Bab 4

24 9 0
                                    

Bab 4--Hidup penuh dusta

Aku sedang berdusta,tidakkah kau menyadarinya?

atau dirimu itu sedang berpura-pura tak sadar?

tak apalah yang penting permainan kehidupan ini tetap berjalan sesuai kemauanku.

|

|

|

3 jam yang kuhabiskan dalam dunia gelap sungguh tak memuaskan membuat hati menjadi sedikit kesal lantaran harus kembali lagi kedunia penuh warna namun suram,
Kaca dihadapan memperlihatkan lekuk tubuh ramping yang berbalut gaun hitam kekurangan bahan dibagian belakang sehingga mengekspor sebagian punggung indahku.

Percayalah kini malu ku sudah hilang ditelan rasa pasrah dalam keadaan tak memungkinkanku untuk memakai gaun lain selain ini, ku sapu rambut putih kebelakang telinga sambil menatap wajah didepan cermin, bukan untuk berkaca namun sedang memikirkan suatu rencana matang-matang yang mengandung resiko sangat fatal.

Bibirku berguman pelan didepan kaca yang menampilkan wajah tersenyum lebarku disana padahal disini bibirku sedatar jalan tol. "Apa hanya itu caranya?."Tanyaku seraya menatapnya yang semakin memperlebar senyuman dan merubahnya menjadi seringaian penuh kelicikan

"Tentu saja...lakukan saja seperti kataku kalau ingin membatalkannya." jemarinya bertautan saling mempermainkan menandakan kelicikannya yang sudah tak perlu dipertanyakan lagi, kutatap dia selekat mungkin dan menghembuskan nafas kasar saat melihat aura pembunuhnya menguak.



Seperti inikah wujudku jika tabiat pembunuh menguasaiku,tidak bisa terbayangkan betapa mengerikannya diri ku sendiri--



"Atau kau ingin ku gantikan Adeline?." tawarnya langsung mendapat penolakan dariku "Tak perlu Lily,aku mampu melakukannya sendiri" Lily--alteregoku menatap tak senang tapi ditutupinya dengan wajah sama datar sepertiku,"Well...baiklah" ucapnya dan mulai memudar,mengembalikan bayangan kacaku yang sesungguhnya
Dan seandainya kuizinkan Lily menguasaiku lagi niscayalah pasti akan ada kematian massal nantinya, sungguh aku tak mau itu terjadi

cukup satu nyawa saja untuk malam ini.

Lonceng ruang tamu dirumahku berdenting kuat hingga memekakan telinga, suara itu menandakan kalau ini adalah waktunya untuk berjumpa dengan tunanganku itu, kucekam dada mencoba menenangkan hati supaya tak terlalu berdegup kencang terlalu bersemangat untuk melakukan rencana fatal itu.

"Kuharap ini berhasil"doaku didalam hati.

Langkah kaki menuju ruang tamu diiringi suara tapaknya karena high heels setinggi 7 cm membuat kakiku sedikit merasa pegal lantaran tak biasa.

Disana
dekat perapian
seorang pria tua buncit duduk bersama orang tuaku
mereka mengobrol dengan akrab layak keluarga harmoni namun saat melihat itu hatiku tak lagi damai lantaran berdegup kencang dan ketakutan, ternyata benar yang mereka jodohkan padaku adalah pria tua.

Aku mendatangi mereka, "Ah...ini dia tuan ,putri kami." Ibu memperkenalkan dan menyuruhku untuk salaman namun enggan kulakukan lantaran jijik menyentuh kulit pria tua itu,namun tampaknya ia tak masalah justru memasang senyum pura-pura ramah lalu mengajakku untuk segera kerumahnya "Mari kita pulang"
"Pulang?." tanyaku bingung
"Tentu saja pulang kerumah yang disana karena kau takkan lagi tinggal disini,acara juga akan dimulai disana"jelasnya membuatku terpatung plus terbodoh secara bersamaan,secepat itukah?bahkan kami belum menikah "Tapi tua..."ucapku terpotong saat tangannya menarikku keluar dari rumah dengan sedikit kasar bahkan ia tak pamit dahulu pada Ibu dan Ayah, dimana attitudenya?.

tanpa perasaan dicampakkannya aku kedalam mobil dibangku depan sampingan dengannya dan langsung tancap gas menjauh dari bangunan sederhana itu,sedangkan aku?hanya diam berpura-pura menurut saja menunggu waktu yang tepat untuk melakukan itu.
Tidak ada pembicaraan diantara kami didalam mobil mewah nan luas ini membuatku merasa semakin mantap untuk bisa melakukannya.

Entah dimana kami tapi yang dapat ku lihat hanyalah hutan belantara,hatiku makin bergejolak senang karena rencana akan semakin berjalan mulus,setidaknya aku akan aman.

more cruel life or loveWhere stories live. Discover now