Bab 3

272 7 0
                                    

Mumpung ada waktu luang, saya publikasi ulang bab ini dengan sedikit perbaikan, sedikittttt sekali, nggak sampe mengubah cerita secara keseluruhan. Karena lagi-lagi ada yang kurang sreg di hati setelah baca ulang.

Saya liat kayanya rata-rata yang add Cinta di Buper ke daftar bacaan itu anak pramuka. Saya terima kasih untuk itu. Untuk telah mampir di 'perkemahan' ini.

Hati-hati kesalahan tata bahasa dan penulisan yang membuat sakit mata bertebaran di mana-mana. Akhirnya, selamat membaca!

***

Hari itu aku sedang duduk di kantin dengan sahabatku. Namanya Lisa. Kami berdua habis makan nasi kuning Bu Jum, lalu minum es teh manis. Kak Alan tiba-tiba datang dan mengambil tempat duduk di sampingku.

"Kirana, kamu tidak pernah latihan pramuka, kenapa?"

Aku hanya menggeleng, "nggak pa-pa." jawabku. Aku tidak mungkin menceritakan bahwa tiga minggu setelah perkemahan penerimaan tamu ambalan itu aku tidak pernah latihan pramuka karena malas bertemu dengan Kak Rani. Meskipun setiap hari di sekolah juga sebenarnya akan bertemu, sih.

"Nanti kamu harus datang latihan, karena kita akan latihan gabungan dengan SMA Bakti Pemuda."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Tapi masih ku pikir-pikir lagi akan pergi atau tidak nantinya.

"Ingat, jam dua. Jangan sampai terlambat. SMA Bakti Pemuda biasanya tepat waktu. Malu kan kalau kita tuan rumah tapi terlambat." kata Kak Alan kemudian bangkit dan berlalu menghampiri seorang temannya yang sedari tadi sudah melambaikan tangan di pintu kantin.

"Siapa tahu cowok SMA Bakti Pemuda ganteng-ganteng, kenalkan aku yah." ucap Lisa antusias. Aku hanya mengerutkan dahi.

"Nanti aku kenalkan dengan sepupuku."

"Beneran?" Lisa terlihat antusias. Dan aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Eh, tapi sepupu kamu yang mana Jangan bilang yang gendut, yang waktu itu!"

Aku terkikik karena Lisa bisa menebaknya, dan seketika itu wajah Lisa berubah cemberut. Dia pernah sekali bertemu Bonar di rumahku. Dan kesan terakhirnya cukup tidak baik karena Bonar yang ingin mengusiliku dengan mengetuk pintu kamarku dan bersiap melemparku dengan donat buatan Mamanya, dan karena waktu itu Lisa sedang berdua denganku di kamar, lalu dia yang membuka pintu dan jadilah dia yang belepotan meses di pipinya karena ulah si Bonar.

"Aku tidak mau!" Rajuk Lisa sambil menyilang tangannya di dada.

"Tidak apa, siapa tahu nanti Bonar kenalkan kamu dengan temannya yang ganteng." bujukku yang sebenarnya ingin membuatnya semakin merajuk karena Lisa lucu sekali kalau sedang cemberut.

"Dia mana mungkin punya teman ganteng?"

"Ada kok."

"Aku tidak percaya, memangnya kamu sendiri pernah dikenalkan dengan temannya?"

Aku diam dan menggeleng. Aku memang tidak pernah dikenalkan dengan temannya Bonar, tapi tiba-tiba ada satu nama yang kuingat. Nama yang pernah tidak sengaja ku dengar dari teriakan seseorang lalu kusebut terus dalam hati. Dan bodohnya nama itu juga yang ku beri persembahan sebuah lagu di pensi perkemahan waktu itu. Dan sekarang aku kembali kepikiran akan wajah datarnya saat kunyanyikan sebuah lagu di depannya.

"Kirana, mau ke mana?" Lisa menegurku karena habis aku melalun, aku langsung bangkit untuk meninggalkan kantin.

"Aku mau cepat-cepat pulang!"

***

Setelah tadi di sekolah aku ingin segera samapai di rumah dan mempersiapkan diri untuk latihan pramuka, aku jadi bingung dengan diriku sendiri. Biar ku beri tahu dulu, aku sudah duduk di sisi ranjang kamarku dan bertanya-tanya ada apa dengan diriku sendiri. Kalau ku ceritakan, mungkin kalian akan tertawa. Tapi ku mohon jangan menertawai keanehan diriku. Jadi tadi aku melamun di kantin karena teringat bahwa akan ada latihan gabungan dengan SMA Bakti Pemuda, setelah kuingat lagi, itu adalah sekolahnya Bonar, dan setelah ku ingat lebih jauh lagi, Bonar satu sekolah dengan.. maaf, maksudku Satya.

Cinta di BuperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang