5- Sebuah Alasan

1K 89 16
                                    

VOTE KOMEN, UDAH ITU AJA.

Andra memasang nock ke nocking point sampai berbunyi 'klik'. Lalu menarik sebelah tangannya kebelakang, posisi badannya tegap lurus, kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Andra memicingkan matanya, menutup sebelah matanya. Dan sebelah matanya lagi fokus ke arah target.

TUK.

Andra berhasil menepatkan anak panahnya ke arah target. Ia tersenyum lebar, suasana yang tenang membuat fokusnya terkendalikan. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya, ia juga belum pulang ke rumah. Dari pulang sekolah, ia berdiam di lapangan khusus panah yang tersedia di sekolah Mandala Jaya.

Jam sudah menunjukkan jam lima lewat. Matahari yang sadari subuh merekah, kini ingin tenggelam berganti rembulan. Andra berjalan ke tempat parkiran, kemudian menghidupkan motornya bergegas pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Andra melihat mobil ayahnya yang sudah nganggur di halaman. Ia menghela nafas berat saat melihat lebam wajahnya di kaca spion. Artinya, ayahnya akan menanyakan soal ini. Andra mengucap bismillah saat ingin membuka pintu utama.

"Assalamualaikum," ucap Andra sedikit berteriak.

"Waalaikumsalam. Abang udah pulang?" tanya Sarah, bundanya.

"Andra masih di sekolah bunda," jawab Andra ngasal.

Sarah menatap Andra dengan raut wajah yang masam. "Kan bunda basa-basi."

"Bercanda bun." Andra melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama.

"Andra." Suara berat laki-laki menghentikan langkah Andra.

Andra menoleh, "selamat sore, yah."

***

"DOR!"

"Astaghfirullah!" Rani mengusap dada saat seseorang mengejutkannya.

"Lea! Untung mama kamu gak punya penyakit jantung," omel Rani seraya mencubit gemas lengan anaknya.

"Im sorry, mom," Alea memamerkan cengirannya. Alea beralih duduk disamping Rani, mamanya yang sedang menonton televisi.

"Gak asik ah ma, ganti ganti!" Alea memencet tombol remot, mengganti channel.

Rani mengambil alih remot itu. "Ih, lagi seru tadi!"

"Seru apanya sih, film India banyak dramanya yang ada."

"Tadi itu udah ketawan siapa pelakornya," ucap Rani yang fokus menonton.

"Dasar emak-emak," cibir Alea, kemudian mengambil ponselnya yang ada dikocek celana hotpants nya.

"Oh iya ma, tadi HP Lea dirampas orang, Lea takut.. banget!" ucap Alea pada Rani.

"Kenapa takut? Tinggal beli lagi kok. Papa kamu belum miskin, Lea."

"Ih! Tapi isi memorinya yang gak bisa dibeli, Lea ngambil foto kak Andra penuh perjuangan!" curhat Alea.

Rani menggelengkan kepalanya, "seganteng apasih Andra? gantengan shaheer paling!" ucap Rani membela idolanya yang ada di India.

"Sukanya sama brondong!"

Rani menatap putrinya dengan tatapan mengejek, "bagus dong, udah brondong tapi gantengnya makin top!"

LeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang