3. Trouble Makker

363 18 2
                                    

Hati brielle menjadi begitu kacau dia benar-benar berantakan malam ini, dia gugup karena Zee mulai pindah ke Dorm bersama dirinya. Dia kasihan dengan seorang gadis berandal itu, tidak ada yang mau menerima gadis itu kecuali dirinya. Zee tidak benar-benar curiga dengan ekspresi brielle yang tampak gusar sejak tadi, tapi dirinya justru tetap melanjutkan kegiatannya menata tempat tidurnya. Dia memutuskan untuk menggeser meja belajar brielle untuk dia tempati ranjang barunya. Satu ranjang besar dia beli hanya untuk sekedar mereka berdua, brielle menarik nafasnya cukup kesal.

Zee hanya berfikir seharusnya gadis culun itu membantunya, dia begitu heran karena melihat brielle hanya melamun sejak beberapa jam lalu. Zee mengelap keringatnya yang mulai keluar dari dahinya. Brielle merasa dirinya diamatipun lekas menoleh kearah zee. Dia lalu mendekati zee hanya sekedar melihat tanpa membantu membuat zee kembali tertunduk fokus membersihkan ranjangnya.

"Kau pernah baca buku ini?"

Tiba-tiba saja zee mendapati brielle duduk dimeja belajarnya yang tadi dia pindahkan. Dia tampak fokus dengan apa yang dia baca, lalu Zee melihat buku yang brielle pegang sedikit memandangi sampul buku bergambar anatomi tubuh manusia. Zee menggeleng sedikit ketika melihat tengkorak yang dilihat brielle.

"Itu buku yang menyeramkan.." Balas Zee.

Brielle lalu tersenyum membalas perkataan manis dari zee, dia lalu memasang ancang ancang melempar penggaris ke arah kepala zee. Si orang yang paling mengentengkan pekerjaan rumah. Brielle diam hanya meneruskan tugasnya. Tidak dia sangka seperti inilah saat memiliki teman satu kamar, ada saja yang mereka omongkan dan kadang ada juga yang dia lakukan untuk orang lain.

Brielle cukup tertantang untuk terus menghadapi gadis keras kepala seperti zee gadis baik yang baru dia kenal selama seminggu ini. Lalu brielle sesekali mencuri pandang kearah zee yang justru tampak asik menonton youtube dengan konten mukbang. Brielle berdehem sedikit membuang zee menoleh sambik melengkungkan bibirnya.

"Apa kau mencoba menggoda ku?"

Brielle mendengar ucapan zee sedikit tersedak melihat alis zee yang naik turun tampak menggodanya. Dia lekas berdiri cepat lalu memanyunkan bibirnya melihat zee. Dia cukup gugup pada saat ini dengan dia menunjukan wajahnya kepada zee, yang jelas dengan tampang imutnya itu.

"Apa itu? Aku bukan wanita penggoda seperti di film-film.."

"Ah..bukan yang seperti itu brielle"

Zee lalu tertawa kencang membuat brielle menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Brielle...."

Kini zee bertanya lagi setelah brielle sudah bisa menetralkan rasa canggungnya. Dia mendekati bahu brielle dengan menaruh dagunya tepat tertaut di bahu brielle membuat brielle merasa geli karena nafas zee membuatnya cukup geli. Lalu gadis manis bernama brielle itu sedikit tertarik dengan sedikit membuka celah untuk zee kecup leher belakangnya.

Lalu zee menarik tubuh brielle untuk berada di pangkuannya, posisi mereka kini saling menghadap cermin. Keduanya duduk berpangkuan di tepi ranjang sambil melihat cermin didepannya. Brielle mahluk yang begitu polos, dia benar-benar tidak tau cara berteman. Dia harus mengasah cara persahabatan itu dengan zee yang mengaku padanya sering berteman dengan orang lain.

"Yah zee?"

Brielle melihat wajah cantik zee dari samping kanan bahunya, begitu tampak jelas kulit mulus terawat itu. Zee menggengam tangan brielle dan meletakan kedua genggaman itu dipangkuan brielle, zee sesekali menghirup kuat aroma wangi tubuh brielle dari arah belakang.

Drrrtttt....drrrt...

Suara ponsel tersebut tidak dihiraukan zee lantas pemilik phonsel itu justru menindih tubuh brielle yang memang selalu menuruti segala perlakuan zee. Namun ada yang tertahan di bagian dada brielle karena dia mulai mendorong tubuh zee sedikit pelan. Karena tidak ingin mengganggu nafsu dari zee.

THE WORD HARD TO SAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang