Bab 6

27 3 0
                                    

Bab 6—Hidup terlalu keras


Bukan aku yang menginginkan takdir seperti ini, yang menoreh banyak luka dan merebut jiwa-jiwa tak berdosa mereka. Memicu ribuan dendam setelah malam penuh tangis dimasa lampau tersebut.
keberadaan mereka ada disekitar namun tak dapat kuselisihkan karena sikap manisnya terlalu membutakanku.
Apa yang harusku lakukan?...wahai tuhan.
yang memberi takdir penuh liku dan luka semu hingga membuat diri ingin mati saja karena tak lagi merasa sanggup untuk terus menjalaninya.
Puaskah engkau wahai sang pencipta?
Dapat kudengar tawamu begitu nyaring saat menyaksikan ku menghadapi coba-cobaanmu.

|

Suara ketikan computer terbetik diruangan serba putih ini, dimana ada dua pria berparas tampan namun memiliki kantung mata layaknya panda sedang meretas sesuatu yang mereka temukan setelah membakar mayat ditengah hutan semalam.


Yang satu dengan iris mata merah dan dahi penuh kerutan sedang membolak-balikkan sebuah data mengenai pria yang ia bakar tadi "Bil...Billy? Gimana dengan analisismu? Dimana dia kerja dan siapa pemimpinnya?" tanyanya pada pria bernama Billy yang sedang memegang pelipis dan menatap computer dengan mata biru terangnya penuh lelah, ia pun menjawab seraya menggerutu karena hasilnya nihil "Tidak bisa ditembus, pertahanan mereka begitu ketat membuatku susah membobolnya."

Sebuah tepukan dipundak Zayn membuatnya tersentak "Beristirahatlah, kalian sudah berjam-jam seperti ini...aku yakin Adeline akan baik-baik saja mengingat keahliannya dalam bela diri." Ucap seorang gadis berambut sebahu berusaha menenangkan kedua pria yang sedang frustasi saat mencari data seorang Ajudan bernama Gerald yang tak tertulis dengan siapa dan dimana di bekerja hanya ada nama dan umur ditanda pengenalnya membuat mereka kesusahan untuk bisa mengumpulkan datanya dan mencari Adeline.


"Saskia benar Bill, mari kita istirahat dulu." Ujar Zayn membetulkan ucapan gadis bernama Saskia itu, namun dibantah oleh Billy "Nanti!tanggung loh sedikit lagi kita dapat datanya." Membuat kepala Saskia dan Zayn menggeleng saat mendengar kegigihan Billy dalam mencapai data ajudan itu.


"Meskipun tuh anak pandai bela diri tapi dia paling bodoh dalam menghindari diri dari masalah-masalah yang menimpanya karena kecerobohannya sendiri." Ingat Billy kepada mereka saat menyadari tentang ketidaktelitian Adeline dalam menyelesaikan masalah. "Kalian lupa kalau dia menghajar Putri sianak kepala sekolah dengan mengSmack-downkannya hingga terkena SPO bahkan hampir diBlacklist dari sekolah manapun kalau gak karna kita bantu." Ketiga manusia didalam ruangan itu kembali menerawang kejadian 1 tahun lalu.

Dimana Adeline ditantang oleh Putri--anaknya kepala sekolah untuk melakukan adu bela diri agar menunjukkan siapa yang paling hebat dan patut dihargai disekolah itu lantaran alasan sebenarnya Putri iri kepada Adeline, karena ia memiliki banyak prestasi serta selalu dibanggakan oleh pihak sekolah membuat darahnya mendidih dan mengkal hati. Adeline pun menerima tawarannya tanpa memikirkan konsekuensi dari pilihan gegabahnya.

Mereka bertarung dalam ruangan khusus yang membuat para petarung tak dapat menggunakan Spirit oleh sebab tertera peraturan yang hanya memperbolehkan bertarung dengan fisik.

Putri tersenyum senang seakan sudah pasti akan menang namun ketika pertarungan baru saja dimulai ia sudah terbanting dilantai dengan keadaan bengong lantaran tak percaya saat Adeline bergerak dengan begitu cepat layak kilatan petir dalam membanting tubuhnya dengan amat-teramat sangat kuat.


Setelah pergulatan singkat itu selesai, Gadis berambut putih tersebut segera keluar dari ruangan dan kembali kekelas layak tak ada masalah padahal surat D.O dan Blacklist sudah menanti.

more cruel life or loveWhere stories live. Discover now