《Sudahi Perih ini~D'Masiv》
¤¤¤
[SELAMAT MEMBACA KISAH AFRA]
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
"Jangan kelamaan lihatin gue. Ntar suka. Bukannya apa bikin anak orang patah hati itu dosanya besar. Takut kena azhab"
¤¤¤
Afra turun dari tangga dengan wajah yang lesu. Matanya sembab karena sudah menangis semalaman. Ia juga tidak bisa tidur dan baru tidur pukul 03.00 dini hari.
Dengan langkah gontai ia menghampiri meja makan. Jujur saja sepiring nasi goreng serta segelas susu putih sangat menggugah seleranya. Apalagi untuk dirinya yang butuh banyak asupan setelah menangis. Tetapi rasanya hampa jika ia makan seorang diri. Ya seorang diri. Bunda dan Pak De-nya pergi dinas keluar kota selama beberapa hari. Darren? Memikirkannya membuat Afra ingin menangis.
"Kenapa nggak dimakan neng?masakan bibi nggak enak? Mau dibuatin lagi? Mau dibuatin apa?" Tanya Bibi cemas karena sedari tadi Afra belum menyentuh makanannya.
Afra tersenyum. Ia menatap bi Ijah. Sungguh beruntung keluarga ini memiliki bi Ijah.
"Abang kemana bi?" Bukannya menjawab Afra justru menanyakan Darren.
"Mas Darren belum pulang neng dari semalem."
Afra tersenyum miris. Air matanya kembali menetes saat mengingat kejadian semalam.
{Flash back on}
Afra tengah mengerjakan PR kimia yang susahnya kebangetan. Ia heran kenapa pula dirinya bisa masuk kelas IPA.
"AFRAAAA.. AFRAAA... FRAAA.. BUKA PINTUNYA!!!!" Teriak Darren dari luar kamar Afra dengan terus menggedor pintu kamar Afra.
Afra jelas kaget. Dari suaranya Darren terdengar sedang marah. Ia jadi ragu untuk membuka pintu.
"FRAA.. GUE TAU LO DIDALEM!!" Darren terus memanggil nama Afra.
"Mas.. mas Darren kenapa? Tenang mass." Terdengar suara bibi yang berusaha menenangkan Darren.
Afra jadi semakin takut. Kemudian ia ingat tentang foto yang ia curi dari kamar Darren. Bodohnya ia tak mengembalikan foto itu.
Ceklek
Afra membuka pintu kamarnya.
"Apa sih bang?" Tanya Afra berusaha kalem.
"Dimana foto itu?"
"Foto apa? Afra nggak ngerti."
Darren menerobos masuk dan mulai mencari keberadaan si foto. Ia mengacak-acak barang-barang Afra.
"Abang jangan diacak-acak si barang Afra. Afra bener-bener nggak ngerti foto yang dimaksud sama abang." Ucap Afra seraya menghalang-halangi tangan Darren yang terus berulah.
Darren mendorong tubuh Afra agar tidak menghalanginya. Darren membuka tas sekolah Afra dan menemukan foto itu disana.
"Ini apa?" Tanya Darren seraya menunjukkan foto ditangannya.
"INI APAA??" Bentak Darren. Afra menundukkan kepalanya karena takut. Air matanya perlahan mulai menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afra
Подростковая литератураNamanya Rindafra Marine Amzari. Orang biasa memanggilnya Afra. Kepindahan Afra ke Jakarta ternyata menguak rahasia besar yang selama ini sudah disimpan rapi oleh keluarganya. Apalagi tentang pertemuannya dengan Farel Samudra Jamario kekasih kakak se...