#PERNIKAHAN_RAHASIA
Part 105 Januari 2010
Tit, tit, tit ....
Mesin yang berukuran kecil dari televisi itu terus mengeluarkan bunyinya. Iramanya memunculkan kesedihan bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Ya Allah selamatkan lah Khadijah ku"
Rintihan kecil seorang wanita dibalik tempat tidur itu terdengar nyata, dibalik mukenah putih itu ia keluarkan bening-bening putih yang mengisyaratkan kesedihan mendalam.
"Tolong selamatkan putri hamba Ya Rabb, apapun akan hamba lakukan bagi siapa saja yang mau mendonorkan darahnya untuk putri hamba"
Ucapan do'anya terdengar lirih dan lembut. Ada sebuah janji pada sang penguasa yang akan ia lakukan, seolah-olah keraguan tak lagi menggubris kedalam hati dan pikirannya.
"Buk! Alhamdulillah buk, ada orang yang mempunyai darah yang sama dengan Khadijah"
Tiba-tiba dari arah pintu seseorang memasuki ruangan tersebut dengan tergesa-gesa.
"Benarkah itu pak? Alhamdulillah Ya Allah, kalau gitu kita langsung saja ke sana pak!"
Asiyah tak sabaran ingin menemui siapakah orang yang mau berbaik hati padanya. Dengan cepat ia melepas mukenah putih miliknya, tanpa melipat dan merapikannya.
"Ayo buk!"
Jamal... itu tepatnya, nama seorang pria yang sudah berkepala empat. Pria yang merupakan ayah sekaligus suami dari Khadijah dan Asiyah.
Langkah pasangan suami-istri itu begitu cepat. Tak mereka hiraukan pandangan orang-orang yang menatap mereka dengan tatapan aneh, bagi Asiyah dan Jamal, Khadijah adalah prioritas mereka saat ini.
"Assalamualaikum"
Jamal dan Asiyah mengucap salam beriringan, sehingga membuat orang-orang yang ada di ruangan tempat mereka tuju sedikit terkejut karenanya.
"Waalaikum salam, silahkan duduk dulu pak, buk!"
Sambut dokter Hendri salah satu dokter umum di rumah sakit yang terletak di kota Jakarta.
"Langsung saja dok, kondisi Khadijah saat ini benar-benar kritis"
Ucap Asiyah yang tak sabaran.
"Iya buk, saya mengerti. Tapi... Sebelumnya ada sesuatu ingin saya sampaikan"
Ucapan dokter Hendri membuat Jamal dan Asiyah saling menatap satu sama lain. Mereka mengangguk sebagai tanda setuju pada dokter Hendri.
"Perkenalkan ini pak Burhan dan ibuk Fatiya. Mereka adalah orang tua dari anak yang akan mendonorkan darahnya untuk Khadijah"
Ucap dokter Hendri sambil memperkenalkan sepasang suami istri yang terlihat seumuran mereka.
"Saya sudah mendengar ceritanya dari dokter Hendri. Saya ikut prihatin atas kecelakaan yang menimpa putri bapak dan ibuk"
Ucap Fatiya, Asiyah yang merasa dipedulikan membalas dengan senyuman terbaiknya.
"Begini pak Jamal dan buk Asiyah, anak buk Fatiya dan pak Burhan saat ini mengalami gangguan mental. Dan karena itu saya sedikit ragu jika dia mau untuk mendonorkan darahnya untuk Khadijah"
Asiyah dan Jamal cukup terkejut mendengar penjelasan dokter Hendri barusan. Ada perasaan tidak enak saat mereka menatap dua pasangan yang ada di depan mereka saat ini.
"Anak saya mengalami gangguan mental sejak 10 tahun yang lalu. Dan sampai saat ini dia tidak mau berbicara kecuali pada saya dan abinya, dan sedikitpun dia tidak pernah menatap maupun tersenyum"
Air mata Fatiya jatuh tak beraturan, sesak di dadanya tak mampu ia tahan. Sementara Burhan hanya dapat mengelus-elus punggung sang istri.
"Sabar ya buk, bukankah Allah SWT bersama orang yang sabar? Insyaallah, atas izin Allah SWT anak ibu mau mendengarkan perkataan saya kali ini"
Fatiya mengangguk lemah seraya tersenyum manis pada Asiyah, dengan isyarat anggukan ia mempersilahkan Asiyah untuk mendekati putranya.
Namun langkah Asiyah terhenti saat tirai dibuka. Terlihat di balik tirai itu seorang pemuda tampan, kulitnya bersih, wajahnya terlihat terang namun berbeda dengan tatapan matanya.
Tatapan kosong tanpa ada sedikitpun terlihat kehidupan di dalamnya. Asiyah melihat tag name yang ada di bawah tempat tidur pemuda tersebut.
Tertulis dengan rapi sebuah nama yang indah, Muhammad al-Fatih.
"Assalamualaikum Fatih"
Ucap Asiyah dengan lembut, namun Fatih tak menghiraukannya. Matanya hanya menatap ke arah jendela.
"Perkenalkan nama ibuk Asiyah, ibuk mau minta tolong sama Fatih"
Asiyah pun semakin mendekatinya, namun Fatih tak merespon kedatangannya.
"Anak ibu beberapa hari yang lalu kecelakaan. Ia kekurangan banyak darah sehingga menyebabkan ia harus menerima pendonoran darah golongan AB, dan dari semua yang ada di rumah sakit ini. Hanya Fatih lah yang bergolongan darah AB".
Asiyah menghentikan ucapannya saat Fatih tiba-tiba ingin pergi dari tempat tidurnya. Dengan cepat dokter Hendri menghentikannya, dan dengan patuh Fatih mengikuti perintah dari dokter Hendri.
Ada perasaan bergejolak dalam hati Asiyah saat melihat respon yang diberikan oleh Fatih padanya. Sedikit ada keraguan dalam hatinya namun cepat ia gubris demi keselamatan putrinya.
"Ibu akan kabulkan keinginan Fatih jika mau mendonorkan darah untuk anak ibu. Saat ini umurnya baru 17 tahun, dan nama putri ibuk itu Siti Khadijah Al-Farisi"
Asiyah terkejut saat Fatih tiba-tiba memalingkan wajah padanya, begitupun dengan semua orang yang ada di ruangan itu.
"Khadijah"
Ucap Fatih dengan suara yang lirih. Sedangkan Burhan dan fatiya, mereka membulatkan mata tidak percaya.
.......................................
Assalamualaikum ...
Udah lama banget nggak pernah nulis cb, moga aja kali ini suka ya...
Mohon maaf jika ada typo dll 🙏🙏🙏
JAZAKUMULLAHU KHAIRAN 💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Rahasia
SpiritualApakah kau pernah membayangkan bagaimana rasanya menikah, namun tidak mengetahui siapa orangnya? Siti Khadijah Al-Farisi, gadis cantik berkulit sawo matang. Memiliki sebuah cerita tragis dan emosional dari masa lalunya, di bawah derasnya hujan, sese...