05

16 5 0
                                    

Jika aku salah silahkan marah sepuasnya, tapi jangan mendiamkanku apalagi meninggalkanku.
-lailiaf.h

~~~~~~~~~~~

"Fan! Lo tau gak kemaren si Lola nangis kejer di kelas!" Fina bercerita secara semangat, tapi manusia yang diajak bicara lebih fokus menyetir. Tak menyahut.

"Lo tau kenapa?" Fina masih saja mengajak kembaran nya itu mengobrol.

"Gara-gara pipinya dicium ama boy fan!! Hahaha lo bisa bayangin gak? Dia tuh awalnya diem aja, tapi abis itu langsung nangis kek bocah!! Hahaha!!"

Fina yang tertawa ngakak dan Fany yang diem menyetir. Telinganya sudah tersumpal earphone.

"Lo tau gak? Kita sekelas udah rusuh buat  berentiin dia nangis, hahaha lo tau gak yang bisa berentiin dia nangis tuh cuma satu! Boy nyium pipi lola yang sebelah lagi! Baru deh dia diem! Hahaha sumpah tuh bocah!"

"Tapi abis itu dia malah nangis lagi, tambah kenceng pula!! Hahaha!"

Sepanjang perjalanan pun Fina tak berhenti tertawa.

"Fan... Lo masih marah sama gue?"

Tak ada respon.

"Fan.. Jan gini lah..."

Masih tak ada respon.

"Lo boleh kok marah sepuasnya sama gue, lo boleh caci maki gue! Lo boleh teriak-teriak di depan gue! Lo boleh nampar gue kalo lo mau! tapi jangan diemin gue gini lah.."

Fany pun seolah tuli, ia tetap fokus menyetir tanpa memperdulikan ucapan kembaran nya.

"Fan.. Kita tuh dah akrab sejak di kandungan mama, dan sekarang lo diemin gue gini Berasa kek orang asing!"

"Lo yang minta." ucap Fany singkat.

Fina mencebikkan bibir bawahnya, "ya... Kan cuma becanda fan.."

"HAHA becanda lo lucu." Fany tertawa dengan dipaksakan.

"Fan.. Maapin elah... lo mau gue minta maap berapa kali? Seribu kali baru lo maapin?"

Tak ada jawaban dari Fany.

"Oke kalo gitu. Maap maap maap maap maap maap maap maap maap maap maap--" ucapan Fina terhenti karna Fany menyetel musik dengan volume tinggi. Padahal ia sendiri sedang menggunakan earphone.

"Ish! Tau ah! Capek gue!" kata Fina lelah, ia berpindah menatap jendela mobil.

Dan tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi menepi.

Fina menatap heran kearah kembarannya yang sudah keluar mobil dan menghampiri pedagang jajanan yang berjajar di pinggir jalan. Senyum Fina semakin merekah saat mengetahui kembarannya berhenti di gerobak cilok.

Fany kembali ke mobil dengan sebungkus cilok di tangannya, ia kembali menghidupkan  dan menjalankan mobilnya. Fany menyetir sembari memasukan cilok ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. Ia tidak mengetahui ekspresi Fina yang kecewa karna ekspetasinya tak sesuai kenyataan.

"Gue kira lo beliin gue juga." pancing Fina.

Fany mengangkat satu alisnya, lalu kembali memandang jalanan.

2 wonder womenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang