"The piece of memories"

85 25 4
                                    

Lamaran??!!!

Tanpa sadar thalia berdiri dari duduknya, membuat semua orang yang disana memandanginya bingung

"Siapa yang Lamaran?" Tanya thalia dengan nafas yang tertahan, berharap kalau dirinya bukan lah korban dari perjodohan kedua orang tuanya

"Kamu sama Arry, sayang..." jawab ibu dengan tersenyum

"Ha-hah? Ibu bercanda kan? Ini cuma makan malam biasa kan tante?" Netra thalia menatap bergantian pada Maya dan Reta

"Kami serius Lia, tujuan kami makan malam bersama adalah ini..." jawab Reta, sebenarnya Reta pun terkejut. Karna ia pikir Maya telah memberi tahu anak nya soal Lamaran ini...

"Kenapa ayah sama ibu gak bicara sama aku dulu?!" Nada bicara thalia seketika meninggi

"Thalia ,suaramu!" Ingat ayah

Thalia memandang kedua orang tuanya Kecewa, kemudian tatapan beralih pada seorang laki-laki yang kini tengah berdiri bingung di ambang pintu, menatap thalia yang sedang marah-marah dan menahan tangisnya, itu adalah Harry.

Thalia berlari kamarnya lalu membanting pintunya dengan keras.

Mereka yang masih berada di meja makan terdiam, atmosfir canggung semakin menyelimuti keadaan di meja makan itu

"May, kamu gak bilang dulu sama anak mu soal ini ?" Maya yang merasa ditanya menoleh dan menggeleng pelan

"Aku keatas dulu," Maya segera bangun dari duduk nya, dia awalnya sempat terkejut akan suara Thalia yang meninggi tadi, tidak Maya sangka akan terjadi seperti ini akhirnya.

Sebenarnya bukan Maya sengaja ingin menutupi soal Lamaran ini pada Thalia, hanya saja... memikirkan tanggapan Harry saat melaksanakan Lamaran ini saja Maya sudah takut dan cemas, bagaimana dengan Thalia?

"Thalia.... " ucap Maya dengan suara pelan namun beberapa detik berlalu tidak terdengar jawaban dari dalam sana

"Buka pintunya, nak... ibu mau bicara..." pinta Maya masih dengan suara pelan

Sebenarnya dari pintu luar kamar Thalia, Maya sudah bisa menebak kalau Thalia sedang menangis, tapi yang ia perlukan adalah bicara dengan Thalia dulu saat ini.

"Thalia dengerin ibu, buka pintunya ya nak...? " Maya kembali mengetuk pintu Thalia beberapa kali

Thalia yang memang merasa tidak tegaan, akhirnya membuka pintu dengan mata sebam dan suara yang masih sesugukan.

"Ibu, ke-kenapa nggak bi-bilang sama Thalia dulu!" Kata Thalia dengan terbata-bata akibat menangis

"Ini semua permintaan dari ibunya Harry sendiri, nak..."

"Kalau ini permintaan dari tante Reta, kenapa gak ibu bicarakan sama Thalia dulu? Apa ibu pikir Thalia siap?"

Maya terdiam mendengar nya, iya, Maya akui dirinya memang salah, tapi ia masih lebih belum siap kalau Thalia kembali mengingat segalanya.

"Terus kenapa harus Thalia sih, bu? Emang tante Reta gak bisa pilih Calon yang lain selain aku? Thalia masih mau kuliah! Ingin ngerasain susahnya cari kerja dulu, bu... apa ibu lupa?" Ucap thalia kembali masih dengan suara yang parau

tidak ingin melihat Thalia lama-lama menangis Maya mencoba mencairkan suasana,

"Kamu mikirnya kejauhan ih..." Maya menggoda Thalia, tentunya Hal itu berhasil membiat Thalia berhenti sejenak dari adegan menangis nya dan menatap Maya bingung

"Kejauhan gimana sih bu... yang namanya Lamaran itu pasti nanti ujung-ujungnya nikah-nikah juga kan?" tanya Thalia dengan suara yang sudah mulai stabil

༺Destiny [PCY]༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang