Bab ini dipublikasikan ulang karena ada beberapa perbaikan. Setelah saya baca ulang ternyata ada beberapa yang kurang sreg di hati, jadi saya coba ganti beberapa, tapi tidak mengubah cerita secara keseluruhan.
Akhirnya... selamat datang di bab terakhir....
***
Pagi itu hari minggu. Aku sedang bermalas-malasan di dalam kamarku. Yang aku lakukan hanya baring rebahan memandangi langit-langit kamarku. Tidak ada alasan untuk tidak bermalas-malasan sebenarnya. Cucian sudah selesai ku jemur. Sepatuku juga sudah kupajang di teras agar kering dan bisa kugunakan di hari senin. Aku juga sudah bikin nasi goreng tadi. Jadi tidak takut kalau Ayah akan kelaparan.
Jam baru mau menunjukan pukul sembilan, tapi mataku seperti ingin terpejam. Dan saat itu aku dengar suara pintu diketuk yang seketika ngantukku hilang.
"Kirana, ada Bonar datang cari kamu" kata Ayah dari balik pintu.
Bonar? Mau apa anak itu kemari? Tidak biasanya. Kenapa sih akhir-akhir ini dia sering datang? Padahal dulu tidak pernah datang kecuali dengan Ayahnya atau dengan Ibunya atau sekeluarga.
Aku bangkit dan keluar untuk menemui Bonar yang benar saja sudah duduk anteng di ayunan kayu.
"Ada apa sih kamu datang kesini?" Kutanya sambil mengambil tempat duduk disampingnya.
"Sudah mandi belum?"
"Sudah dong. Kenapa sih?"
"Ikut aku yuk, penting. Tapi ganti baju dulu sana"
Aku mengernyit. Tidak biasanya Bonar seperti ini. Aku tidak biasa punya urusan dengan Bonar. Maksudku Bonar itu mandiri kalau ada perlu dan urusan, dia pasti mengurusnya sendiri. Dan ini kenapa tiba-tiba dia datang mengajakku pergi? Penting katanya? Penting seperti apa sih?
"Cepetan deh! Sana ganti baju" katanya sambil membujukku bangkit.
"Ada apa sih? Penting apa?"
"Nanti kuceritakan. Cepat!"
Aku mau tak mau menuruti permintaanya. Walaupun masih sedikit bingung.
Setelah mengganti baju, aku kembali menemui Bonar. Kami pergi meninggalkan rumah. Yang aku sendiri tidak tahu tujuannya ke mana karena Bonar tidak mau memberitahu meskipun sudah berapa kali kutanya.
Motor Bonar di hentikan di sebuah lapangan. Aku turun dari motornya dan Bonar langsung menarikku mendekat ke segerombolan anak yang ada di sana.
Saat aku mendekat, aku fokus pada kaki mereka. Semuanya menggunakan sepatu roda. Apa ini perkumpulan sepatu roda? Bonar ikut beginian?
Bonar menyenggol bahuku untuk menjabat tangan beberapa teman Bonar disana. Ada satu anak perempuan, kelihatannya tomboy dengan rambut cepak. Setelah menjabat tanganku dia langsung meliuk-liuk dengan sepatu rodanya. Lincah sekali. Oiya, namanya Dita.
"Kamu ngajak aku kesini_"
"Sudah, duduk saja dulu disini" katanya, lalu dia meninggalkanku dan bergabung dengan teman-teman bersepatu rodanya. Ih, sebal sekali! Apa sih gunanya aku disini? Untuk menonton mereka? Apa dia mau pamer karena sudah bisa menggunakan sepatu roda? Kalau iya, menyebalkan! Jahat! Aku bahkan tidak membaca niat jahatnya dulu tadi sebelum menurutinya untuk ikut kesana.
"Kamu sepupunya Bonar?"
Aku menoleh pada seorang cowok yang sudah mengambil tempat duduk di dekatku. Tadi aku sudah berkenalan, namanya Hans. Dan dia tadi bergantian main sepetu roda dengan Bonar.
Oiya, untuk pertanyaanya aku jawab dengan anggukan kepala.
"Aku baru tau Bonar punya sepupu secantik kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Buper
Teen FictionTerburu-buru masuk ke bumi perkemahan membuat Kirana jatuh tersandung tali sepatunya yang lepas. Meski sakit, dia malah ingin tersenyum. Sebab, jatuh kali ini berbeda. Bukan sekedar jatuh ke tanah, tapi juga jatuh cinta pada kakak panitia yang menol...