Bab ini dipublikasi ulang mumpung saya ada waktu luang. Setelah saya baca ulang, saya rasa ingin mengubur diri di bawah bantal karena telah menulis cerita semenjijikan ini. Karena itu, saya memutuskan melakukan sedikitttt sekali perubahan. Tidak sampai mengubah jalan cerita keseluruhan.
Terima kasih untuk yang sudah mampir di 'perkemahan' ini. Semoga kamu tidak muntah membacanya.
PERINGATAN! Tidak ada pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini. Juga kesalahan tata bahasa dan penulisan yang berhamburan.
Akhirnya, selamat membaca!
***
Saat itu aku sudah duduk di boncengam motor Bonar sekitar sepuluh menit sejak motor king milik Bonar mebelah jalan raya dan bergabung dengan kendaraan lain yang terlihat sibuk sekali petang itu.
"Kirana, jangan melamun!" Bonar sedikit berteriak agar suaranya kudengar karena suasana jalan ramai sekali. Aku hanya mencebik bibir jengkel pada anak itu. Dia terkekeh melihatku lewat spion.
"Jangan kecewa karena tidak jadi di bonceng Satya, setidaknya sepupu kamu yang ganteng ini mau mengantar pulang." katanya dengan percaya diri yang lagi-lagi hanya kutanggapi dengan cebikkan di bibir dan memutar jengah bola mataku.
"Kinal satu sekolah juga denganmu?"
"Apa? Aku tidak dengar!"
Kupukul bahunya karena jengkel. Aku sudah berteriak masa dia tidak dengar. Kebiasaanya, senang membuatku penasaran. Melihatku cemberut, dia langsung terkekeh.
"Iya, dia tetangga kelasku." jawabnya. Aku memang tahu dia pura-pura tidak dengar sebelumnya.
"Kirana, jangan marah terus dong!"
"Kamu ngeselin!"
"Iya, maaf..."
"Maafnya baru diterima kalau dengan semangkuk bakso!"
"Oke deh!"
Aku langsung tersenyum mendengar jawaban Bonar. Sebenarnya dia baik, namun kadang suka bikin jengkel.
Motor ditepikan di sisi jalan. Kita berdua memesan bakso gerobak di pinggir jalan.
"Kak Kinal itu siapanya Satya?" Kuputuskan bertanya sambil menunggu bakso selesai dibuatkan. Sudah kucoba menahan rasa penasaranku namun tidak bisa.
"Teman satu sekolah, denganku juga."
"Mereka kelihatan dekat sekali."
"Aku juga kelihatan dekat kan dengan Satya?"
"Bon, maksudku hubungan mereka apa? Sampai Satya antar jemput Kinal segala."
Bonar diam. Dan bakso datang.
"Wahh, pasti enak nih, makasih bang!" Bonar menghirup aroma kuah bakso yang menguap keudara. Lalu tanpa tunggu lama dia masukan sesuap kedalam mulutnya.
"Bon, kamu belum jawab pertanyaanku"
Bonar diam. Kunyahannya terlihat melambat. Dia menatapku yang pasti dia melihat tatapanku sangat menunggu jawabannya.
"Kirana, kamu jangan khawatir dengan mereka, Satya tidak suka sama Kinal."
Jawabannya membuatku bingung. Bakso yang tadi sangat membuatku ngiler bahkan sekaran seperti kehilangan daya tariknya untuk nafsu makanku. Kalau memang Satya tidak suka dengan Kinal, kenapa pake acara antar jemput segala? Tapi Bagus lah kalau memang Satya tidak punya perasaan kepada Kinal.
Kirana! Kamu ini apa-apaan? Memangnya kenapa juga harus penasaran dengan mereka, itu bukan urusan kamu! Jangan senang karena Satya tidak punya perasaan kepada Kinal, karena bukan berarti dia punya perasaan ke kamu! Kirana! Sadar! Jangan berharap yang tidak, pertemuanmu dengannya saja cuma tidak sengaja. Anggap saja seperti pertemuan orang-orang yang sedang belanja di pasar. Cukup begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Buper
Teen FictionTerburu-buru masuk ke bumi perkemahan membuat Kirana jatuh tersandung tali sepatunya yang lepas. Meski sakit, dia malah ingin tersenyum. Sebab, jatuh kali ini berbeda. Bukan sekedar jatuh ke tanah, tapi juga jatuh cinta pada kakak panitia yang menol...