• A Good Day •

44 6 0
                                    

Matahari sepertinya sudah tak malu-malu lagi untuk menunjukan sinarnya.

Kedua kelopak Thalia terbuka berat, ada rasa pusing yang menyerangnya saat ia bangun dari tidurnya.

Thalia berjalan sempoyongan kearah meja riasnya untuk melihat bagaimana penampakan matanya nya saat ini.

Bengkak dan memerah adalah gambaran untuk kondisi mata Thalia sekarang, Ia lupa sampai berapa jam ia menangis semalam, dan terlebih lagi ia memiliki jadwal kelas pagi hari ini.

|| 07.30 AM  ||

Masih ada waktu kurang 45 menit lagi, Thalia memutuskan untuk masuk kedalam kamar mandinya dan membasuh muka nya dengan air dingin.

❇❇❇

Thalia turun dengan setelan biasanya, kemeja berwarna putih bergaris biru tua serta jelana jeans yang melekat pada kakinya yang kurus dan lumayan jenjang itu.

Ruang makan sepi, karna pastinya Ayah serta Andra sudah berangkat sejak setengah jam yang lalu. Ia mengambil tempat duduk dan menaruh selai strawbery kesukaan nya pada roti yang ia pegang saat ini.

"Tumben baru bangun," pertanyaan Ibu membuat kepala Thalia menengok 90° ke kiri

"Kecapean, bu..." thalia menjawab di sela mengunyahnya dan tersenyum tipis saat Ibu menyisirkan rambutnya dengan lembut di belakangnya.

"Ibu tau ini berat, tapi Amanat adalah sebuah Amanat. Lagi pula ini sebuah niatan baik kan? Jadi Ibu harus pegang amanat itu..." Thalia hanya mendengarkannya saja, bagimana pun ucapan Ibu tadi ada benarnya... Ini adalah niatan baik, lantas kenapa Thalia menolaknya?

"Hmmm... Kamu lagi nggak punya pacar kan?"

Pertanyaan mendadak dari Ibu tadi berhasil membuat dada Thalia merasa tertancap duri, memang saat ini Thalia sedang tak punya pacar   -atau lebih tepatnya tidak pernah punya pacar-    tidak, Thalia sedang tidak bergurau.

Namun memang pada kenyataannya begitu, Thalia sangat susah untuk di Luluhkan, tapi ia merasa beruntung karna hanya Seseorang  yang berarti bagi hidupnya, yang mampu membuatnya Luluh hati, yaitu Suami-nya kelak.

Namun, menyadari bahwa ia telah 'Di Lamar' dengan seorang teman dari masa kecilnya yang bahkan sampai sekarang ia masih membenci dirinya... Thalia tidak yakin soal seseorang yang berarti  itu.

"Emang nya sejak kapan thalia bawa cowo kerumah?" Thalia berbalik bertanya

"Abe? Kay? Siapa lagi ya... Hmmm, Oh... si Ganteng yang matanya sipit itu?" mata Thalia melebar samar, saat mendengar kalimat terakhir Ibu nya,

"Ibu..." Ibu selalu senag meledek Thalia, karna Thalia sering diajak makan oleh David  - senior nya di kampus , dan lagi teman satu kosan dengan kay -  bahkan, jika ada Film terbaru yang menurutnya seru pasti David duluan lah yang mengajak Thalia untuk nonton bareng.
Dekat ? Sedekat itu memang... tapi bagi Thalia, David adalah sosok kakak yang baik, meski mereka sama-sama bukan dari keluarga yang sama

Ibu hanya tertawa kecil melihat renspon Thalia yang seperti itu,

"Tapi ibu juga setuju kok kalau kamu sama David... tapi sayang nya kamu udah ada yang punya ya...."

༺Destiny [PCY]༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang