjelasan Qur’an surat diatas dapat disimpulkan bahwa tanda – tanda kebesaran Alloh dapat dilihat dan dibuktikan hanya bagi orang – orang yang berakal yang artinya orang – orang yang menggunakan potensi berpikirnya. Jadi, dalam mengkaji ayat – ayat Qur’an tidak masalah jika kita menggunakan potensi berpikir manusia, bahkan kita diperintahkan langsung oleh Alloh SWT untuk berpikir, hanya saja tujuan dari berpikir ini harus mengarah ke hal positif maksudnya untuk mencari sebuah jawaban yang dirasa masih kurang tepat, dan tidak digunakan untuk mempertanyakan dan meragukan kebesaran-Nya.
Jika kita tidak menggunakan potensi berpikir ini, bisa jadi kita keliru dalam memahami isi yang terkandug didalam ayat tersebut. Seperti contoh dalam surat Al – Baqarah : 285, yang artinya kami dengar dan kami ta’at dengan adanya ayat ini kita ditekankan untuk selalu ta’at dengan perintah-Nya, dan disurat lain yaitu At – Taubah : 5, terdapat sebuah perintah untuk menangkap dan mengepung orang – orang musyrik dimanapun kamu berada atau kamu temui serta awasilah ditempat pengintaian. Dengan begitu mereka yang tidak menggunakan potensi berpikir ini bisa menyebabkan kesalah pahaman dalam memahami perintah tersebut, hingga pada akhirnya apa yang mereka dengar dan baca mengenai perintah-Nya langsung mereka kerjakan tanpa dipikir terlebih dahulu, tanpa dipikirkan apa dampak baik atau buruk serta dampak yang dapat ditimbulkan untuk kedepannya. Contoh yang nyata ialah seorang teroris, mereka hanya mengandalkan teks book saja, tanpa dipikir ulang
Dari penjelasan Qur’an surat diatas dapat disimpulkan bahwa tanda – tanda kebesaran Alloh dapat dilihat dan dibuktikan hanya bagi orang – orang yang berakal yang artinya orang – orang yang menggunakan potensi berpikirnya. Jadi, dalam mengkaji ayat – ayat Qur’an tidak masalah jika kita menggunakan potensi berpikir manusia, bahkan kita diperintahkan langsung oleh Alloh SWT untuk berpikir, hanya saja tujuan dari berpikir ini harus mengarah ke hal positif maksudnya untuk mencari sebuah jawaban yang dirasa masih kurang tepat, dan tidak digunakan untuk mempertanyakan dan meragukan kebesaran-Nya.
Jika kita tidak menggunakan potensi berpikir ini, bisa jadi kita keliru dalam memahami isi yang terkandug didalam ayat tersebut. Seperti contoh dalam surat Al – Baqarah : 285, yang artinya kami dengar dan kami ta’at dengan adanya ayat ini kita ditekankan untuk selalu ta’at dengan perintah-Nya, dan disurat lain yaitu At – Taubah : 5, terdapat sebuah perintah untuk menangkap dan mengepung orang – orang musyrik dimanapun kamu berada atau kamu temui serta awasilah ditempat pengintaian. Dengan begitu mereka yang tidak menggunakan potensi berpikir ini bisa menyebabkan kesalah pahaman dalam memahami perintah tersebut, hingga pada akhirnya apa yang mereka dengar dan baca mengenai perintah-Nya langsung mereka kerjakan tanpa dipikir terlebih dahulu, tanpa dipikirkan apa dampak baik atau buruk serta dampak yang dapat ditimbulkan untuk kedepannya. Contoh yang nyata ialah seorang teroris, mereka hanya mengandalkan teks book saja, tanpa dipikir ulang.
Semakin banyak orang yang tidak menggunakan potensi berpikirnya maka semakin banyak pula orang bertingkah laku seperti yang dijelaskan di atas, dan juga dapat menyebabkan bertambahnya masalah dikemudian hari, seperti banyak orang yang memandang islam mengajarkan kekerasan, buruk, tidak toleran terhadap agama lain, serta negatif dimata masyarakat. Dan masalah yang paling mengerikan di masa depan ialah semakin berkurangnya umat yang memeluk agama islam karena pandangan buruk mereka terhadap islam, hingga bisa menyebabkan islam itu hancur atau musnah dan tidak ada. Lalu, bagaimana dengan orang – orang terdahulu sebelum kita yang telah berusaha dengan keras, berjuang semaksimal mungkin, serta mati – matian untuk memajukan islam? Apakah dengan mudahnya kita melupakan semua perjuangan yang telah mereka lakukan dengan hal yang kita anggap sepele namun berdampak besar dimasa depan. Tentu tidak ingin bukan? Makadari itu berpikir kritis sangat dibutuhkan apalagi bagi kita selaku umat muslim.
Betapa luar biasanya Alloh menciptakan sesuatu yang belum tentu bisa kita ciptakan. Namun, kebanyakan dari kita bukannya bersyukur atas apa yang telah diberikan sang Maha Kuasa, berterimkasi kepada sang Maha Pencipta yaitu dengan lebih menguatkan keimanan yang kita miliki dan lebih melaksanakan perintah serta menjauhi larangannya, justru kita hanya merasakan dan memikmati kebesaran tersebut dengan seenaknya bahkan mungkin merusaknya. Patut kita renungi bahwa sering kali dan banyak dosa – dosa kecil yang tidak disadari kita lakukan."Ouhhh jdi gtu..."
Gumam kalian dlm hati,
ya ga?
-
-
Engga jga..
Krikk krikk
KAMU SEDANG MEMBACA
budayakan berfikir Kritis
Spiritualyg membedakan manusia dngn hewan adalah kemampuan manusia untuk berfikir dan memiliki akal yg mana hewan tdk memilikinya. setiap gerak - gerik yg d lakukan manusia pasti berasal dari buah pikirnya, Karena tdk ada sesuatu prilaku yg d lakukan tanpa...