Chapter 1 "Babak Tak Terduga"

12.1K 427 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bell, kamu pengen banget mati ya? Kamu apain fruit carving yang dibikin Shifu kemarin malam, hah?"

Itulah beberapa kalimat yang dilontarkan oleh Bang Angka sore tadi, untuk pertama kalinya dengan penuh emosi padaku.

Shifu adalah sebutan kami pada pria paruh baya bernama Zhang Wei asal Hongkong yang menjadi Kepala Chef restoran Chinese Cuisine di dapur lantai lima hotel.

Belum pernah aku melihat Bang Angka semarah ini. Aku gelagapan, diserang tanpa peringatan membuatku bungkam.

"Shifu marah-marah, dia bilang dia nyimpen fruit carving-nya di chiller kita kemarin. Dan pagi tadi dia nyari udah nggak ada. Padahal cuma kamu yang ada di kitchen semalam karena semua udah pada naik ke atas untuk persiapan Oktoberfest!"

Bang Angka ini CDP (Chef de partie), atasanku di dapur lantai underground, yang bertanggung jawab atas segala macam sajian appetizer, salad, dan makanan segar lainnya. Matanya menatapku geram. Dia pasti sudah tak tahan ingin menghabisi nyawaku.

Aku memohon padanya seperti kucing kecil yang putus asa.

Sial... Aku benar-benar sial.

"Ma...maaf Bang..." kataku singkat dengan suara parau, ketakutan. Sebagai cook atau juru masak dengan tingkatan terendah, aku hanyalah butiran debu di hotel bintang lima megah macam The Red Painite ini.

Kemarin aku memang melihat fruit carving atau hiasan buah buatan Shifu yang masih tersimpan manis di dalam ruangan pendingin. Ada dua buah fruit carving. Ukiran berbentuk bangau pada buah labu, serta ukiran merak pada buah melon dan semangka. Selebihnya aku tak tahu apa-apa. Ada yang bermain-main dengan fruit carving tersebut hingga berakhir di tempat sampah.

Aku curiga anak-anak magang lah pelakunya. Karena mereka selalu antusias dan kalau tidak ada atasan mereka hobi sekali berfoto ria menggunakan properti atau barang apapun yang ada di dalam kitchen.

"Bang, sumpah bukan aku."

"Bohong! Terus siapa?!"

"A...aku nggak tahu. Kalau emang Shifu butuh banget, aku bisa bikinin yang baru kan?" kata-kata tersebut spontan terucap dari mulutku. Aku pun terkejut mendengar suaraku sendiri.

Bell, ngomong apa sih?!

Sepertinya ada yang salah dengan akal sehatku ini.

Aku menyadari bahwa enam pasang mata di dapur menatapku tak percaya.

(21+) DEO VOLENTE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang