Selamat Datang, Adel

67 7 0
                                    

Jakarta, 2018.

Rumah mewah nan megah itu terlihat ramai dari biasanya. Beberapa koper juga ikut tergeletak di ruang tamu. Adelyn siap berangkat ke Prancis hari ini, karena ia harus mengurus keperluan daftar ulang untuk memasuki salah satu universitas di Prancis itu. Banyak pesan yang terlontar dari kedua orang tuanya, dan banyak ocehan-ocehan perpisahan dari ketiga sahabatnya itu.

"Jaga diri kamu baik-baik, Nak. Secepatnya Mama dan Papa akan nyusul kamu ke sana setelah bisnis di sini selesai." Pesan Abella sambil mengelus kepala Adelyn.

"Papa juga udah hubungin Om Andre buat jagain kamu selama di sana."

"Makasih, Ma, Pa," balas Adelyn seraya memeluk orang tuanya bergantian.

"Lyn. Lo siap pisah sama kita-kita?" tanya Ema. Ia menunduk sambil mengembungkan pipinya. Kelihatannya ia tidak rela kalau Adelyn kuliah di Prancis.

"Iya, nih. Aku aja rasanya nggak rela lo pergi," timpal Siska.

"Nanti gue balik ke Indonesia lagi, kok," jawab Adelyn pelan.

"Lo beneran mau pergi?" Ema berseru lagi dan mulai mengangkat kepalanya. Ia seperti ingin menangis. Membuat Adelyn terharu dan senang memiliki sahabat yang peduli padanya dan menganggap keberadaannya.

"Sudahlah, kalian jangan bikin Adelyn merubah keputusannya gitu. Adelyn di sana kan mau kuliah. Ntar kalo ada waktu dia juga bisa pulang ke Indonesia, kok. Iya kan, Lyn?" kata Raina bijak.

Adelyn tersenyum kepada ketiga sahabatnya itu. Ia menganggukkan kepalanya.

"Gue pasti balik, kok."

"Sekarang ayo kita berangkat ke bandara. 30 menit lagi pesawat take off," ucap Papanya seraya berdiri.

"Ayo!"

Adelyn beserta orang tuanya dan ketiga sahabatnya itu menuju bandara dengan menaiki dua mobil. Satu mobil berisi Adelyn dan orang tuanya. Sedangkan ketiga sahabatnya menaiki mobil satunya.

***

Sekitar 20 menit, mereka sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta,  Adelyn tersenyum miris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar 20 menit, mereka sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta,  Adelyn tersenyum miris. Di mana bandara merupakan salah satu list tempat yang di benci oleh Adelyn. Ia membenci  suasana sendu akan perpisahan. Di bandara inilah yang membuatnya kehilangan sepotong hatinya. Dan kini, ia yang akan pergi. Bukan untuk mencari sepotong hatinya, melainkan pergi untuk kembali membawa kesuksesan di tangannya.

"Lyn!" seru Ema kesekian kalinya.

"Eh, ya. Ada apa?" Adelyn terkejut dari lamunannya.

"Lima menit lagi pesawat landas." Kata Ema memperingatkan.

"Lo ngelamunin apa?" tanya Raina tenang.

Adelyn menggeleng.

Orang tuanya mendekat. Memberikan pelukan hangat sebelum Adelyn pergi.

Adelyn ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang