Bab 5--Delusi apa ini?

51 6 3
                                    

Dunia ini yang terlalu sempit atau memang takdir yang ingin mencoba mengajakku bermain
dalam semesta penuh teka-teki dan misteri.

Apa aku sedang berdelusi? Mengapa matanya sangat mirip dengan -dia- dimasa lampauku?
Mungkinkah putrinya atau hanya sekedar kebetulan, sedari tadi melamun membuat sianak perempuan tak nyaman ditatap intens olehnya mencoba menepis tangan adeline yang memegang pergelangannya "lepaskan"ucap anak itu ketus."aku tidak nyaman".
mendengar itu spontan Adeline lepaskan tetapi masih setia menatap sianak perempuan
"Lututmu terluka,kemarilah biar kuobati"tawar Adeline bermaksud baik namun ditolak mentah-mentah sianak tadi dengan pedas "Kau bukanlah pemilik spirit pengobatan jadi jangan coba-coba menyentuhku"peringatnya seraya melempar tatapan mata sinis.

"Siapa namamu?"tanya adeline mengabaikan tatapan membunuh dari anak itu. "Ariana...kau bisa memanggilku riana".
mata hijau semu menatap heran adeline yang memasang wajah datar, Apa adeline hemat ekspresi atau memang minim dalam menunjukkan mimik? Karena sayang sekali wajah secantik itu tidak pandai berekspresi.

Sekali lagi adeline mengenggam tangan kecil itu yang kali ini tak ditolak maupun tertepis "Aku memang bukan pemilik spirit pengobatan tapi untuk luka sekecil ini aku mampu mengatasinya"ujar adeline berusaha menyakinkan, riana mengangguk meskipun masih imbang-imbangan.
Ditariknya riana untuk duduk sedangkan ia pergi kedapur mengambil kotak P3K kemudian kembali lagi dan langsung mengobati lututnya anak itu dengan perlahan seakan tak ingin menambah perih dilukanya, sianak perempuan memandang wajah adeline dengan seksama dan tersadar kalau gadis dihadapannya ini walaupun minim ekspresi tapi ternyata ia cukup baik, ini salahnya karena sudah menilai orang dari luarnya saja.

Seseorang menarik tangan adeline menjauhkannya dari Ariana. Adeline menatap siapa orang yang telah menariknya dan ternyata itu Emily dengan mata memincing tajam "Jangan berdekatan dengan dia Adel." Ujarnya seraya menyembunyikan Adeline dibalik tubuhnya.
Gadis yang berpakaian kaos putih dan celana santai milik emily,mengerutkan dahi bingung "Kenapa?"."Dia cuma gadis kecil".
Telunjuk Emily teracung mengarah Ariana yang sedari tadi sudah menatapnya dengan wajah mengeras berusaha untuk tidak mengoyak mulut seksi Emily "Dia bukan sembarang anak,tidakkah kau liat mata hijau semunya?dia bukan pemilik spirit tanaman sepertiku namun lebih dari itu" kata-kata emily penuh penekanan. "Dia berdarah campuran yang mengerikan,biar kutebak...dari keluarga selene,benarkan?." Lanjutnya sambil memberikan smirk pada Riana yang mematung.

Adeline tidak paham dengan situasi ini lantas bertanya "Campuran?dan keluarga selena?"mendengar pertanyaan itu Emily menghembuskan nafas dan mulai menjawabnya untuk menjelaskan.

"Darah campuran yaitu seperti seorang pemilik spirit keturunan Dewa menikah dengan penyihir lalu lahirlah anak yang memiliki kekuatan besar seperti monster,biasa ditandai dengan warna mata yang redup seperti dia." tunjuk Emily sekali lagi. "Padahal kabarnya keberadaan penyihir dan pemegang spirit dewa sudah tidak ada alias punah...tapi aku percaya karena dihadapanku ini adalah hasil keturunannya." Mendengar penjelasannya Emily, membuat Adeline tersadar akan satu hal kalau ia dan ariana memiliki kesamaan yaitu kekuatan sebesar monster.

"Lalu ada apa dengan keluarga Selene?." tanya adeline namun diabaikan oleh Emily, entah karena tidak dengar atau memang sengaja tak iingin menjelaskan.
Ariana menggeram marah lantaran sedari tadi latar belakangnya telah dibongkar habis-habisan oleh Emily membuatnya berniat melenyapkan gadis berkacamata itu tetapi ia urungkan saat adeline mengatakan kalimat yang membungkam Emily dan Ariana "Dia tak pernah menginginkan-nya takdirlah yang membuatnya harus memiliki kekuatan sebesar Monster."

more cruel life or loveWhere stories live. Discover now