Part 4

7.1K 706 9
                                    

Pagi yang indah di Barcelona terpaksa diisi oleh teriakan Revan di ponselku, di meja rias aku hampir melewati garis bibir ketika memakai lipstick karena tingkah Revan yang bar-bar. Gak di Indonesia atau dimanapun pria ini tetap saja terus menggangguku.

"Kamu sendiri yang bilang kita harus bersikap profesional tapi nyatanya kamu yang memutuskan kabur"suaranya begitu keras di ponsel karena aku sengaja menghidupkan pengeras suara selagi aku merias wajah.

Hari ini aku ingin bertemu dengan Edward, dia mengajakku jalan-jalan di kota, menikmati pusat berbelanja paling terkenal, ditambah lagi pria itu akan mentraktirku. 

Rezeki gak boleh ditolak.

Saat di bandara beberapa hari yang lalu kami sempat bertukar nomor ponsel. Bisa dikatakan hal itu menjadi awal kedekatanku dengan dia.

"Aku akan memberikanmu desainnya di pesta kak Satya"tanganku sibuk memakai anting putih sambil berusaha berbicara dengan santai pada Revan, jangan kira aku tidak ketakutan karena teriakan Revan, bahkan sadaritadi anting yang kupakai belum tertusuk sama sekali karena tanganku yang gemetar.

Kebiasaan lama dan aku sulit menghilangkannya.

"Kamu sekarang dimana?"

"Barcelona"jawabku dengan cepat, aku mulai menyerah dengan anting ini hingga akhirnya anting tersebut kembali kuletakkan di kotak perhiasan.

Terdengar helaan nafas Revan membuatku memalingkan pandangan kearah ponsel sembari mengerutkan dahi.

"Sial, butuh waktu lama untuk kesana"

"Kamu mau kemari?"tanyaku kemudian.

"Besok jemput aku di bandara, untuk waktu penjemputan nanti kukabari"

Kemudian sambungan terputus, aku kembali melanjutkan merias diri sampai akhirnya aku menyadari sesuatu.

Desain yang diminta Revan belum selesai kukerjakan.

=-=

Sama seperti di Indonesia, bandara di kota ini juga ramai walaupun di pagi buta sekalipun. Banyak orang berlalu-lalang membuat kepalaku semakin sakit saja, ditambah lagi rasa kantuk yang membuatku sering kali menguap. Tadi malam aku ngebut mengerjakan desain permintaan Revan sampai-sampai aku hanya bisa tidur selama tiga jam saja.

Aku bisa mati jika seperti ini terus keadaannya. Apanya yang liburan, menjauhkan diri dari Revan? nyatanya aku malah tengah menunggu pria itu keluar dari pesawat.

"Hei, jangan tidur disini"

Mataku yang beberapa saat yang lalu tertutup karena tidak bisa lagi menahan kantuk langsung terbuka tatkala seseorang menepuk bahuku, pandanganku tertuju pada sosok pria berkacamata hitam yang terlihat tengah mengecek jam tangannya.

Mataku yang beberapa saat yang lalu tertutup karena tidak bisa lagi menahan kantuk langsung terbuka tatkala seseorang menepuk bahuku, pandanganku tertuju pada sosok pria berkacamata hitam yang terlihat tengah mengecek jam tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini masih jam lima pagi, seorang istri biasanya sudah beres-beres rumah jam segini"

Geram aku berdiri kemudian memukul pelan bahunya,"Apakah itu definisi seorang istri untukmu?"

"So? menghangatkan ranjang?"

Pagi-pagi begini Revan sukses membuat pipiku layaknya kepiting rebus.

Dasar pria sialan berotak mesum!.

"Bagaimana liburanmu di Barcelona?"

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya seketika tubuhku hampir roboh jika Revan tidak segera merangkul pinggangku. Rasanya aku ingin sekali memejamkan mata, tubuhku terlalu lemas untuk bergerak.

"Ngantuk"lirihku, kepalaku malah lebih tenggelam dalam dada bidang Revan.

"Bisa jalan?"tanya Revan begitu lembut tidak seperti sosoknya menyebalkan yang kukenal.

Sialnya aku mengangguk kemudian memeluknya. Jika seperti ini apa boleh buat, kami juga sering melakukan ini selama pacaran.

Tapi kan sekarang udah putus!

Masa bodo, tubuhku terlalu lemas untuk bisa menanggapi dewi batinku yang terus memberontak agar aku keluar dari situasi ini.

Sontak saja tubuhku diangkat oleh Revan dalam gendongannya, tanganku secara responsif mengarah pada lehernya agar dapat menyeimbangkan diri, mengalungkan diri bak koala yang menggantung di pohon, Aroma mint hangat terasa di indera penciumanku membuat sebuah rasa nostalgia yang begitu kurindukan.

Tidak berubah, masih sama seperti dulu, Revan tidak mengubah aroma parfumnya dan sialnya sejak dulu sampai sekarang aku masih tetap menyukai aroma ini.

TBC

See you next chapter

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang