n o v e m .

228 22 14
                                    

"Ga ah males." Guanlin menggeleng saat Hyunjin menyodorkan handycam miliknya. Bukan tidak mau membantu Hyunjin membuat vlog, masalahnya dia tidak mau macam-macam di sini mengingat peringatan yang di berikan panitia tadi sore. Apalagi sekarang sudah malam, Guanlin harus menjaga anggotanya tetap lengkap. Dan jangan lupakan bahwa Guanlin ini penakut terhadap hal-hal yang berbau mistis begini.

Maka saat Hyunjin mengajak Jinyoung dan dirinya untuk membuat vlog dengan tema misteri Hutan Hitam tempat mereka berkemah, Guanlin dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya tanpa pikir panjang lagi.

"Dih cupu Guanlin mah" cibir Jinyoung dan diamini oleh Hyunjin kemudian.

"Kesambet apa dulu gua bisa temenan sama anak kayak lu sih lin?"

"Eh ajak si Woojin aja. Dia anak kelompok gua, kebetulan dia lagi gabut banget gara-gara bete ga bisa main pabji. Siapa tau dia mau" usul Jinyoung kemudian membuat Hyunjin tertarik. Dengan kamera dslr yang di pasang tripod untuk nge-vlog, Hyunjin langsung beranjak menuju tenda kelompok sebelah.

Beberapa menit kemudian, terlihat Woojin yang keluar dari tenda dengan senyum sumringah.

"Padahal yang lain juga jalan sih lin, udahlah ikut aja" bujuk Jinyoung sekali lagi.

"Tapi gua keamanan, gak bisa" Guanlin lagi-lagi menggeleng. Ya, hampir seluruh peserta memang sudah berjalan-jalan menyusuri hutan bahkan dari tadi sore

"Pegang handycam nya lin, bantuin gua ngerekam di area tenda" kemudian Hyunjin mengeluarkan sesuatu dari tas nya, kemudian menyerahkan kamera mirrorless ke arah Jinyoung dan polaroid ke arah Woojin.

"Buset bawa kamera berapa lu?" Woojin bertanya penasaran, kemudian mengintip isi tas Hyunjin yang terisi banyak kamera berbagai tipe miliknya.

"Loh? Woojin mau kemana?" Jihoon yang beru saja keluar dari tenda kuning bertanya ketika melihat sepupunya di luar tenda.

"Ikut Jinyoung, katanya mau nemenin temennya bikin vlog" jawab Woojin.

"Pake jaketnya, udah malem" Jihoon memperingatkan sepupunya itu.

"Lu juga pake jaket, udah tau kabutnya tebel gini. Malah keluar pake kaos pendek" Guanlin malah berdecak kesal, bagaimana kalau Jihoon sakit?!

"Iyaa sebentar aku cuma mau masak air" Jihoon melangkah menuju pinggiran tenda di mana kompor portable dan galon terletak di sana. Yena yang mengatur area masak di sebelah sana dengan alasan dekat dengan tenda anak perempuan, karena mereka curiga jika di taruh di dekat tenda anak lelaki akan menyebabkan kebakaran hutan seketika. Padahal Guanlin cukup pandai memasak karena sering membantu sang bunda.

"Yaudah ya Jihoon, Guanlin, kita pergi dulu" kata Hyunjin kemudian. Disusul Jinyoung dan Woojin.

"Iya hati-hati!" Itu Jihoon, mana mungkin Guanlin mengatakan hati-hati pada orang lain selain pada bundanya dan Jihoon?

"Masuk ji, gua aja yang masak air" Guanlin ikut berjongkok di sebelah Jihoon yang asyik menuangkan air galon ke panci.

"Gak papa aku bisa"

"Dingin, kabutnya tebel"

"Sebentar ini gak papa lin"

Guanlin bangun menuju tendanya, mengambil selimut miliknya dan kembali berjongkok di sebelah Jihoon sembari menyelimuti tubuh mereka berdua.

Jihoon membatu atas perlakuan Guanlin, kini mereka berdua berjongkok bersama di depan kompor dengan satu selimut tebal yang membungkus tubuh mereka berdua. Anggota kelompok yang lain sedang pergi bermain entah kemana.

"Cepetan masak airnya aku tungguin" Jihoon hanya mampu mengangguk, rasanya lidahnya terlalu kelu untuk hanya sekedar berkata 'iya' pada Guanlin. Jihoon yakin, wajahnya kini memerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

campfire • panwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang