Three

32 4 1
                                    

Can the flashbacks go away so I don't think about you?

January 13th 2019, 05.30 P.M.

Menikmati matahari senja yang indah di rooftop adalah hal yang paling sering ku lakukan di rumah. Matahari sudah terlihat lelah dan pamit untuk pergi.

 Matahari sudah terlihat lelah dan pamit untuk pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(source: we heart it)
"Hei,"

Suara lembut menyapaku ketika aku sedang melihat matahari pamit untuk pergi. Aku menoleh dan ia bertanya,

"Kenapa kamu sendirian?"
"Tidak apa-apa," jawabku. "Hanya ingin waktu sendiri,"

Josh duduk disampingku dan memberikan segelas teh hangat. Hatiku terasa sejuk dan pikiranku bebas. Tidak ada beban sama sekali. Tiba-tiba, aku teringat memori ketika ayah dan Alesha masih disini. Air mataku menetes sedikit. Josh merangkulku dan berkata,

"Aku tahu kamu rindu dengan mereka, namun kamu harus tau, kalau mereka sudah tenang disana, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan lagi. Ada aku disini yang akan selalu menjagamu dan menyayangimu bagaimana pun situasinya. Walaupun aku bukan keluargamu, aku juga bisa mencintaimu seperti keluargaku sendiri,"

Satu hal yang membuatku kagum tentang Josh adalah bagaimana bisa ia mencintai seseorang dengan begitu dalam dan tulus? Setelah segala hal yang pernah terjadi di dalam hidupku, Josh membuatku merasa hidup, dan hadir di dunia ini. Ia mencintaiku dari lubuk hatinya yang paling dalam, dan begitu pula denganku.

Beberapa hari ini, tidak banyak hal yang terjadi. Hanya rutinitas sehari-hari. Josh kembali kerja, aku dan ibu mengurus rumah, dan Gigi dengan Tyler hanya bermain game. Dasar pemalas.

February 2nd 2019, 7.30 A.M.

Hari ini, aku akan melamar kerja di sebuah kantor majalah yang cukup ternama. Aku akan melamar sebagai editor. Semoga saja aku diterima.

Ketika aku masuk ke gedung untuk menunggu giliran interview, aku sangat gugup. Aku menjadi tidak percaya diri. Inilah kedua kalinya aku melamar kerja. Sebelumnya, aku sudah pernah bekera di suatu restoran. Tapi, aku mengundurkan diri karena aku harus mengurus ibuku yang saat itu sedang depresi karena insiden yang menimpa ayah dan adikku. Aku tidak kembali lagi kesana, karena memang pekerjaannya yang cukup membosankan. Sekarang, aku berminat untuk menjadi seorang editor.

Sekarang giliran urutan nomor 14 untuk melakukan interview. Ya, itu adalah nomorku. Semoga saja aku bisa menjawab semua pertanyaan dengan tenang.

February 2nd 2019, 8.10 A.M.

Akhirnya interview ku selesai. Sekarang, aku akan menunggu kabar bahwa aku diterima atau tidak.
Hari ini, Josh akan mengajakku ke tempat favoritnya untuk menyendiri. Ia berkata, tempat itu terlihat sangat bagus ketika malam hari. Jadi, kami akan pergi pada malam hari.

Sebelum kesana, kami pergi makan di suatu restoran yang menyajikan chinese food. Salah satu makanan kesukaanku. Hari ini terasa sangat dingin. Aku sempat ragu untuk pergi ke tempat yang Josh katakan. Karena memang sangat dingin, apalagi kami akan pergi pada malam hari.

Sekarang sudah jam 5.58 sore. Saatnya untuk pergi kesana. Aku tidak tahu bahwa perjalanan kesana butuh waktu yang cukup lama. Sekitar 2 jam. Semoga saja tempatnya tidak mengecewakan. Aku menurunkan kaca jendela mobil. Udara di luar terasa sangat sejuk dan dingin. Untung aku memakai sweater. Sehingga aku tidak terlalu kedinginan. Menaiki mobil berdua pada malam hari adalah hal yang sangat ku sukai.

Sudah hampir 2 jam kami mengendarai mobil. Aku tidak tahu bahwa tempat ini berada di atas bukit. Meskipun sudah memakai sweater, aku tetap merasa kedinginan. Josh menggelar kain di atas tanah dan aku mengambil selimut. Kami duduk, lalu Josh merangkulku seraya berkata

"Meskipun jauh dan dingin, kamu tetap suka tempat ini, 'kan?"
"Iya, aku menyukainya," jawabku. "Bolehkah kamu memotretku?"
"Tentu,"

(source: we heart it)Josh's point of view

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(source: we heart it)
Josh's point of view

"Terima kasih telah membawaku kesini, aku merasa tenang,"

Katanya dengan senyum yang manis dan lembut.
Betapa cantiknya Winter. Aku masih tidak percaya
gadis ini adalah milikku. Memilikinya di rangkulan ku membuatku merasa sangat beruntung. Aku bangga memilikinya. Setiap hal tentangnya sangatlah indah. Matanya, senyumnya, dan pipinya yang berubah menjadi merah ketika aku memujinya, semuanya sangat sempurna.

Andai saja kamu tahu bahwa dia adalah aku.

It's You {Perbaikan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang