Ada gak sih orang di dunia ini yang nasibnya begitu sial sepertiku?
Pesawat yang kutumpangi tiba-tiba delay berjam-jam tanpa alasan yang jelas selanjutnya kursi penumpang yang kupesan diduduki oleh orang lain membuatku harus memanggil beberapa pramugari untuk mengatasi hal tersebut, belum lagi perutku terasa sangat lapar karena belum terisi sejak tadi pagi.
Seharusnya saat delay aku mengambil kesempatan untuk sarapan pagi namun sebelum melakukan hal tersebut seorang staff bandara mengingatkan jika delay hanya berlangsung beberapa menit saja, karena kebohongan staff tersebutlah akhirnya aku berakhir dengan keadaan tubuh lemas sesaat pesawat sampai di kota Barcelona.
Aku menarik koperku dengan langkah pelan mencoba meringankan tubuhku agar dapat mencapai pintu sebuah cafe yang tersedia di bandara. Kurasa cacing-cacing di dalam perutku sudah sibuk menendang-nedang bagaikan bayi yang ada di perut ibu hamil, biasanya ibu hamil senang dengan hal itu namun tidak denganku yang perutnya sedatar tripleks.
"I want Escalivada and orange juice,"ucapku setelah melihat deretan makanan yang ditawarkan di menu, pelayan tersebut mengangguk kemudian berlalu menuju ke ruang dapur.
Tidak menunggu lama hidangan yang kupesan sampai dalam keadaan hangat di atas meja, satu sendok makanan ini langsung membuatku tersenyum karena kelezatannya, aroma panggangan yang tercium dan juga rasa sedikit pedas dari paprika merah membuatku tidak berhenti untuk menikmatinya.
Untuk hidangan ini kamu melakukannya dengan sempurna, jika aku menjadi juri di Master Chef aku pasti akan mengatakan hal tersebut pada kokinya.
Oh tidak, aku jatuh cinta pada Barcelona pada pandangan pertama hanya karena sepotong roti dengan toping paprika, bawang putih dan juga ikan. Hidangan sederhana yang seketika membuat perutku kembali terisi seperti sedia kala.
"Buenas tardes, Quiero comprar esto, cual es el precio de este articulo?" ucapku perlahan sambil membalik catatan yang kusiapkan sebelum kemari, sebuah catatan berisi kalimat yang harus di hafal para turis ketika berada di Spanyol.
Aku menutup catatanku selanjutnya kembali mengulang kalimat yang baru saja kuucapkan.
"El sabor de esta comida muy...muy deliciasa?"
"Delicioso."
Mataku menatap seorang pria tegap dihadapanku tersenyum manis selepas mengkoreksi pengucapanku, aku membalas senyumannya dengan kikuk.
"Thank you."
"No problem, but I want to ask you something."
"What?"
"Are you Asian? Malaysia or Indonesia? your face looks like an Asian person."
"Indonesia." jawabku dengan masih menatap pria yang hanya berdiri sadari tadi,"Sit in this chair, sir" aku menunjuk bangku kosong di depanku, tidak enak jika terus saja membiarkan pria ini berdiri.
"Oh thank you, lega rasanya bertemu dengan orang Indonesia di Barcelona."
Aku mengerutkan dahi, "Kamu orang Indonesia juga?" dari wajahnya tidak terlihat sama sekali Indonesianya, bahkan terlihat seperti orang di Eropa.
"Aku tinggal disana sejak kecil, mommy dan daddy punya usaha di Jakarta." dia mengambil menu di atas meja kemudian memilih salah satu disana, selanjutnya pria itu menyenderkan diri ke sofa dengan masih menatap wajahku.
"Kamu kesini liburan?"
Kepalaku mengangguk, "Sekaligus mengunjungi pernikahan salah satu teman dekatku."
Dengan gerakan tiba-tiba aku melihat dia mengeluarkan sebuha kamera, "Jika boleh bisakah aku memotretmu sebagai kenang-kenangan?" tanyanya terlebih dahulu sembari membuka penutup lensa.
"Boleh saja, sebelum itu siapa namamu?"
"Edward Orlando, kamu bisa memanggilku Ed."
Aku menaikkan tanganku dengan posisi bersalaman, "Kalau begitu perkenalkan, namaku Lily Ratiana Putri, panggil saja Lily."
"Senang berjumpa denganmu Lily." Edward membidik diriku yang tengah ingin melahap wafel di hadapannya, pria itu tersenyum terlihat lega dan sepertinya puas melihat hasill jepretannya yang tertampil di layar kamera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You
RomanceBuanglah mantan pada tempatnya, tutup rapat-rapat agar bau busuknya menghilang. Selalu saja kalimat itu terngiang di pikiran Lily semenjak pertemuannya dengan Revan, sang mantan yang kini berstatus sebagai kliennya.