04. Madness

127 21 0
                                    

Montreal, Quebec, Kanada
November 2003。
(14 tahun yang lalu)

        
     

"Eira... Hentikan, jangan ganggu Oppa-mu. Dia sedang belajar," pinta eomma dengan celemek yang masih bersangkut paut di tubuhnya.

"Oppa! Ayo main sebentar, di luar tengah turun salju," bukannya menurut, gadis kecil itu malah tetap mengganggu oppa-nya.

"Kau saja yang main sana! Kau tak lihat aku sedang sibuk eoh?" usir seorang pemuda tertampang barat dengan wajah dingin khasnya.

"Oppa ayolah sebentar saja. Aku janji!"

"Aduhh! Para kembar Jo ada apa ini? Ribut sekali," sanggah pria jakun yang baru saja memasuki rumahnya.

"Appa? Lihat Erick!" pinta gadis kecilnya sambil menunjuk ke arah saudara kembarnya.

Appa segera menoleh ke arah dimana gadis itu menunjuk. Tampak putra semata wayangnya yang tengah sibuk membolak-balik buku miliknya.

"Ada apa dengannya? Erick hanya belajar. Rara tidak belajar?" tanya Appa.

Gadis itu menggembungkan pipinya sambil menggeleng, "Bukan itu Appa. Erick oppa jahat sekali tidak mau pergi keluar denganku," rewel gadis kecil berumur 6 tahun itu.

"Sudahlah Rara, Oppa-mu 'kan sedang belajar. Besok hari penerimaan murid baru, kau tidak belajar?" tanya eomma yang tiba-tiba ikut nimbrung.

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya lagi, "Lebih baik main di luar! Ada salju!"

"Suka sekali kau dengan salju," ujar appa denngan kekehannya.

Gadis itu mengangguk mantap, "Tentu saja!"

Gadis itu mengangguk mantap, "Tentu saja!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ck! Suka apanya?"

Jo menggelengkan wajahnya sambil memukul pelan kedua pipinya. Sesekali ia menggosok kedua telapak tangannya untuk menciptakan hawa hangat.

Padahal ini masih bulan Agustus yang akan beralih ke September beberapa jam lagi. Harusnya hawanya tidak sedingin ini. Ayolah... Ini Korea bukan Kanada si negara dingin yang memang wajar. Huh, ia sedikit sulit menahannya. Ayolah Jo ini baru dingin.

Kini ia tengah duduk sambil mengayunkan kedua kakinya. Baru saja Jo keluar dari bangunan tempat dimana kedua orang tuanya berdiam. Belum ada rasa untuk pergi, Jo memilih untuk duduk di bawah pohon yang disediakan di Krematorium. Ia hendak menghabiskan beberapa banana milknya sebelum pulang ke rumah. Takut-takut Sohye akan memintanya nanti.

"Annyeong, Nona Joy," sapa seorang pria yang tiba-tiba duduk di samping Jo. Sontak Jo menoleh karena keberadaan makhluk yang aneh menurutnya.

Deceitfulness 『Byun Baekhyun』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang