19.🍭Tawuran

24.3K 984 17
                                    

Tolong kasih tau ya jika masih ada typo bertebaran!

Happy reading❤️

Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, Vanka dan kelima sahabatnya masih berada didalam kelas yang hanya menyisakan mereka saja.

Vanka tengah sibuk merapikan alat tulisnya yang berserakan diatas meja, begitu juga dengan kelima sahabatnya.

"Van, lo balik sama siapa?" tanya Arreta.

Vanka menengok kesampingnya, "Naik angkot, kenapa?" jawab Vanka.

"Gimana kalau hari ini kita main kerumahnya lo, udah lama nih gue nggak ketemu bunda." usul Marshya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Lebay lo! kayak nggak ketemu sama Bunda gue setahun aja," cibir Vanka yang masih berkutat dengan alat tulisnya.

"Boleh kan Van? bosen nih gue dirumah juga nggak ada siapa- siapa sepi kayak kuburan," kata Ayumi.

"Bener tuh, hari ini aja deh. Biar bisa kita curhat-curhat gitu dan biar lo juga bisa lupain masalah tadi," timpal Marra.

"Iya boleh dong, pintu rumah gue selalu terbuka buka untuk kalian." angguk Vanka lalu tersenyum senang.

"Asik girls time yey," sorak Marshya dengan senang sambil melompat-lompat tidak jelas  saking senangnya.

"Seneng banget sih lo anjir, udah lama nggak main gini emang kelakuannya." ujar Neshya geleng-geleng kepala dengan tingkah laku salah satu sahabatnya.

"Yuk ah cepatan pulang, pengen rebahan gue di rumah lo Van." ucap Marshya yang sudah mengenakan tas ransel berwarna abu sambil berjalan keluar kelas.

"Sialan lo malah pengen rebahan di rumah gue." cibir Vanka sewot.

Koridor kelas sudah semakin sepi, hanya ada beberapa murid yang akan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah itu pun hanya sekitar 15 orang.

Saat berada di halte untuk menunggu angkutan umum, tak butuh waktu lama akhirnya angkot yang sedari tadi di tunggu muncul juga.

"Van, gue pengen beli itu loh apa sih itu, yang di belakang rumah lo." ucap Marshya.

Vanka mengerutkan dahinya bingung, "Beli apa maksud lo? gue nggak ngerti," tanya Vanka.

"Itu loh es krim yang dibelakang rumah lo yang deket taman belakang komplek, tau kan?

"Lo aja deh, jalannya sepi takut gue." tolak Vanka.

"Yaela gitu aja takut, kita kan berenam pasti ramean."

"Yauda ngikut aja gue, Sya."

"Nah gitu dong, baru nih sabahabat gue." Marshya mengajungkan jempolnya, sedangkan Vanka membuat mukanya malas.

🍭

"Sialan juga lo!" Razka yang masih memegang kerah baju Alex, ketua Araksi.

Bugh...

"Haha... cuman segitu yang lo bisa? cemen lo Razka!" remeh Alex seraya menepuk pipi sebelah kanan Razka. Alex tampak sempoyongan, sedangkan Razka menatap Alex dengan marah.

Matanya menatap lekat Alex, nafasnya sudah memburu sedari tadi dengan kedua tangan yang sudah terkepal kuat-kuat menampakan urat-urat tangannya.

Bughh...

"Hahaha udah bisa move on belum lo dari na-" ucapannya terpotong karena Razka yang memberi bogeman dibagian pipi kiri yang membuat darah keluar dari sudut bibir Alex.

RAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang