Bab 7--Definisi penderitaan hidup

22 4 0
                                    

Dia berdiri disana dengan air mata jatuh kedalam

tiba-tiba menatapmu penuh iba

hatinya pun bergetar ingin memaafkan walau logika berteriak tidak

ini bukanlah kesalahan tetapi melainkan kebenaran yang dinaifkan saat harga diri sangat menjunjung tinggi.

melupakan sebuah hati yang ingin berdamai agar lekas sembuh siluka perih dihati

serta merta menghilangkan dendam kesumat yang tak kunjung usai.

Bab 7

|Definisi Menerima Dalam Hidup|

"Hahaha...kau benar-benar aneh." Ujar Emily seraya memegangi perutnya

"Diamlah dan cepat pakai."

"Pakailah , aku tidak membutuhk..."

"Apa itu?...sebuah lambang Dewa ditengah-tengah dadamu?." Kini matanya tertuju pada sebuah lambang yang tak asing baginya, Sedangkan jantung Adeline memacu seolah-olah ia sedang berlari berkilo-kilo meter. Inilah alasannya ia benci pakai baju yang memperlihatkan lambang sialannya didada itu.

Emily mencoba menyentuhnya namun ditepis Adeline "Jangan sentuh." Ujarnya dingin

"Kau keturunan dewa?!." pekik Emily.

Suara teriakan Emily itupun mengundang mata dan telinga banyak orang membuat Adeline terpaksa membungkam mulutnya dengan tangan dan memberikan tanda untuk mengecilkan suaranya

"Sttss...tutup mulutmu!." Emilypun mengangguk iya.

"Jelaskan padaku." Titah Emily membuat lawan bicaranya menghembuskan nafas lelah

"Mari pulang dulu,nanti akan kujelaskan semuanya." Ajak Adeline.

Emily menatap ragu namun tetap mengangguk ajakannya.

Mereka kembali kerumah dengan Taxi hingga sesampaiannya disana Adeline langsung mengunci pintu dan menarik Emily keruang tamu untuk mencari tempat yang pas buat menjelaskan segala kebohongan-kebohongannya selama seminggu ini pada wanita berkacamata digenggamannya itu.

"Duduklah dulu." Ujar Adeline menawarkan yang dituruti Emily, Mereka duduk saling berhadap-hadapan disofa ruang tamu
entah mengapa perasaan ini tidak asing bagi Adeline.

Adeline menarik nafas lalu menghembuskannya dengan berat seakan sedang menahan begitu banyak beban hidup
"Aku heran, sewaktu kau mengobatiku kenapa lambang ini tidak kelihatan?." Tanya Adeline membuat Emily memutar otak menyadari kalau kemarin saat ia mengobati gadis itu, bagaimana mau kelihatan toh yang luka itu dibagian kepala dan tangan kenapa pula ia harus membuka baju gadis itu sedangkan lukanya diluar "Luka mu diluar bukan didalam jadi aku sama sekali tidak tau kalau kau mempunyai lambang itu didadamu." Jawab Emily.

Mendengar penjelasan Emily ia pun langsung mengerti dan mulai menceritakan siapa dirinya bahkan juga menceritakan pertemuannya dengan sibocah lelaki bermata hijau semu yang mirip dengan Ariana. Hingga sipendengarnya menjadi diam membisu terlalu menghayati jalan cerita masa lalu gadis bermata hitam itu.

"Kau membunuh mereka tanpa sadar karena sedang dikendalikan oleh Lily? Sisi lainmu itu." Tanya Emily. "Termasuk membunuh pria buncit itu?."Lanjutnya saat ia sudah selesai menyimak segala cerita panjang kali lebar lawan bicaranya. Adeline mengangguk mengiyakan.

"Baiklah aku takkan menyalahkanmu atas kematian pria dan mereka karena juga ini bukanlah kemauanmu tetapi takdir yang telah menentukan dan satu hal yang harus kau lakukan...mulai sekarang belajarlah untuk tidak mengikuti kata Alter-egomu, dia adalah boomerang bagi dirimu sendiri...terlepas dari kalian yang satu tubuh, dia adalah sisi burukmu yang harus kau musnahkan keberadaannya." Saran dari Emily membuat gadis itu tertegun sadar kalau semua ucapan itu benar apa adanya tentang Alter-ego—Lily yang seringkali menjebaknya dalam ribuan masalah.

more cruel life or loveWhere stories live. Discover now