Hhh... Jelek sekali dirimu, Jo.
Semalam Jo benar-benar tidak memejamkan matanya sedikit pun. Bahkan hingga Chris tak lagi kuat untuk tetap terjaga. Tapi hal itu justru membuat seenak jidatnya Jo berkata, "Minum saja kopi yang banyak. Kafeinnya bisa menghilangkan kantukmu. Kau harus menemaniku, Chris. Kau sudah berjanji tadi!"
Bisa terbayangkan sosok Jo yang arrogant, egois dan barbar jadi sangat cerewet? Tidak usah dibayangkan itu sudah menjadi realitanya.
Well, Jo memang tidak tau diri bila sudah terkena phobianya. Lagi pula Chris tau hal itu dan itu membuat Jo tidak memperdulikan sikap buruknya.
Jo mulai membenahi dirinya. Ia ingin datang ke krematorium dengan cepat. Kali ini ia akan berangkat sendiri, karena tak ada yang bisa menemaninya. Termasuk Chris.
Ia menuruni anak tangga dengan santai. Seketika netranya tertuju pada seseorang yang hampir tak pernah menempati rumah ini. "Bibi Raina?"
Wanita yang dipanggil itu pun terlihat sedikit terkejut akan kedatangan Jo. "Ah, Hana? Ada apa? Tumben sekali kau bangun dini hari."
"Aku ingin ke Krematorium."
"Untuk apa?"
"Menemui Eomma dan Appa."
Raina mengangguk seraya mengerti. "Kau pergi sendiri? Tidak bersama Chris?"
"Tidak! Chris sedang sibuk dengan presentasi kampusnya," balas Jo dan segera duduk di meja pantry, juga tak lupa mengambil beberapa potong roti bakar.
"Ah iya, Hana. Bibi akan ada proyek besar ke Paris. Kau mau ikut? Hmm, atau mungkin kita harus pindah?" sahut Raina.
Uhuk!
"Pelan-pelan makannya."
Seketika kedamaian Jo memakan roti hilang begitu saja ketika mendengar kata 'pindah'. Haruskah ia ikut pindah?
"Sampai kapan Bibi disana?"
"Hmm.. Mungkin dua atau tiga bulan. Tapi kalau semua berjalan lancar bisa selamanya," jelas Raina yang tengah mengoles mentega pada roti bakarnya.
"Apakah Eonnie akan ikut?" tanya Jo ragu, sejujurnya ia sangat tak ingin pergi dari negara ini. Ia takut tak bisa mendapat teman layaknya Chris bila pergi.
"Mungkin."
"Nanti kau bisa kuliah disana. Mungkin di Sorbonne atau Marseille. Kau mau yang mana?" tanya Raina dan tak sedikit pun berkontak mata dengan Jo sedari tadi.
"Bibi punya teman pengurus beasiswa luar negeri. Kau 'kan pintar. Kau bisa mengikuti ujiannya dan mendapatkan beasiswanya."
"Tapi..."
"Ah, tak usah beasiswa juga tak masalah. Bibi bisa membayarkan uang perguruan tinggimu," selanya.
"Bibi Raina..."
"Ah iya, Bibi dengar disana cukup menyenangkan saat musim dingin. Kau tak perlu mencemaskannya dan kau bisa mendapat banyak temㅡ"
"Sudah cukup Bibi!" sela Jo dengan sedikit memekik sehingga membuat Raina terpaku seketika.
"Ah maaf, aku tak bermaksud untuk berteriak pada Bibi. Hanya saja, aku sudah nyaman disini."
"Kau... Nyaman disini? Bahkan setelah negara ini memberi hak yang tak sesuai padamu?" tanya Raina rada ragu.
Jo diam, tidak ada sepatah kata pun yang ingin ia ucapkan kali ini. Ia bermohon tidak ada yang mengingatkannya kejadian 5 tahun lalu.
"Ayolah Hana, Bibi hanya ingin melindungimu. Ikutlah Bibi ke Paris."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deceitfulness 『Byun Baekhyun』
Fanfic[Hiatus] Jo, gadis itu menyelusuri lika-liku takdirnya. Yang ia inginkan hanyalah kebahagiaan, hanya saja tiba-tiba ia menginjak duri. Hingga duri itu berubah menjadi kepingan es, mendinginkan suasana. Jo terjebak, ia takut untuk melangkah karena se...