Lovebird 1

71.2K 2.8K 35
                                    

Melati duduk di ruang prakteknya di sebuah klinik bersalin. Hari ini pasien lebih banyak dari biasanya dan itu sangat menguras tenaganya. Tapi Melati tetap tersenyum ramah dan menyambut semua pasiennya yang datang, meskipun dia sudah sangat kelelahan tapi dia harus tetap memberikan semagat untuk pasien-pasiennya yang sakit supaya mereka cepat sembuh.

"Suster, apa masih ada pasien?" Tanya Melati setelah dia membereskan peralatan suntiknya karena pasien yang akan suntik KB baru saja keluar.

"Masih ada satu lagi Dok. Anak sekolahan dia bahkan masih memakai seragam sekolahnya." Jawab suster Susi, suster yang membantu Melati hari ini.

"Ya, sudah suruh dia masuk. Tunggu apa lagi. Ini pasien yang terakhirkan?"

"Iya Dok, yang terakhir" Jawabnya sambil berlalu menuju arah pintu untuk memanggil pasien berikutnya. Melati mengitari mejanya dan duduk sebelum pasien terakhirnya datang.

Suster Susi memanggil pasien terakhirnya seorang gadis belia yang masih berseragam sekolah.

"Siang Dokter?" Sapa seorang gadis belia dengan ceria sambil menggerak-gerakkan poninya, mau tidak mau Melati tersenyum melihat keceriaannya.

Lalu Melati mulai membandingkan gadis belia di hadapannya dengan dirinya pada usia segitu, dia tidak seceria gadis yang sekarang sedang berdiri dihadapannya, dia cenderung lebih kaku dan serius, Melati bahkan tidak suka bercanda, ya, meskipun dari segi fisik mereka berdua sangat mirip, sama-sama tinggi dan sama-sama punya wajah berbentuk oval, berhidung mancung dan berbibir tipis. Bahkan mereka berdua punya potongan rambut yang sama, cuma bedanya Melati punya mata yang tidak terlalu besar bisa di katakan sipit tapi cukup normal untuk ukuran orang asia seperti dirinya sementara gadis belia yang ada di hadapannya mempunyai mata yang bulat dan bening.

"Hai, sore. Silakan duduk." Jawab Melati sambil menjabat tangan si pasien dan mempersilakannya duduk.

"Terima kasih Dok."

"Siapa nama kamu gadis manis?" Tanya Melati penuh semangat berusaha menyembunyikan wajah lelahnya.

"Fiorenza Dok." Jawab gadis belia tersebut.

"Nama yang bagus kamu tau artinya apa?" Fiorenza menggelengkan kepala.

"Dalam bahasa italia Fiorenza itu  artinya bunga. Dan orang tua kamu tidak salah memberikan nama itu untuk kamu karena kamu secantik bunga." Jawab Melati sambil memperhatikan Fiorenza yang sedang duduk di depannyanya, gadis yang di perkirakan baru berusia enam belas atau tujuh belas tahun itu memiliki bentuk tubuh yang sempurna selain dia tinggi dan cantik kulitnya juga sangat putih terawat. Melati yakin tiga atau empat tahun lagi Fiorenza pasti menjadi seorang gadis dewasa yang memukau.

"Benarkah aku baru tahu kalau Fiorenza artinya bunga. Papaku memang ada darah italynya sih." Jawab Fiorenza.

"Ada kesamaan diantara kita berdua selain potongan rambut tentunya, Namaku Melati." Dengan senyum ramah Melati mengajak Fiorenza berkenalan secara resmi.

"Fiorenza." Dengan senang hati Fiorenza menjabat tangan Melati, entah mengapa melihat sosok ramah Melati Fiorenza langsung menyukainya. Orang yang seperti Melati lah yang selama ini di carinya. Orang yang ramah dan humble, yang bisa di ajaknya berbicara apapun tanpa merasa sungkan.

Fiorenza memang anak orang kaya dia mempunyai segalanya, rumah yang mewah, fasilitas yang lengkap, sekolah terbaik. Tapi satu yang kurang yaitu kasih sayang, Fiorenza merasa tidak mempunyai siapapun selain dirinya sendiri. Bahkan mamanya pun lebih memilih suami ketiganya di banding dengan dirinya, Mamanya menikah dengan seorang pria muda yang umurnya tidak jauh beda dengan dirinya, hanya lima tahun selisih umur Fiorenza dengan suami mamanya itu. Tidak jauh beda, papanya pun tidak pernah menganggpnya ada dia terlalu sibuk dengan para wanita yang di kencaninya sehingga tidak punya waktu sedikitpun untuk Fiorenza putri kecilnya yang sudah tiga tahun ini tinggal dengannya.

LOVEBIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang