7|First love never dies

35 3 0
                                    

RUMOR~BUTIRAN DEBU

¤¤¤

{Aku mematung. Menyaksikan salah satu nikmat Tuhan yang kata hatiku "sayang untuk dilewatkan"}

¤¤¤

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

[SELAMAT MEMBACA]

¤¤¤

WAJIB PLAY MULMEDNYA YAHH!!!!

¤¤¤

Setelah memastikan Afra sudah tidur, Farel memberanikan diri memasuki sebuah ruangan bernuansa putih yang terletak di samping kamar Afra. Ruangan yang hampir dua tahun ini tak ia datangi.

Ada rasa sesak yang tiba-tiba menyerbu relung hatinya. Memaksanya mengingat kembali kenangan indah bersama Derra. Sekaligus kenangan pahit yang merenggut nyawa orang yang sangat disayanginya itu.

Seseorang bilang "first love never dies". Dan Farel membenci fakta itu. Farel merindukan Derra. Derra adalah hidupnya. Derra adalah bahagianya. Derra adalah semangatnya. Derra adalah segalanya untuknya.

Darel duduk dibibir ranjang. Mengambil foto Derra diatas nakas. Perlahan air matanya menetes. Menunjukkan betapa rapuhnya ia sekarang.

"Derr.. Aku kangen" Ucapnya pelan sambil menahan rasa sesak dihatinya.

"Kenapa bukan aku aja yg mati sih Derr, kenapa kamu?" Ucapnya lagi.

Rasa sesak semakin menyergapnya. Seolah tidak ada oksigen yang dapat dihirup di kamar yang luas ini. Kematian Derra adalah titik terendah dalam hidup Farel.

Bukankah perpisahan memang selalu lebih berat bagi yang ditinggalkan? Seperti ada letupan-letupan api panas yang memenuhi ruang-ruang di dadanya.

Setelah kematian Derra, Farel sempat mengalami depresi. Ia dibawa ke psikiater di Singapore untuk menjalani terapi. Ia bahkan sempat melakukan percobaan bunuh diri dengan mencoba memotong nadinya. Untung saja saat itu Satya sedang berkunjung kerumahnya sehingga Farel masih hidup sampai sekarang. Semenyedihkan itu memang hidup Farel tanpa Derra.

Farel terlalu terluka hingga ia tertidur dengan posisi yang sangat tidak mengenakkan. Ia tidur dengan posisi duduk dengan kepala bersender ketembok. Tangannya setia merengkuh bingkai foto milik Derra, mendekatkan foto itu kepada jantungnya yang dulu senantiasa berdetak lebih kencang bila bersama gadis itu.

Tanpa Farel sadari Afra telah memperhatikannya sedari tadi. Sebenarnya tadi ia hanya berpura-pura sudah tidur. Ia hanya ingin Farel cepat pergi karena terlalu lama bersama laki-laki itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Tapi saat hendak mengambil minuman yang berada didapur ia melihat pintu kamar Derra terbuka sedikit. Ia pikir itu perbuatan Darrel yang sedang rindu dengan kembarannya. Ternyata tidak.

AfraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang