Chapter 2
Setelah kembali gagal untuk mendapatkan anak laki-laki, sang Ayah tak pantang menyerah. Ia bolak-balik konsultasi ke beberapa dokter, bagaimana caranya agar istri keduanya, Salma. Dapat mengandung anak laki-laki. Sang dokter bingung menjelaskannya, lantaran itu ketetapan Tuhan.
Tidak puas dengan jawaban sang dokter, sang Ayah pergi mengunjungi beberapa pemuka agama. Namun yang di dapat adalah sama, bahwa itu semua tidak bisa diatur karena sudah ketetapan Tuhan. Sang Ayah pasrah, semuanya menjawab ketetapan Tuhan. Akhirnya ia berpikir kenapa tidak langsung berdoa saja kepada Tuhan, kalau memang itu adalah bagian dari ketetapan-Nya.
Setiap malam sang Ayah memuaskan hasrat biologisnya pada sang istri, sebagai usaha agar istri keduanya, Salma. Dapat mengandung lagi dengan segera. Digelarlah sajadah sepanjang malam. Sang Ayah berdoa, agar anak kedua nanti adalah berjenis kelamin laki-laki.
Selang beberapa bulan, Salma pun benar-benar telah mengandung kembali. Sang Ayah sumringah, ia semakin sering berdoa pada Tuhan agar keinginannya bisa tercapai. Sementara sang istri pertama terabaikan begitu saja. Sang Ayah hanya memberikan nafkah lahir, tidak pernah lagi ada nafkah batin yang di dapat oleh istri pertamanya.
Hingga pada suatu malam, sang istri pertama menelepon sang Ayah untuk datang kerumah malam ini juga. Lantaran sang istri sedang memiliki hasrat untuk bercumbu, setelah sekian lama tidak ia dapatkan. Namun sang Ayah menolak, alasannya ia sedang fokus merawat Salma istri keduanya, dan satu anak perempuan yang dilahirkan oleh Salma.
Mendengar itu, sang istri pertama kecewa. Sumpah serapah pada suaminya itu ia lontarkan, tak terkecuali pada Salma. Ia berharap, untuk secepatnya bisa diceraikan saja. Agar ketika sedang bergairah, hasratnya bisa ia salurkan pada suami barunya yang sah.
Waktu terus berjalan, 7 bulan sudah Salma mengandung. Sang Ayah pun semakin tidak peduli pada istri pertamanya, yang entah bagaimana kabarnya. Tiba-tiba ada sebuah SMS masuk, soal pemberitahuan bahwa sang istri pertama telah menikah siri. Melihat itu, sang Ayah cuek saja. Ia tak mau melarang lantaran memang hanya Salma lah yang menjadi prioritasnya sekarang.
2 bulan setelah istri pertama Ayah menikah lagi, Salma pun sudah ingin melahirkan. Salma sudah merasa bahwa bayinya akan segera lahir. Sang Ayah membawanya ke dokter kandungan agar segera ditangani. Sang Ayah menunggu diluar dengan keadaan cemas, apakah kali ini benar-benar bayi laki-laki yang akan lahir.
Sedang asyik menunggu, sang Ayah melihat seseorang yang ia kenal, seorang wanita yang dahulu menjadi tambatan hatinya. Ia adalah Sarah, mantan istrinya terlihat sedang berjalan bersama laki-laki tepat kearahnya. Tatkala berpapasan, mereka saling menegur satu sama lain.
"Sedang apa kamu di sini?" Ucap sang Ayah keheranan.
"Aku baru selesai periksa kandungan, sudah 3 bulan usia kandungan." Jawab mantan istrinya.
"Lalu, ini siapa?" Tanya sang Ayah lagi, sambil menunjuk ke pria yang berdiri disebelah mantan istrinya.
"Ini suamiku"
"Suamimu? Kau menikah tanpa seiizin dariku, sekarang kau memamerkan suami barumu dihadapanku? Mau kamu apa sebenarnya?" Ucap Ayah yang tersulut emosi.
"Hah? Kau gila. Kau sendiri yang sudah meninggalkanku, kau juga yang menelantarkan 3 anak perempuanmu. Sekarang kau bilang begitu? Waras kau, sudah dibutakan matamu itu oleh istri mudamu." Jawab Sarah yang tak kalah emosi.
Ayah pun bangkit dari duduknya, ia menatap tajam kearah Sarah dan suaminya. Sesaat ingin kembali melontarkan kata-kata kasarnya pada Sarah, terdengar suara tangisan bayi dari balik ruangan bersalin. Sang Ayah menahan diri, ia masuk menuju ruang tempat asal suara tangisan itu. Meninggalkan Sarah dan suami barunya.
Di dalam ruangan Ayah kegirangan, lantaran suara itu seperti tangisan dari anak laki-laki. Ia pun berharap bahwa kali ini impiannya tercapai, seorang anak laki-laki dari istri mudanya,
"Dok, apa jenis kelamin bayinya? Apakah laki-laki atau perempuan?" Tanya sang Ayah. Tanpa mempedulikan Salma.
"Alhamdulillah bayinya sesuai keinginan Bapak, laki-laki." Ucap sang dokter.
Mendengar itu, sang Ayah sujud syukur. Ia merasa amat sangat bahagia. Akhirnya, usaha dan doanya selama ini tidaklah sia-sia. Penantian seumur hidupnya untuk mendapatkan anak laki-laki akhirnya terwujud.
Setelah melampiaskan kebahagiaan, ia baru teringat pada Salma. Dihampirilah istri keduanya tersebut, yang masih terlihat berbaring tak bergerak. Ia usap kepalanya sambil memanggil-manggil namanya. Namun Salma tetap tak bergerak. Sang Ayah pun menatap sang dokter, sambil mempertanyakan ada apa? Sang dokter menjawab.
"Salma, tidak selamat."