q u i n q u e .

171 24 5
                                    

"Iya sebentar!"

Jihoon yang sedang asyik memasak makanan untuk hari ini bergegas menuju pintu depan. Pasalnya terdengar ketukan di pintu disusul suara bel dari tiga menit yang lalu.

"Iya siap--Guanlin??"

"Kok belum siap-siap?"

"Hah?? Siap-siap apa?" Jihoon ngeblank.

"Lucu banget sih heran," setelahnya Guanlin malah nyelonong masuk ke dalam rumahnya.

"Main masuk-masuk rumah orang aja sih," kata Jihoon, lalu memanyunkan bibir sebal. Guanlin kemudian menoleh mendapati Jihoon yang masih berdiri di ambang pintu.

"Oh iya lupa, ulangi deh kalo gitu." Guanlin menghampiri Jihoon yang terlihat kebingungan. "Nanti gua keluar, trus lu bukain pintunya. Gua ngulang datengnya." Guanlin melanjutkan, Jihoon hanya bisa terkikik geli atas aksi konyol Guanlin.

"Tunggu ya, Ji."

Guanlin kemudian menutup pintu rumahnya dari luar. Terdengar suara bel disusul ketukan pintu membuat Jihoon tersenyum. Jihoon membukakan pintu, mempersilakan Guanlin masuk.

"Assalamualaikum Jihoon."

"Iya waalaikumsalam. Masuk Lin." Guanlin melangkah. Padahal Jihoon hanya tinggal dengan maminya, tapi rumah ini bahkan lebih besar dari rumah Guanlin yang pengap karena ulah ketiga kakaknya yang tidak bisa diam.

"Jihoon lagi apa?" Guanlin tersenyum menatap lelaki manis di depannya.

"Lagi bikin makan--AH IYA LUPA AKU KAN LAGI MASAK!" Jihoon lantas berlarian menuju dapur dengan terburu-buru. Guanlin terkikik gemas melihat aksi Jihoon barusan, dia pun mengikuti Jihoon ke arah dapur berniat untuk membantu.

"Sini gua bantuin."

Guanlin mengambil alih urusan talenan dan pisau, sedangkan Jihoon sibuk dengan masakan di atas kompor.

"Emang Guanlin bisa?" Jihoon terlihat sedikit khawatir sambil menoleh kepada Guanlin, memastikan dia baik-baik saja.

"Bisa dong kan sering bantuin bunda."

Kadang Guanlin bersyukur atas ulah ketiga kakaknya yang hobi menyuruh Guanlin mengerjakan ini-itu, membuat dia terbiasa andal dalam mengerjakan apa pun. Guanlin merasa bangga ketika dia bisa melakukan pekerjaan rumah. Rasanya kini ia terlihat hebat.

"Waah hebat banget! Woojin payah banget gak kaya kamu, masa dia gak ngerti gimana caranya motong sayuran. Dia aja gak bisa bedain mana gula mana garem hahaha!" Jihoon tertawa puas dengan tangan yang telaten mengaduk sayuran di dalam panci.

"Trus dia kalo makan gimana?"

"Ya kan tinggal makan aja." Jihoon tertawa renyah dan menularinya pada Guanlin.

"Maksutnya kalo gak ada orang di rumahnya."

"Beli, atau kadang suka aku bikinin."

"Oh. Eh Jihoon."

"Kenapa?" Jihoon menoleh berbarengan dengan Guanlin, sejenak mereka hanya saling bertatapan. Selanjutnya mereka tertawa bersama atas keheningan barusan.

"Kata Yena dia gak bisa beli perlengkapan kelompok soalnya mau latihan dance club, trus Haknyeon bilang dia sibuk ngurusin babinya. Kalo kita serahin ke adek kelas, mereka gak tau barang macam apa aja yang diperluin. Mereka gak bakal tau tempat belinya di mana dan tempat yang harganya murah di mana. Jadi Yena serahin ke gua."

"Trus kenapa kesini?" Jihoon mengerjapkan matanya bingung.

"Gak mungkin dong gua bawa barang kelompok sebanyak itu sendirian. Makanya gua ngajak elu, gua pikir juga lu bakal gabut kali sendirian di rumah."

campfire • panwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang